Always bersyukur ya:)
-happy reading-
"Berpacaran itu tidak haram, bahkan pacaran itu boleh, tetapi harus diawali dulu dengan qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq." Jelas Tahfiz sejelas-jelasnya.
"Ma syaa Allah, pengen deh punya suami seperti Gus Tahfiz" celetuk Annisa.
"Tumben." Ucap Jihan sedikit heran.
"Kenapa?"
"Kamu suka sama Gus Tahfiz?" Tanya Jihan.
"Kagum, bukan suka." Ralat Annisa.
"Sama aja, sekarang kamu jadi saingan aku dong."
"Ih, jangan saing-saingan gitu deh, kita tuh sahabatan." Ujar Erlin ketika mendengarkan percakapan mereka.
Jihan terkekeh ringan. "Bercanda kok."
"Gus Tahfiz dilihat-lihat ganteng juga si, tapi nyebelin. Ish! Apaan si Anindya." Batin Anindya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa sih Anindya, kamu kesurupan?" Tanya Annisa bingung.
"Ngga kok, ngga papa." Ucap Anindya cepat.
"Terus kenapa tadi geleng-geleng kepala ga jelas." Tanya Erlin menatap Anindya penuh penasaran.
"Gapapa pegel aja nih." Jawab Anindya santai seperti tidak terjadi apa-apa.
"Aku kira kenapa." Jihan ikut nimbrung.
"Itu ada apa yang dibelakang kok rame sendiri?" Tanya Tahfiz tegas.
Seketika menjadi hening.
Pastinya pada sekumpulan Anindya yang ditegur tadi, teman-teman Anindya yang tidak berani mengangkat kepalanya sedangkan Anindya yang terlihat biasa aja.
Tahfiz menggelengkan kepalanya. "Masih ada yang mau ditanyakan?" Mengalihkan pembicaraan."Kalau pacarannya direstui orang tua gimana, Gus?" Tanya Anindya dengan serius.
Tahfiz mengerutkan keningnya, ia tau betul dengan sifat Anindya yang pecicilan dan tengil bin julid itu, rasanya tak mungkin Anindya serius dengan pertanyaannya. Tapi gapapa memang semua orang bisa berubah pada waktunya.
"Nah, ini pertanyaan yang saya tunggu-tunggu." Ucap Tahfiz.
"Menurut agama Islam, pacaran saja hukumnya haram. Namun, bagaimana jika pacaran sudah di izinkan oleh kedua orang tuanya? Pasalnya, menurut agama Islam, bagi orang tua yang memberi izin atau pun membiarkan anaknya untuk berpacaran, maka orang tua tersebut akan mendapatkan siksaan di akhirat kelak." Jawab Tahfiz dengan wibawa.
***
"Setelah ini istighotsah kan?" Tanya Erlin memastikan.
"Iya, setelah ini memang istighotsah dan setelah itu kita tidur..." Sorak riang Jihan.
"Itu semua kok pada nunduk?" Penasaran Anindya.
"Ada Gus Hafiz lewat." Jawab Annisa sambil menundukkan kepalanya, begitu juga dengan yang lain.
"Kenapa si nunduk-nunduk segala, ga penting juga."
"Ada Gus Hafiz Anindya.. Dia itu Gus yang juga harus dihormati." Jelas Erlin sambil nunduk juga.
"Iyaiya."
Hafiz pun lewat tanpa menoleh sedikitpun pada Anindya, jadi heran kenapa dia kok bisa berubah drastis begini. Biasanya yang selalu senang sekali mengganggu Anindya di manapun berada.
"Gus Hafiz kok beda ya." Heran Jihan menatap Anindya.
"Kenapa natap gue gitu?"
"Biasanya kan suka kamu Anindya." Lanjut Jihan.
"Yo ndak tau, kok tanya saya."
"Tapi kenapa tuh matanya liatin mulu dari belakang, hayoooo." Tatapan Erlin pada Anindya curiga.
"Apaan si."
"Jangan diliatin mulu Gus nya, nanti suka." Jihan menepukkan tangannya dihadapan Anindya.
"Liatin doang, lagian gue juga heran kok."
"Lah jambu!"
"Mana jambu Jihan, mana?" Tanya Annisa yang mencari-cari.
"Ga ada jambunya Annisa, tapi itu hanya umpatan yang bukan kasar." Kata Jihan tertawa.
"Mana ada gitu."
"Mending mengumpat pakai nama-nama buah dan sayuran, dari pada mengumpat pakai kata-kata kasar." Kata Jihan menerangkan.
"Nah, tumben kamu bener." Setuju Erlin tersenyum.
"Anjir! Gue jadi merasa nih..." Ucap Anindya tersenyum.
-----------------------------
TBC
Jadilah pembaca yang cerewet, komen yang banyak dong kuyyy😝
Luvv buat kalian semua 💕💕
Assalamualaikum ✋
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin With Gus | End
Teen Fiction⚠️Bucinable area!⚠️ Judul awal : Santri Kampret NOTE : REVISI BERTAHAP Bagaimana jadinya kalau seorang Anindya yang bandel dan suka bikin onar diperebutkan oleh dua Gus beradik kakak? Anindya Alisya Syahreza. Anindya merupakan salah satu siswi pali...