Part 19

61.5K 7.8K 271
                                    

***

Valerie menatap dirinya lewat cermin meja rias yang berada dikamarnya. Hari ini adalah hari dimana sang protagonis wanita, yaitu Naya akan muncul dan menandakan bahwa alur cerita novel akan dimulai.

Valerie merasa agak sedikit gugup, jika mengingat alur novel yang menceritakan kematiannya.

Pokoknya dia harus berusaha sebaik mungkin untuk menghindari kematian tersebut. Intinya adalah jangan menganggu hubungan Naya dan Dava, karena prioritasnya sekarang adalah memperbaiki hubung dengan semua orang.

"Semangat Valerie! Lo pasti bisa!!" Ucapnya menyemangati diri sendiri, kemudian turun kebawah untuk sarapan bersama.

Sesampainya dimeja makan Valerie langsung duduk dan memulai sarapan tanpa mengucapkan sepatah katapun.


Valerie sadar bahwa ayahnya telah menatapnya sejak tadi, namun dia memilih untuk tak peduli.

Semenjak mendengar suara hati Valerie malam itu, Arma  sebenarnya telah sadar dan merasa sangat bersalah. Harusnya dia tidak menyalahkan Valerie atas kematian istrinya.

Apa yang dikatakan Valerie malam itu benar, kepergian sang istri juga bukan kehendak Valerie, itu sudah takdir. Arman ingin meminta maaf, tapi dia malu karena sudah terlalu banyak kesalahan dia lakukan dan dia juga bingung harus memulai dari mana.

Arman takut Valerie akan mengabaikannya dan tidak mau memberinya maaf.

"Valerie kamu berangkat bareng abang aja yah?" tawar Altair.

Valerie mengernyit. "Kenapa?"

"Mobil kamu lagi di servis"

Valerie terdiam untuk berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju.

Beberapa saat kemudian....

Valerie menyelesaikan sarapannya dan beranjak dari kursinya di ikuti Altair.

Keduanya langsung pergi  untuk berangkat ke sekolah tanpa menghiraukan Arman dan Akhtar yang menatap mereka dari tadi.

...

Di Sekolah...

Altair mengantarkan Valerie sampai kedepan pintu kelasnya. "Nanti pulangnya bareng Abang lagi"

Valerie mengangguk. "Oke"

Altair tersenyum saat mendengar persetujuan Valerie. Dia mengelus kepala Valerie, lalu kemudian pergi ke kelasnya sendiri.

Banyak yang menatap iri interaksi kedua saudara itu, harmonis sekali pikir semua orang.

Valerie berjalan masuk ke dalam kelas menuju tempat duduknya yang disebelahnya sudah ada Fhya.


"Tumben lo dateng duluan"

"Iya nih, efek patah hati buat gue bangun pagi" canda Fhya

"Ck gaya' lo, kemarin aja mewek gak kelar-kelar"

"Gak usah bahas yang bagian itu bisa gak sih. Eh btw semalam Bagas nelpon gue sambil minta maaf."

"Bagus dong! Itu artinya tuh cowok brengsek sadar diri"

Fhya mengangguk setuju, namun dengan raut wajah bingung. "Tapi gue bingung deh, padahal terakhir ketemu itu dia kayak gak ada rasa bersalah sedikitpun ke-gue. Tapi pas malemnya dia tiba-tiba nelpon mohon-mohon sambil minta maaf udah kayak orang mau nangis. Aneh gak sih menurut lo?"

Choose A Way Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang