part : 26

23.2K 1.3K 18
                                    

-Happy reading-

Anindya menghela napasnya. "Anindya..."

Seketika Anindya menghentikan ucapannya, tiba-tiba ia keingat Hafiz memberikan surat yang didalamnya bertuliskan untuk menunggu 3 tahun lagi.

"Apa jawaban kamu, Sayang?" Tanya Bunda ketika Anindya menghentikan ucapannya.

Anindya yang ditanya jadi gelagapan. "Besok aja, Bunda." Ucap Anindya dengan santainya seolah tak terjadi apa-apa.

Bunda menggelengkan kepalanya tak percaya, "Anak itu."

"Anindya pergi dulu, Assalamualaikum." Ucap Anindya keluar dari ndalem begitu saja.

"Yaudah, besok aja ditanyain lagi, mungkin Anindya masih kaget karena tiba-tiba mau dijodohin." Kata Ayah terkekeh kecil.

"Gak gitu juga." Nisa menyenggol lengan kekar suaminya dan dibalas cengengesan olehnya.

"Besok saja, Lagian hari ini tiba-tiba banget, malem-malem lagi, ya bi?" Ucap Bu Nyai menatap suaminya yang hanya anggukan pelan.

🍁🍁🍁

Matahari belum menampakkan dirinya, tetapi Anindya dikagetkan dengan teman-temannya yang pada mengerubungi disisi ranjangnya.

Dan yang paling terheran lagi, mereka semua seperti mau menelan hidup-hidup Anindya karena mencuri uang negara, padahalkan engga.

"Gue baru bangun, ngapain Lo pada disisi ranjang gue?" Tanya Anindya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Bangunin kamu lah." Ucap Jihan berkacak pinggang dengan tampang garangnya.

"Iyaiya."

"Dan yah, kamu tadi mengigau histeris banget tau." Ucap Annisa kembali duduk diranjangnya.

"Gimana?"

"Kamu teriak-teriak kayak gini, 'Ayah Bunda aku gak mau di jodohin' gitu ngigau kamu." Terang Annisa yang membuat Anindya membulatkan matanya terkejud.

"Maksudnya apa sih Anindya, kamu dijodohkan?" Sergap Erlin langsung mendekat pada Anindya.

"Gak kok... Aku ngga dijodohin!" Jawab Anindya agak gugup takut-takut teman-temannya tau bahwa ia dijodohkan dengan Gus Tahfiz yang sangat di idam-idamkan di pesantren ini.

"Ngaku aja deh... Sampe kebawa-bawa mimpi gitu." Celetuk Jihan sambil mengambil handuknya.

"Udah aku bilang... Aku gak dijodohin, Walaupun aku dijodohin aku akan menolaknya." Jawab Anindya sedikit mengeraskan suaranya.

"Ya santai aja dong kalau gak dijodohin, se akan-akan kayak kepergok aja gitu kalau dijodohin." Manyun Erlin.

Jihan menguap. "Padahal lagi enak-enaknya mimpiin idol Korea, udah keburu bangun."

"Mending kita mandi aja deh, biar ngga ngantri pas adzan subuh." Ajak Annisa yang udah stay dengan peralatan mandinya.

"Ayo." Anindya mengikuti Annisa dari belakang, begitu juga Erlin dan Jihan.

Tak lama kini Mereka ber-empat sudah berada di masjid bersiap untuk melaksanakan kewajibannya sebagai orang muslim.

Sholat subuh berakhir setelah kyai melakukan salam, santriwan dan santriwati berdzikir dulu sebelum meninggalkan masjid. Begitu juga para ustadz-ustadzah dan juga Gus Tahfiz yang berdzikir dengan fokus. Mau di deskripsikan?

Memakai baju koko yang rapi sampai tidak ada kancing yang terlepas dibajunya, lengkap dengan sarung dan pecinya yang selalu dipakai tiap hari, rahang kokoh dan Pahatan wajah yang begitu sempurna dimata yang tepat.

Ketika dzikir selesai, semua santriwan dan santriwati bubar berhamburan keluar.

"Aaaaaa Anindya." Jihan menatap Anindya tersenyum gembira.

"Kenapa?"

"Liat tuh para santri putra." Arah Jihan menunjuk sebagian santriwan  yang berada lumayan jauh darinya.

Anindya melihat ke arah tunjuk Jihan menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa?"

"Habis sholat subuh berjamaah, ga sengaja jalan sampingan dia bawa sarung kita pakai mukena, Weh! Berasa ibadah bareng suami."

Anindya terkekeh kecil, setelah itu langsung menarik Jihan menjauh dari masjid.

"Anindya ih! Kok narik-narik aku sih." Jihan mengeluh kesakitan.

"Tadi ada Gus Tahfiz." Kata Anindya sedikit khawatir.

"Gak sopan tau nyelonong pergi gitu, kenapa coba?" Omel Jihan sambil menaruh mukena ditempatnya.

"Karena Gus Tahfiz itu yang akan di jo---"

"Apa? Apa tadi kamu bilang, di apa?" Tanya Jihan mendekati Anindya yang terkejud dengan mulutnya yang asal ceplos aja.

"Gak ada."

"Ih! aku tau kamu mau ngomong apa gitu, tapi apa?" Tanya Jihan semakin penasaran.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab Anindya dan Jihan serempak.

"Oh ya Anindya, kamu dipanggil kyai, katanya kamu ditunggu di ndalem sekarang."

___________________

Kalo komen jangan 'thor-thor Author' ygy. Panggil aja zia atau Kaka gitu ya:)

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang