part : 16

21.9K 1.4K 1
                                    

Jangan lupa senyum:)

-happy reading-


"Anindya." Panggil Jihan menepuk bahu Anindya pelan.

Sekarang dikelas hanya tinggal Jihan dan Anindya, Jihan mengajak pulang ke pondok sedari tadi. Sedangkan yang diajak hanya menggelengkan kepalanya sembari menelungkupkan wajahnya dilipatan tangan.

"Ayolah Anindya, kenapa sih?" Jihan mendekat dan duduk disebelah Anindya.

"Duluan aja." Lirih Anindya pelan.

"Kamu kenapa, Anindya?" Tanya Jihan mengernyitkan keningnya bingung.

"Hiks..."

"Eh? Kamu kenapa nangis." Jihan merangkul Anindya dan menenangkannya.

"Aku ada salah sama kamu?" Tangan Jihan perlahan menghapus air mata Anindya.

Anindya menggeleng dan langsung menghambur ke pelukan Anindya.

"Eh kalian ngapain?" Tanya seseorang di pintu kelas.

Jihan dan Anindya mengendurkan pelukannya, sedangkan Anindya kembali menelungkupkan wajahnya dilipatan tangan.

"Gus Hafiz ada keperluan apa kemari?" Tanya Jihan sopan.

"Anindya."

Anindya mendongakkan kepalanya, "Kenapa?" Jawabnya ketus.

"Lu kenapa anjir, habis nangis lu?" Tanya Hafiz ketika Anindya menatapnya.

"Bukan urusan lu, kenapa nyari gue?" Anindya menghapus bekas air matanya.

"Cengeng, oh ya tadi lu dicariin Abi disuruh ke ndalem." Setelah itu Hafiz langsung pergi meninggalkan ruangan kelas Anindya.

Anindya yang merasa dipanggil pun menoleh ke arah suara yang lumayan keras memanggilnya.

"Nape Lu manggil gue?" Tanya Anindya menatap sinis Hafiz.

"Lo dipanggil Abi ke ndalem. bokap nyokap Lo mau Dateng." Ucap Hafiz sehabis lari.

"Hiks... Perut aku sakit banget han..." Ucapnya parau masih sesenggukan.

"Kamu haid?" Tanya Jihan. Anindya mengangguk dan terus meringkuk memegangi perutnya.

"Yaudah ayo ke pondok dulu." Ajak Jihan. Anindya mengangguk dan berjalan menunduk.

Tidak lama berjalan, Jihan dan Anindya sampai dikamar pondok.

"Assalamualaikum." Salam Jihan sebelum memasuki kamar.

"Waalaikumsalam, eh Anindya kenapa?" Sambar pertanyaan dari Erlin.

"Kamu lagi sakit, Anindya?" Tanya Annisa mendekat.

Jihan merangkul Anindya untuk duduk di kasur terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan teman-temannya.

"Perut Anindya sakit, lagi haid." Jawab Jihan setelahnya.

"Makan dulu ya, Anindya." Ujar Annisa hendak mengambil makanan.

Anindya menggeleng, "Sakitttt." Ringisnya.

"Yaudah, aku beliin obat dulu di koperasi." Ujar Erlin pergi meninggalkan kamar.

"Assalamualaikum."

"Eh waalaikumsalam, Gus." Jihan dan Erlin menundukkan kepalanya ketika Gus Tahfiz berada di depan pintu kamar.

"Kenapa Anindya belum juga hendak ke ndalem?" Tanya Gus Tahfiz melirik Anindya meringkuk dikasurnya.

"Afwan, Gus. Perut Anindya lagi sakit jadi belum sempat pergi ke ndalem." Jawab Annisa juga Jihan menganggukkan kepalanya.

"Assalamualaikum, stok obat dikoperasi lagi habis." Ujar Erlin langsung menundukkan kepalanya begitu tau ada Gus nya.

"Kalian belikan aja obat di apotek." Saran Gus Tahfiz melihat Anindya khawatir.

"Apotek jauh dari pondok, Gus. Kita setelah makan siang juga ada ceramah dimasjid." Ujar Erlin menghela napasnya.

Erlin melirik kedua temannya sembari menggeleng.

"Yaudah, kalian antar aja Anindya ke ndalem mungkin aja umi punya. Sekalian nanti ada orang tua Anindya datang." Jawab Tahfiz pada ketiga teman Anindya.

"Na'am, Gus." Ketiga teman Anindya menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu saya pergi dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Bunda sama Ayah aku mau datang?" Tanya Anindya.

"Iya, ayo aku antar ke ndalem." Ajak ketiga temannya. Anindya mengangguk dan berjalan menuju ndalem.

--------------------------------

TBC

Selamat menunggu part selanjutnya..

Jangan lupa vote dan komen, luvv buat kalian semua💓💓

Assalamualaikum ✋

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang