Part 30

51.8K 6.4K 471
                                    

***

Didalam kamar itu, Valerie melihat Chandran duduk dilantai dan bersandar pada tempat tidur. Pandangan pria itu kosong, lingkaran hitam terlihat jelas dibawah matanya menandakan ia kurang tidur, bahkan wajah sangat pucat.

Mata Valerie mulai berkaca-kaca melihat kondisi Chandran yang seperti itu. Ia mendekat dan duduk disebelah Chandran.

"Chandran"

Chandran menoleh menatap Valerie dengan sorot mata sendu. "Hem?"

Air mata Valerie mengalir begitu saja ketika melihat sorot mata itu. Dia langsung memeluk Chandran dengan erat. Merasakan dirinya dipeluk, Chandran juga membalas  pelukan Valerie, dia menyembunyikan wajahnya ke cerukan leher gadis itu lalu menangis tanpa suara.

"Kenapa? Kenapa mereka harus pergi secepat ini Vee?" ucap Chandran lirih dengan suara serak.

Valerie melepaskan pelukannya dan mengusap pipi Chandran. "Semua orang yang hadir dihidup kita pasti bakalan pergi, tapi caranya baik atau buruk kita gak pernah tau. Siap gak siap, mau gak mau, kalo emang waktunya udah tiba kita gak bisa apa-apa selain mencoba buat ikhlas"

"Chandran gue tau lo kuat, jangan nyiksa diri lo kaya gini, please. Lo gak sendiri, masih ada kakak lo, bang Akhtar, bang Al, Hesyam, Halil, Dava dan gue. Kita semua khawatir sama lo"

"Lo makan yah? Gue gak mau lo sakit, hm?" bujuk Valerie sambil terus mengusap lembut pipi pria itu.

Chandran yang mendapat perlakuan seperti itu akhirnya luluh dan mengangguk mengiyakan.

"Ya udah, ayok keluar!" Ajak Valerie.

Valerie dan Chandran akhirnya Keluar sambil berpegangan tangan. Melihat keduanya keluar bersama Dava dan yang lainnya lantas segera menghampiri mereka.

"Kampret lo Chand! Giliran ama Valeria aja lo nurut, gue dari kemaren koar-koar depan kamar lo kagak lo peduliin cih" omel Hesyam

"Diem lo syam! Chand lo gak papakan? Makan Chand makan! Lo ngapain puasa dua hari. Bulan Ramadhan udah lewat goblok!" timpal Halil

Chandran hanya diam mendengarkan celotehan kedua sahabatnya itu sambil terus menggenggam erat tangan Valerie disampingnya.

"Bacot lo berdua" tegur Altair pada Halil dan Hesyam

"Chand ayo kebawah, lo harus makan dulu biar gak sakit" ajak Akhtar

Sedangkan Dava hanya berdiri menatap kearah tangan Chandran dan Valerie yang saling menggenggam kemudian membuang pandangannya kearah lain.

Kakak Chandran yang melihat adiknya itu menuruni tangga bersama teman-temannya, langsung menghampirinya dan mengajaknya menuju meja makan.

"Lo mau makan apa Chand? Gue ambilin" tanya Valerie

"Nasi goreng aja"

Mendengar jawaban Chandran itu, Valerie dengan cekatan mulai menyediakan nasi goreng ke piring pria itu.

"Lo bisa makan sendiri? Atau mau gue suapin?"

Interaksi keduanya terus diperhatikan oleh orang-orang yang berada dimeja makan itu. Dava, Akhtar dan Altair hanya bisa bersabar untuk saat ini. Mereka tidak boleh cemburu, untuk hari ini mereka akan membiarkan Valerie memberika perhatian kepada Chandran, ya! Hanya untuk hari ini.

"Dia bisa makan sendiri Vee, kan punya tangan. Iya nggak Chand?" celutuk Halil merusak suasana, membuat Chandran yang sudah sangat lemas itu masih bisa mengiriminya tatapan tajam.

"Suapin aja Vee, Chandran udah lemes banget tuh kayaknya" ujar Hesyam membantu Chandran yang sedari tadi diam.

"Ya udah, gue suapin aja" setuju Valerie kemudian mulai menyuapi Chandran dengan telaten.

Chandran makan dengan tenang sambil terus menatap wajah Valerie.
Rasanya perasaan sukanya pada Valerie sudah ter-update menjadi rasa sayang, dan tidak lama lagi akan ter-upgrade jadi rasa cinta, ck.

Beda dengan Chandran yang senang atas perhatian Valerie. Dava malah makan hati, matanya rasanya sudah hampir keluar akibat memelototi Chandran yang sedang disuapi oleh Valerie.

"Jangan cemburu Dav, itu si Chandran lagi gak sehat makanya disuapin" bisik Hesyam pada Dava yang juga didengar oleh Halil.

"Jangan cemburu Dav, lo udah gak ada hak!" Halil ikut berbisik membuat Dava menoleh menatapnya tajam.
Melihat tatapan tajam sahabatnya itu Halil hanya cengengesan sambil mengangkat tangan.

Setelah selesai makan mereka semua berkumpul di ruang tamu rumah Chandran.

"Lo kapan mau masuk sekolah lagi?" Altair memulai percakapan dan bertanya pada Chandran.

"Besok"

"Gak usah buru-buru Chand, lo istrahat aja untuk beberapa hari kedepan. Pastiin kondisi lo udah bener-bener baik, sebelum masuk sekolah" saran Akhtar

"Bener kata Akhtar, lo istirahat aja dulu" setuju Halil

"Gue udah gak apa-apa" kekeh Chandran.

"Gak apa-apa gimana, orang lo lemes kayak gini. Udahlah Chand! lo istrahat aja dulu. Sekolahnya nanti aja, tunggu keadaaan lo membaik. Lo gak usah khawatir bakal ketinggalan pelajaran, kan ada gue, lagian kita sekelas. Nanti gue ajarin deh!" cerocos Valerie

"Yaudah iya, gue masuk sekolahnya nanti aja" Setuju Chandran

"Kampret lo Chand! Yang lain udah ngelarang lo dari tadi, kagak lo dengerin. Giliran Valerie yang ngomong aja langsung lo iya-in cih"
hardik Hesyam

"Gini nih! kalo bibit-bibit bucinnya udah mulai bertunas" ejek Halil

"Lo berdua jangan kayak gitu dong, nanti Chandran gak nyaman lagian mana mungkin Chandran suka gue" delik Valerie.

Mereka semua yang mendengar ucapan Valerie rasanya ingin berteriak mengatai gadis yang sangat tidak peka itu.

Chandran hanya bisa memutar mata kesal mendengar kedua sahabat gilanya itu.

"Ya udah Chand gue ama adek gue balik dulu yah? Udah malem, bokap gue juga hari ini pulang ke rumah soalnya... Ayo Vee, Al!" Ucap Akhtar mengajak kedua adiknya untuk pulang.

"Gue balik dulu Chand" pamit Altair kemudian berdiri.

Chandran hanya mengangguk sambil tersenyum menanggapi kedua sahabatnya yang berpamitan itu.

"Chandran gue pulang dulu yah! Lo harus rajin makan, jangan ngurung diri mulu, jaga kesahatan supaya bisa masuk sekolah lagi" Valerie ikut pamit lalu berdiri disebelah kedua abangnya.

"Iya, makasih Valerie" jawab Chandran sambil menatap Valerie dengan senyum.

Ketiga bersodara itu akhirnya pulang setelah selesai berpamitan. Kini hanya tersisa Chandran, Dava ,Halil dan Hesyam diruangan itu.

"Tadi Akhtar ama Altair pamit lo cuman ngangguk-ngangguk kek orang bisu, pas Valerie yang pamit manis amat respon lo ck" sindir Hesyam lagi pada Chandran.

"Turut berduka gue Chand, belum apa-apa udah bucin lo" ucap Halil dramatis.

"Chandran!" Dava tiba-tiba bersuara membuat ketiga temannya menoleh.

"Hm?"

"Bener kata lo. Gue emang udah jilat ludah sendiri"

Hesyam dan Halil yang mendengar ucapan Dava menatap bingung padanya. Beda dengan Chandran yang sudah paham akan maksud perkataan Dava itu.

...

Choose A Way Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang