Chapter 38

8.7K 394 7
                                    

Happy reading

Follow Ig:
@alvnnqzlxsr_
@alvinna_qz.sar
@alq_sarlasar

Follow tiktok
@alv_sar

~~SARLA~~

Hening…
Itulah suasana di ruangan Sarla saat ini, banyak orang didalamnya tapi mereka memilih untuk tidak membuka suaranya, terlihat dari mata mereka terpancar kesedihan disana.

Tok tok tok

Pintu ruangan diketuk dari luar oleh seseorang, Satria melihat sekeliling dan bangkit untuk membuka pintu disaat semuanya hanya diam tak berniat beranjak sedikitpun.

Cklek

Satria menatap datar salah satu suster yang tadi mengetuk pintu.

"Maaf sebelumnya, saya hanya ingin memberi tahukan kalau jenazah Dokter Alvano selesai dibersihkan dan siap untuk dikuburkan, kalau begitu saya permisi"ucap suster itu menunduk lalu pergi dari sana.

Satria mematung ditempat lalu menundukkan kepalanya mengusap wajahnya kasar saat air matanya akan menurun begitu saja.

"Bang Alva harus dikuburin"ucap Satria dengan suara bergetar.

"Biar gue, satria, sama Darrel aja yang pergi kalian disini jaga Sarla gue gak mau kejadian tadi malam terulang lagi"ucap Zaski datar tapi dari sorot matanya memancarkan kesedihan.

Semuanya mengangguk, lalu Satria dan Darrel mengikuti Zaski keluar ruangan bertujuan untuk mengubur jenazah Alvano.

Kini diruangan hanya ada Kenzo, Bara, Sarla dan Radit, Radit seseorang yang menelpon Alvano sebelum kejadian kini dia telah tiba di Indonesia, dia juga yang memberi tahu inti Rose of death bahwa Alvano dan Sarla dalam bahaya, dia panik saat Alvano berteriak memanggil Sarla dengan ponsel yang masih terhubung dengannya, makanya dia memberi tahu anggota inti sebelum memasuki pesawat.

"Kita telat"ucap Bara dingin sembari menatap Sarla yang kini terbaring di brangkar dengan selang oksigen di hidungnya, punggung gadis itu terluka akibat tusukan pisau oleh pelaku, untungnya tidak terlalu dalam tapi mungkin karena syok akibat kejadian Sarla belum bangun juga.

"Lo udah cek Cctv, Bar?"tanya Kenzo tanpa menatap Bara.

Bara menganggukkan kepalanya lalu membuka laptop yang ia bawa, Albara hacker handal dalam mafia Rose of death, Bara mengutak-utik laptop itu lalu muncul satu Video yang memperlihatkan kejadian semalam.

"Orang berbaju hitam"ucap Bara datar lalu meletakan laptopnya di meja agar dilihat oleh Kenzo dan Radit.

"Tunggu"ucap Kenzo tiba tiba ia mempause video itu lalu memundurkan nya sedikit.

"Lambang itu, bukannya itu…"ucap Kenzo mempertajam matanya, Kenzo si mata elang Rose of death, mempunyai mata setajam silet dengan pengelihatan yang luar biasa.

"Bantai"ucap Bara santai.

"Tunggu keputusan Sarla, Lo mau Lo yang dibantai Sarla" Ucap Radit santai sembari memainkan stetoskop ditangannya, Raditya dokter kedua di Rose of death setelah Alvano, ia bekerja di markas Italia, sedikit brengsek dan ya tentunya tampan.

SARLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang