Part 48

26.8K 3.8K 746
                                    

***

"Hai Valerie" sapa pria itu dan langsung mendudukan diri dihadapan Valerie.

"Ck, gak heran lagi gue, liat lo nongol tiba-tiba kayak gini" ujar Valerie pada pria didepannya itu.

"Jujur aja deh, lo nguntit gue kan?" tuduhnya lagi.

"ck, gue kan udah bilang, kita itu jodoh. Makanya sering gak sengaja ketemu" balas pria itu yang ternyata adalah Rafan LAGI.

"Malesin banget jadi jodoh lo" sinis Valerie. "Jodoh lo tuh si Naya kali"

"Kok bawa-bawa dia sih, lo cemburu yah?" goda Rafan

"Gue?cemburu? Hahahha sorry gak level. Apa yang harus gue cemburuin sama orang yang jelas-jelas jauh di bawah gue?! " jawab Valerie sambil mengangkat dagu sombong.

"Sombong amat!"

"Itu FAKta!" tekan Valerie.

"Iyadeh, lo emang yang terbaik lah pokoknya"

"Emang!" sombong Valerie.

"Tapi Rafan, omongan gue tadi bisa aja bener. Jangan sampe jodoh lo emang Naya." lanjut Valerie dengan ekspresi wajah serius membuat Rafan menatapnya aneh.

"Apaan sih! Orang gue sukanya ama elo!" balas Rafan.

"Bisa ajakan, masa depan gak ada yang tahu. Dan lagi, kayaknya elo lagi deket ama tuh cewek."

"Ck, gak deket kok! Gue pernah gak sengaja nyerempet ibu dia, jadi kenal. Jangan ngomong aneh-aneh deh!" ujar Rafan.

"Itukan cuman perkiraan gue, bener atau gak-nya cuman lo yang tahu." santai Valerie.

"Gue suka-nya ama elo titik gak pake koma, apalagi tanda seru." tegas Rafan.

Valerie menganggukan kepala seolah mengerti maksud pria itu.

"Semoga apa yang lo ucapin gak berubah Rafan! gue mau lihat sampe kapan lo bisa sepercaya diri itu" tutur Valerie.

"Maksud lo?" bingung Rafan.

"Maksud gue, lo bakalan tahu nanti."

"Lagian ngapain sih masih disini? Pergi lo sono, gue mau menikmati kesendirian gue" usir Valerie.

"Gue masih pengen lihat elo, kangen tau" goda Rafan.

"Masalahnya gue enek lihat muka lo mulu Rapaannn" ejek Valerie.

"Jadi lebih ba--" Valerie menghentikan ucapannya ketika pandangannya mengabur dan pening mulai menyerang kepalanya. Gadis itu menunduk sambil memejamkan mata.

"Kok diem?" heran Rafan.

"Valerie, lo kenapa?"

"Hm, gak apa-apa kok. Ini gue--- agak gak enak bedan. Lo bisa nganterin gue pulang?" ujar Valerie lemah, ia sekuat tenaga mempertahankan ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja didepan Rafan. Ia tidak mau pria itu melihatnya kesakitan lagi seperti di mall dulu.

"Ya udah ayo"

"Tapi gue bawa mobil"

"Kita baliknya pake mobil lo aja, motor gue taro sini ntar gue balik lagi"

"Oke, sorry jadi ngerepotin"

"It's okay, Ayo" ajak Rafan kemudian membantu Valerie berdiri dan berjalan keluar. Sebelum keluar Valerie sempat melatakkan beberapa lembar uang untuk membayar pesanannya tadi yang bahkan belum datang itu.

***

Keduanya berjalan keluar dari kafe menuju ke arah mobil Valerie. Saat Rafan membukakan pintu mobil untuk Valerie masuk tiba-tiba saja ada  yang memanggilnya.

"Rafan" panggil seorang gadis sambil mendekat kearahnya.

"Naya! Lo ngapain disini?" heran Rafan. Sedangkan Valerie yang berada disebelahnya sudah keringat dingin menahan sakit.

"Ibu jatuh dari kamar mandi, lukanya kebuka lagi. Aku mau ke apotik beliin obat, kamu bisa anterin aku? Soalnya aku udah nunggu angkot dari tadi tapi gak dateng-dateng" ujar Naya dengan suara cemas sambil menatap penuh harap ke arah Rafan.

Naya juga sempat melirik ke arah Valerie yang menunduk cih. Ia akan membujuk Rafan agar mau mengantarnya dan meninggalkan Valerie. Dia akan membuat Valerie merasakan bagaimana rasanya ditinggalkan, lagipula ibunya terluka karna Rafan. Dan pria itu juga sudah berjanji akan bertanggung jawab sampai luka ibunya benar-benar sembuh.

Rafan yang mendengar ucapan Naya menjadi bingung. Ia tidak ingin meninggalkan Valerie, tapi ia sudah berjanji akan bertanggung jawab pada ibu Naya.

"Gimana yah Nay? gue mau anterin Valerie pulang. Lo gue pesenin taksi aja yah?"

"Kalo pesen taksi kelamaan Rafan, ibu udah kesakitan dirumah. Valerie kan bisa pulang sendiri, kamu juga udah janji buat tanggung jawab sampai luka ibu sembuh" kekeh Naya

"Rafan anterin gue du--" belum selesai Valerie berbicara, Naya langsung memotongnya.

"Rafan ayo cepet, ibu udah nunggu lama"

Valerie sungguh membenci situasi ini, rasa sakit dikepalanya semakin menjadi dan gadis setan didepannya ini terus saja berdrama. Andai saja kepalanya tidak sakit, ia pasti sudah menendang jauh gadis munafik itu. Lagian Rafan juga terlalu lama berpikir ck.

"Valerie lo bisa nunggu disini sebentar? Gue janji bakalan cepet, yah!!" ucap Rafan yang membuat Naya menahan senyum kemenangannya.

"Rafan gu--"

"Lo masuk dan tunggu gue didalem mobil yah, gak sampai 30 menit gue pasti balik lagi" lanjut Rafan mendorong pelan Valerie untuk masuk ke dalam mobil kemudian pergi bersama Naya.

"Bangsat!! Gue bahkan belum selesai ngomong" batin Valerie

***

Wajah Valerie sangat pucat dan dipenuhi keringat, ia menekan kepalanya dan menahan sakit seorang diri didalam mobil. Valerie menggerakan satu tangannya untuk membuka tas yang ia bawa dan mencari ponselnya untuk menelpon siapapun itu untuk menjemputnya.

"Halo?" suara pria terdengar
"Valerie?"

"H-halo?" Entah kebetulan atau memang takdir, Valerie sungguh tak tahu. Dari sekian banyaknya kontak yang bisa dihubungi kenapa malah nomor pria ini yang tak sengaja ia telpon. Baru juga kemarin gadis itu menolaknya, sekarang ia malah harus minta tolong pada pria itu.

"Lo kenapa?" cemas pria ditelpon itu.

" Lo bisa jemput gue? G-gue gak b-bisa nyetir sendiri, k-kepala g-gue sakit banget." tutur Valerie terbata-bata membuat pria yang ia telpon semakin cemas mendengarnya.

"Lo dimana?"

"Di kafe xxx" suara Valerie semakin lemah.

"Oke, gue kesana sekarang!" pria itu mengakhiri telpon kemudian bergegas menuju kafe yang Valerie maksud.

Valerie kehilangan kesadarannya sesaat setelah sambungan telpon terputus.

Selang beberapa saat kemudian, Pria yang Valerie telpon tadi tiba di kafe itu. Ia keluar dari mobil dan mengedarkan pandangannya dan melihat mobil yang ia kenali.

Berjalan mendekat ke arah mobil Valerie dan mendekatkan wajahnya ke kaca jendela untuk melihat kedalam. Alangkah terkejutnya ia ketika meliha Valerie yang sudah tak sadarkan diri didalam mobil itu.

Ia segera membuka pintu mobil dan mencoba membangunkan Valerie.

"Valerie! Valerie! "

"Sialan!" umpat pria itu.
Dirinya sangat khawatir ketika Valerie tak kunjung sadar juga.

Ia pun langsung masuk ke mobil dan duduk dikursi pengemudi kemudian menjalankan mobil pergi. Ia bahkan dengan tak pedulinya meninggalkan mobilnya sendiri.

.
.
.

TBC

Choose A Way Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang