-Happy reading-
"Gue kesini bareng sama bokap nyokap Lo waktu itu, pas waktu lomba Lo selesai gue bingung kamar Lo dimana? Dan gue pun ikut Lagi ke ndalem." Sesekali Lita minum Boba yang dibelinya di gerbang pondok.
"Terus?"
"Ya terus kata kyai suruh tinggal di ndalem dulu sementara, dan Lo tau ngga? Gue selama itu tinggal dikamar yang serba pink tau, gila aja kamar gue kek gitu." Ucap Lita merasa sangat kurang nyaman.
Anindya justru menertawakannya, "Gue udah tau Lo dari dulu, Lo ngga suka yang terlalu kamar kaya gitu."
"hihi... Gue ngga mau." Ucap Lita memanyunkan bibirnya.
"Mau gimana lagi." Ucap Anindya menatap malas.
"Aku tinggal disini aja ya... dikamar sini ya guys." Ijin Lita menatap semuanya, sama sekali tidak digubris Erlin, Jihan dan Annisa yang sedang hafalan.
"Woilah Erlin, Jihan, Annisa jawab dong...." Ucap Lita sedikit meninggikan suaranya.
Jihan cengengesan tak jelas. "Ya... Gimana ya, kamarnya udah pas 4 orang." Ucap Jihan di angguki Erlin dan Annisa.
"Pokok apapun caranya, gue kudu dikamar ini." Putus Lita tanpa ganggu gugat.
"Ada satu cara sih... Kita suruh siapa aja untuk gotong ranjang yang tersedia ditaruh sini." Ucap Annisa menunjuk tengah-tengah kamar. Setiap kamar di isi oleh 4 orang dan 4 kasur, dan kebetulan kamar ini memang paling luas dari yang lain jadi bisa saja dihuni 5 orang.
"Ya itu, kita suruh pak satpam yang ada didepan aja, biar gue yang urusin segala macemnya." Balas Lita dengan penuh semangat.
"Oh ya Anindya, kamu ngga ke ndalem?" Tanya Annisa.
Anindya menepuk jidatnya sedikit keras. "Aduh! Sakit kan pala gue... Gue lupa, gara-gara Siti sih... Jadi lupa kan gue."
"Lah-lah, kok jadi salah gue, ya salah Lo sendiri lah yang lupa." Ucap Lita tak terima.
***
"Gimana nak?" Tanya Umi menatap Anindya dengan penuh harap.
"Tapi Anindya boleh bawa ponsel yah?" Ucap Anindya dengan tampang melasnya, yang membuat Tahfiz semakin gemas dibuatnya.
"Astaghfirullah... disaat-saat begini masih sempet-sempetnya mikirin ponsel." Niko jadi Gedeg kepada Anindya.
"Boleh, tapi kalau udah jadi istri saya, dan hanya boleh main di area ndalem, ngga boleh dibawa ke pondok." Jawab Tahfiz tersenyum tipis dengan tingkah bar-bar calon istrinya.
"Kamu so sweet banget nak." Ucap Umi kepada Tahfiz.
"Astaghfirullah, ternyata bisa gaul juga nih Umi." Batin Anindya tersenyum.
"Mau ya sayang?" Ucap Nisa penuh harap dengan tampang melasnya.
Anindya jadi tak tega kalo menolak keinginan Bundanya. "Bismillahirrahmanirrahim iya, Anindya mau."
"Alhamdulillah...." Ucap semua serempak sambil tersenyum bahagia.
"Syukron Anindya, kamu telah menerima khitbah saya." Ucap Tahfiz tersenyum manis.
"Dan ya, Asalkan pernikahan ini tidak di publikasikan, hanya keluarga dan kerabat yang tau termasuk penghulunya." Kata Anindya sudah memikirkannya matang-matang.
"Loh-loh, mana bisa gitu sayang." Protes Nisa tak terima dengan syarat yang diberikan Anindya.
"Pokoknya Anindya mau dijodohin sama Gus Tahfiz asal ngga dipublikasikan. Titik ngga pake koma apalagi tanda tanya." Putus Anindya sepihak.
____________________
Bagiamana part ini?
Jangan lupa vote and komen sebelum lanjut part yahh!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin With Gus | End
Teen Fiction⚠️Bucinable area!⚠️ Judul awal : Santri Kampret NOTE : REVISI BERTAHAP Bagaimana jadinya kalau seorang Anindya yang bandel dan suka bikin onar diperebutkan oleh dua Gus beradik kakak? Anindya Alisya Syahreza. Anindya merupakan salah satu siswi pali...