***
"Valerie" panggil Rafan pada gadis disebelahnya yang sedang sibuk memakan es krim nya itu. Kini mereka berdua sedang berada disebuah taman kota.
"Hm?" Valerie menoleh.
"Menurut lo, gue punya peluang gak?"
"Peluang apaan?"
Rafan memandang serius ke arah gadis itu. "Peluang buat dapetin hati lo"
Valerie sedikit tertegun saat mendengar nada serius dan melihat tatapan mata Rafan ke arahnya. Menghentikan kegiatannya yang sedang makan es krim, lalu menghadap ke arah Rafan disebelahnya dan membalas tatapan pria itu.
"Rafan!"
"Hm?"
"Jangan suka sama gue"
"Kenapa?"
"Gue khawatir rasa suka lo itu, bakalan berubah jadi rasa sakit." lanjut Valerie yang membuat Rafan menatapnya dalam.
"Valerie gu--"
"Rafan, gue juga gak tau lo punya peluang itu atau gak. Gue bahkan gak bisa baca perasaan gue sendiri, jadi gimana bisa gue jawab pertanyaan lo itu"
"Valerie, salah satu hal yang gak bisa kita atur didunia ini adalah perasaan kita sendiri. Perasaan gue buat lo, gak bisa gue berhentiin sekalipun gue mau. Lo gak usah khawatir, apapun hasil dari perasaan gue ini, meskipun itu rasa sakit, itu bukan salah elo. Ini emang udah jadi konsekuensi yang harus gue terima. Di dunia ini kalo kita jatuh cinta, pilihannya emang cuman ada dua kan? Berakhir bersama dan belajar melepaskan." ucap Rafan panjang sambil terus menatap mata gadis itu.
Valerie hanya bisa terdiam mendengar ucapan Rafan. Rasanya ia sudah tidak bisa berkata-kata lagi untuk membalas ucapan pria itu, lidahnya kelu.
Ketika Valerie berkata bahwa ia tidak tau akan perasaannya sendiri, itu memang benar adanya. Perasaannya masih abu-abu, sampai saat ini ia tidak pernah memikirkan masalah cinta-cintaan seperti ini. Karena fokusnya selama ini adalah mengubah nasibnya agar tidak berakhir mati dan memperbaiki hubungan dengan keluarganya.
Pernyataan suka Dava dan Rafan terlalu mengejutkan baginya. Karena seharusnya kedua pria itu menyukai Naya, bukan dirinya. Bagaimana ia harus menanggapi perasaan ke dua pria itu, ia sungguh tidak pandai dalam hal seperti ini. Dirinya bahkan masih bingung jika harus disuruh memilih antara song jong ki dan lee min ho, padahal keduanya jelas-jelas tak mungkin dia gapai. ck! ck! yang halu saja dia tidak bisa memilih apalagi yang nyata seperti ini.
Setelah perbincangan serius tentang perasaan suka Rafan pada Valerie tadi. Keduanya mendadak terjebak dalam situasi yang agak canggung. Karena Valerie merasa tidak nyaman dengan situasi itu, akhirnya ia meminta untk diantarkan pulang dengan alasan kedua abangnya akan mencarinya.
Sesampainya didepan gerbang rumah, Valerie turun dari motor Rafan dan berkata.
"Thanks, udah ngajak gue jalan dan lagi lagi traktir gue"
"Hm! Valerie jangan merasa terbebani dengan pernyataan gue tadi. Gue harap sikap lo ke gue bisa kaya biasa aja, jangan berubah" ujar Rafan menatap gadis itu.
"Iya Rafan, kalo gitu gue masuk dulu. Hati-hati pulangnya dahhh!!" balas Valerie kemudian melangkah masuk di ikuti dengan Rafan yang menjalankan motornya pergi.
"Gue terbebani anjirrr!! gimana bisa gue b-aja setelah tau ada dua cogan yang naksir ama gue. Gini amat masuk tubuh orang cantik, REPOT YA AMPUN!!!" Valerie mendumel dalam hati.
...Ke-esokan harinya disekolah, Valerie merebahkan kepalanya diatas meja.
"Ngapa lo? Lesuh amat" tegur Fhya.
"Gue capek jadi orang cantik!" keluh Valerie yang membuat Fhya sontak melihatnya aneh.
"Setan lo!" umpat Fhya.
"Iblis lo" balas Valerie tak mau kalah. "Gue serius anjirr ck"
"Bersyukur Vee, dikasi muka cantik tuh dimana-mana bersyukur bego."
"Gue terbebani anjirr, banyak yang naksir nih" pede Valerie sambil mengibaskan rambutnya kebelakang dengan memasang wajah sok-nya.
"Belagu amat lo! Gue juga banyak yang naksir biasa aja tuh" Fhya ikut menyombong.
"Tapi kan elo masih dibawah gue" ejek Valerie.
"Bangsat!"
"Mulut lo lancar banget yah kalo ngumpat, kursus dimana sih?" sindir Valerie.
"Lo yang mancing ye monyet!"
"Enak aja! lo gak lihat gue dari tadi duduk disini, lagian mana bisa mancing dikelas ogeb" Valerie mode bego on!
"Bodo amat Vee! Bodo amat!" Fhya angkat tangan.
Kedua gadis itu kembali terdiam hingga..
"Fhya" rengek Valerie.
"Apaan sih?" dengus Fhya
"Gue galau nih"
"Kenapa sih?" Fhya menoleh menatap Valerie serius.
"Lee seung gi udah punya istri, gue merasa terkhianati tau. " keluh Valerie
Fhya memejamkan mata sejenak mencoba meredam emosinya setelah mendengar perkataan Valerie itu, padahal ia sudah serius mendengarkan. Tapi jawaban gadis itu malah memancing emosi jiwa raganya.
"Bangsat banget sahabat gue ya ampun, lama-lama gue tuker tambah nih bocah ck" umpat Fhya dalam hati.
"Bacot lo! Ke lapangan aja yok, nontonin anak futsal latihan, lumayan cuci mata lihat cogan" ajak Fhya.
"Cowok mulu pikiran lo cih" cibir Valerie.
"JADI LO GAK MAU?" tanya Fhya nyolot.
"YA MAU LAH! AYOKK!!!" Valerie ikut ngegass.
Kedua gadis itu akhirnya melangkah keluar dari kelas dengan semangat menuju lapangan futsal sekolah. Dari jauh mereka sudah bisa mendengar ramai teriakan siswi-siswi yang menonton latihan di lapangan itu.
"Rame amat! Padahal cuman latihan" ujar Valerie ketika tiba.
"Iyalah, anak futsal kan gak kalah ganteng sama anak basket" balas Fhya
"Aduhhh kak David ganteng banget, gue langsung fresh lihat beginian" lanjut sambil terus menatap ke arah lapangan."Gantengan juga abang gue" bantah Valerie.
Ditengah lapangan sana, diantara para anak futsal memang ada Altair. Abangnya yang satu itu memang anak futsal berbeda dengan Akhtar yang anak basket.
Beberapa saat kemudian para anak futsal itu mulai mengakhiri latihannya.
David yang baru selesai latihan, meminum airnya sambil melihat kesekeliling lapangan, matanya berhenti tepat ke arah salah satu gadis yang berdiri dipinggir lapangan. Valerie! Gadis cantik yang pernah ia gombali dikantin dulu. Senyum David perlahan merekah dan melangkah ke arah Valerie tanpa memedulikan panggilan teman-temannya yang lain.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose A Way Of Life
Fantasy[SILAHKAN FOLLOW SEBELUM BACA] *** Agnesia Aliandra Gadis yatim piatu yang sudah terbiasa hidup dalam kemandirian. Agnes hidup dan dibesarkan dipanti asuhan, dirinya ditemukan oleh ibu panti saat masih bayi didepan pintu rumah, meskipun besar dalam...