Chapter 27

10.9K 462 15
                                    

Happy reading

Follow Ig:@alvnnqzlxsr_
                    @alvinna_qz.sar
                    @alq_sarlasar
Tiktok: @alv_sar

Bukan sebuah kenangan
Melainkan genangan
Hanya sekelebat bayangan
Yang membuat kehilangan

~Sar

~~SARLA~~

Sarla berjalan sendirian membelah jalanan padat pengendara, dengan tatapannya yang kosong.

Banyak pengendara yang menatap aneh Sarla, tapi Sarla hanya acuh.

Sarla terus berjalan sendirian tak peduli dengan awan yang menghitam bersiap untuk menurunkan air hujan.

Pandangannya kosong, Bahkan sesekali ia terkekeh Sendiri entah karena apa.

Setelah pemakaman Xander selesai bukan bukan selesai hanya saja Sarla tak kuat ketika melihat tubuh kembarannya dimasukan kedalam sebuah peti dan dikubur dalam tanah, tangisannya langsung pecah saat itu juga bahkan sesekali ia memberontak dan berusaha mendekati peti mati Xander tapi di tahan oleh Gara dan Sam, Sarla pergi dari sana tanpa diketahui yang lainnya, tak peduli dengan semua orang yang sekarang khawatir dengannya, entah sudah berapa jauh ia berjalan, kaki nya bahkan sampai lecet tapi Sarla tak memperdulikan itu, ia terus berjalan dengan pandangan kosongnya.

Air matanya mengalir tiba tiba bersamaan dengan air mata sang awan yang mulai turun membasahi bumi.

Sarla menolehkan pandangannya kearah kanan, ia menatap lautan yang luas dengan senyuman yang penuh luka.

Sarla mendekat dan memegang pagar pembatas, menatap kearah hamparan laut yang luas, tak peduli dengan dirinya yang kini sudah basah kuyup.

"AAAAAAAAAAAAAA"teriak Sarla keras lalu terkekeh pelan menyembunyikan air matanya di balik air mata sang awan, tak peduli dengan beberapa pengguna jalan yang menatapnya.

Sarla memejamkan matanya sesaat melawan rasa sesak yang memenuhi dadanya dan kembali melanjutkan langkahnya.

Air matanya terus mengalir disepanjang perjalanan, ia terus tersenyum mencoba untuk terlihat baik baik saja.

Langkahnya terhenti didepan sebuah gerbang mansion yang menjulang tinggi, tangannya perlahan membuka gerbang itu pelan, lalu masuk menatap mansion didepannya dengan senyuman sekaligus air mata.

Langkah kakinya perlahan memasuki mansion itu, di setiap langkah kakinya teringat setiap kenangan kenangan kebersamaannya bersama beberapa orang, mereka tertawa, menangis Semua itu berputar di otaknya seperti sebuah kaset rusak.

SARLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang