Satu-satunya cinta yang tak akan membuat manusia kecewa adalah mencintai Allah.
-Happy reading all-
Setelah memutuskan liburan ke Madinah, Tahfiz dan sekeluarga akan berangkat kesana besok.
Sebelum berangkat, seperti biasanya santri putra maupun putri akan menyambut.
Dengan ini, pernikahan Ustadz Tahfiz sudah terbongkar oleh warga masyarakat pondok, tetapi mereka tidak tahu siapa orang dibalik cadar hitam yang digandeng seorang Gus Tahfiz.
"Siapa kira-kira dibalik cadar itu ya?"
"Kayak pernah liat mata itu... Tapi dimana?"
"Siapa sih, dia?"
"Pengen gue bantai tuh anak, beraninya rebut Gus Tahfiz dari gue."
Bisikan-bisikan mulai terdengar jelas ditelinga Anindya maupun Tahfiz, namun mereka membiarkannya. Anindya hampir emosi, tapi Tahfiz lebih cepat menenangkannya.
"Jangan gegabah, langsung masuk ke mobil." Bisik Tahfiz pada Anindya.
Anindya menghela napas pelan, dan menganggukkan kepalanya segera masuk ke dalam mobil bersama Umi dan Rasya. Sedangkan Abah duduk di depan.
Setelah acara penyambutan kepergian selesai, kini Tahfiz dan sekeluarga berada di mobil menuju bandara internasional Soekarno-Hatta. Seperti biasa, mobil yang menyetir adalah kang pondok yang sudah mengabdi lama hingga sampai saat ini, kang pondok memang mengetahui bahwa Anindya adalah istri seorang Tahfiz, tetapi kang santri itu sangat dipercayai untuk tidak menyebarkan berita itu.
***
Setelah lama perjalanan, kini Anindya dan sekeluarga akhirnya sampai di Madinah sekitar jam 2 malam disebuah hotel cabang milik sahabat Tahfiz.
Anindya bernapas lega bisa berebah di kasur setelah lama perjalanan.
Sedangkan suaminya dan yang lain, lagi menghampiri Hafiz untuk memberikan kejutan.
Tak terasa, Anindya sudah terlelap dalam tidurnya dengan sangat nyenyak, sampai tak sadar Tahfiz berada didepannya, kali ini Anindya mendengkur sedikit keras dan menyaring.
Tahfiz menahan tawanya, takut mengganggu istrinya yang sangat disayanginya itu.
Karena akhir-akhir ini Anindya sering marah dan sulit mengembalikan moodnya, maka Tahfiz berusaha tidak membuat masalah dengannya.
Saat di pesawat saja masih marah dan memalingkan mukanya karena tidak setuju dengan keputusan yang sudah di sepakati untuk berlibur ke Madinah.
Padahal sebelum itu Anindya menganggukkan kepalanya tanda setuju ketika berada dimeja makan.
Uhuk!
Tahfiz akhirnya kelepasan karena tak bisa menahan tawanya, akhirnya batuk walaupun tak keras karena sedikit menahannya.
"Engghh." Anindya sedikit terganggu.
"Kenapa, Gus?" Tanya Anindya dengan suara serak khas bangun tidur.
Tahfiz menggelengkan kepalanya tersenyum, "Ngga."
"Ngga. oh ya, tadi udah ke kamarnya Hafiz?" Tanya Anindya bangun dan duduk. Memang Anindya masih merahasiakan kalau ia pernah diberi surat oleh Hafiz sebelum berangkat sekolah, entah lah Anindya gak tahu maksud dari Hafiz yang menyuruh untuk menunggunya 3 tahun. Agak bimbang juga, karena teman-temannya menebak kalau Anindya dipinang secara tidak langsung.
Tahfiz mengangguk. "Udah, dia kaget banget waktu itu. Apalagi saat Umi bilang kalau Abangnya ini mempunyai istri yang sangatttt cantik."
Bukannya tersenyum senang dan bahagia dibilang cantik, Anindya malah jadi takut sehingga membuat dahinya berkeringat dingin.
"Humaira... kok jadi berkeringat gini, hm." Tahfiz mengusap keringat Anindya menggunakan tangannya.
Anindya menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak apa-apa, berbanding terbalik dengan kenyataannya.
"Kenapa, hm." Tanya Tahfiz lembut.
Anindya menggelengkan kepalanya kembali. "Ngga papa."
Tahfiz tersenyum tipis. Jawaban yang sangat menjebak, kalau perempuan udah kayak gini mesti ada sesuatu.
Menghela napasnya pelan. "Anindya..."
"Anindya gak papa, Gussss. ini nih Anindya senyum." Anindya menunjukkan senyum lebarnya.
"Kamu itu seperti le mineral, yang ada manis-manisnya
"Gombal."
"Ngga lagi ngegombal, sayang."
"Hm." jawab Anindya merebahkan kembali tubuhnya hendak tidur.
"Masih ngantuk?"
"Hm."
"Jangan tidur lagi, habis ini udah mau azan subuh."
"Emmmm, Anindya masih ngantuk."
Tahfiz tak tega rasanya, "Yaudah gak papa lanjut tidur."
Tahfiz ikut membaringkan tubuhnya sembari mengelus puncak kepala Anindya dengan sayang.
Tiba-tiba Tahfiz merasa mual dan berlari menuju kamar mandi.
Hoek!
______________________
Gimana perasaan kalian?
Tunggu kelanjutannya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin With Gus | End
Teen Fiction⚠️Bucinable area!⚠️ Judul awal : Santri Kampret NOTE : REVISI BERTAHAP Bagaimana jadinya kalau seorang Anindya yang bandel dan suka bikin onar diperebutkan oleh dua Gus beradik kakak? Anindya Alisya Syahreza. Anindya merupakan salah satu siswi pali...