***
Ruangan itu menjadi hening setelah kepergian Valerie. Mereka benar-benar tak menyangka bahwa Valerie akan mengucapkan kata-kata seperti itu, dan lagi semua yang dia ucapkan adalah kebenaran yang tidak bisa mereka sangkal.
Selama ini mereka memang selalu mengabaikan Valerie dan terkesan menganggapnya tak ada. Mereka seolah percaya bahwa seburuk apapun perlakuan yang mereka berikan padanya,Valeria akan tetap berlari mendekat sambil tersenyum pada mereka.
Tapi setelah kejadian tadi, mereka akhirnya sadar bahwa semua orang bisa berubah, dan memiliki titik jenuhnya masing-masing.
Seperti Valerie yang mungkin sudah lelah dengan segala perjuangannya untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua saudaranya.
Gadis itu benar-benar berubah dan entah kenapa perubahan itu menimbulkan rasa takut pada hati kedua saudaranya, seakan-akan Valerie bisa meninggalkan mereka kapan saja.
Setelah lama larut dalam kebisuaan, akhirnya Chandran mulai membuka suara
"Omongan lo emang udah kelewatan Tar. Harusnya lo nggak ngomong kayak gitu ke Valerie"
Akhtar yang mendengar teguran itu tetap terdiam, lidahnya kelu dan tak bisa berkata-kata begitupun dengan Altair.
"Udah, nggak usah bahas itu lagi. Ini urusan keluarga mereka, kita nggak usah ikut campur" Ucap Dava melerai.
"Gue nggak ada niatan buat ikut campur dalam masalah keluarga mereka, tapi perkataan Akhtar tadi udah bener- bener kelewatan."
Chandran melihat teman-temannya dengan ekspresi serius. "Gue sebagai sahabat cuman ngingetin, jangan sampai Lo berdua bakalan nyesel dikemudian hari."
Mereka semua hanya diam dan tak membalas ucapan Chandran.
Chandran menghela napas lalu kemudian berdiri. "Gue balik duluan"
Mereka semua hanya bisa menatap diam kepergian Chandran, tak ada yang menahan ataupun membalas perkataannya.
"Apa yang diomongin Chandran emang bener Tar, kali ini lo bener-bener udah melewati batas. Perkataan lo tadi bisa aja buat Valerie kena mental. Dia masih remaja, mentalnya rentan bro, apalagi belum lama ini dia ngalamin kecelakaan yang cukup parah. Gue bukannya nyalahin lo dan belain Valerie, gue tau harusnya dia juga nggak ngomong sekasar itu ke abangnya sendiri. Tapi gue harap lain kalo lo lebih bisa jaga ucapan lo ke dia. Gue juga balik duluan" Nasihat Hesyam dan ikut beranjak pulang seperti Chandran.
Kini diruangan itu hanya tersisa mereka ber-4. Halil yang melihat kedua temannya duduk terdiam dari tadi akhirnya mengeluarkan suara untuk menghibur.
"Udah, gak usah terlalu dipikirin. Bukan salah lo berdua, intinya lain kali jangan ampe ngomong kasar kaya gitu lagi. Omongan Valerie tadi nggak usah dianggap serius, dia cuman lagi kebawa emosi makanya kayak gitu"
Dava hanya diam mendengarkan ucapan Halil. Dia sebenarnya bingung harus membela siapa karena menurutnya kedua belah pihak sama-sama bersalah.
Tak lama setelah itu Dava dan Halil pun juga ikut pamit pulang. Setelah kepulangan teman-temannya Akhtar dan Altair naik kelantai dua dan masuk ke kamar masing-masing.
Mereka sendiri bingung dengan perasaanya sendiri, mengapa mereka seolah merasa bersalah setelah mendengar perkataan Valerie tadi, padahal selama ini mereka selalu bersikap acuh pada Valerie entah itu pada kelakuan atau perkataannya.
Hanya saja kata-kata Valerie tadi benar-banar berhasil membuat mereka tak tenang. Malam ini Akhtar dan Altair benar-benar gelisah dan tak bisa tertidur nyenyak akibat kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose A Way Of Life
Fantasy[SILAHKAN FOLLOW SEBELUM BACA] *** Agnesia Aliandra Gadis yatim piatu yang sudah terbiasa hidup dalam kemandirian. Agnes hidup dan dibesarkan dipanti asuhan, dirinya ditemukan oleh ibu panti saat masih bayi didepan pintu rumah, meskipun besar dalam...