Part 17

66.5K 7.4K 147
                                    

***

Sudah siang dan Valerie belum juga bangun dari tidurnya. Mentang-mentang ini hari minggu. Saat sedang asik bermimpi, ponselnya tiba-tiba berbunyi mengusik tidur panjangnya dihari libur.

Valerie mengulurkan tangannya mencari ponselnya diatas nakas tempat tidur.

"Halo?"

"Valerie g-gue p-putus sama bagas.."

Valerie yang mendengar suara serak Fhya sontak bangun terduduk dari posisi tidurnya.

"Lo dimana sekarang? Tunggu distu, jangan kemana-kemana. Gue kesana sekarang"

Valerie menutup panggilannya setelah mengetahui keberadaan Fhya. Lalu bergegas menuju kamar mandi untuk mandi secara kilat, dan bersiap-siap secepat mungkin agar bisa segera menemui Fhya.

Setelah selesai, Valerie berjalan cepat menuruni tangga. Mendengar suara dari arah ruang tamu, dia pun melangkah mendekat.

Dia berjalan ke arah Altair untuk pamit. Yah, setidaknya dia harus memberitahu orang rumah jika dia ingin keluar agar tidak terjadi pertengkaran lagi seperti sebelumnya.

"Al..."

"Kenapa?"

"Gue keluar yah, Mau ketemu Fhya"

Altair mengernyit sebab semenjak kecelakaan itu, Valerie selalu menghabiskan hari liburnya dirumah.

"Mau kemana? Gue anter yah?" Tawar Altair.

Valerie buru-buru menggeleng. "Gak usah, gue pergi bye!" Ucapnya lalu berlari pergi.

"Hati-hati, jangan pulang malem!" Teriak Altair.

Sementara Valerie hanya mengangkat jempol dan segera menghilang di balik pintu.

Dava dan yang lain, hanya bisa diam dan menatap heran interaksi antara Altair dan Valerie.

Sejak kapan keduanya begitu akrab?

"Ini gue yang salah lihat, apa gimana sih? Sejak kapan si Valerie izin kalau mau keluar? Dan sejak kapan Lo peduli dia pulang malem atau enggak?!" Tanya Halil heran.

"Emang kenapa? Gue kan abangnya" jawab Altair santai.

"Iya tau! Maksud kita tuh sejak kapan lo baikan ama dia?!" balas Hesyam.

"Lo ngapain sih baikin dia?! Lo udah lupa bunda meninggal gara-gara siapa?" Tegur Akhtar.

Sebenarnya dia sedikit cemburu pada Altair yang bisa seakrab itu dengan Valeri tapi egonya lebih besar daripada rasa cemburu itu.

Altair menghela napas berat. "Bunda meninggal bukan karena Valerie, itu udah takdir Tar!"

"Kita selalu tau kalau itu bukan salah Valerie. Mau sampai kapan kita bohongin diri sendiri? Mau sampai kapan kita nyakitin Valerie?"

"Terserah lo!" sinis Akhtar kemudian beranjak pergi.

Altair hanya bisa menghela napas saat melihat tingkah Akhtar.

"Gue seneng lo akhirnya sadar Al..." Ucap Chandran sambil menepuk bahu Altair.

Altair hanya tersenyum menanggapi Chandran. Setelah beberapa saat dia teringat sesuatu dan menoleh pada Dava.

"Dava..."

Dava menoleh dengan alis terangkat.

"Pertunangan lo dan Valerie udah dibatalin?"

Choose A Way Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang