***
Disebuah lorong rumah sakit, tepatnya didepan salah satu ruang UGD itu terdepat beberapa remaja yang menunggu dengan cemas. Suara tangisan seorang gadis juga terus saja terdengar.
"Dava gak akan kenapa-kenapa kan?Gimana nih, harusnya dia gak usah nolongin gue" Valerie menunduk dan terisak.
"Udah jangan nangis lagi, kita doain aja semoga Dava baik-baik aja" Akhtar berkata pelan sambil mengelus kepala sang adik menenangkan.
"Valerie jangan nangis lagi, nanti kepala kamu sakit karena kebanyakan nangis. Dava akan baik-baik aja, dia kuat kok" hibur Altair pada adiknya itu.
"Kejadian ini disengaja, kita harus bisa nangkep pelakunya secepat mungkin" ujar Halil emosi.
"Targetnya adalah Valerie, untung aja Dava bisa gerak cepet. Kalo gak Valerie bakalan masuk rumah sakit lagi" timpal Hesyam yang membuat Akhtar dan Altair menggepalkan tangan menahan emosi. Manusia goblok mana yang dengan beraninya mencoba melukai putri bungsu dari keluarga Ernest, mereka pasti akan menangkap pelakunya, apapun yang terjadi.
"Itu bisa kita urus setelah Dava sadar. Sekarang yang paling penting adalah keadaan Dava dulu" ujar Chandran yang membuat yang lainnya mengangguk setuju.
Tak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka dan menampakkan seorang dokter yang melangkah keluar. Mereka semua sontak berdiri melangkah mendekat ke arah sang dokter.
"Gimana keadaan temen saya dok?" tanya Akhtar cemas
"Pasien mengalami luka yang cukup dalam pada kepalanya yang membuatnya membutuhkan beberapa jahitan, selain itu darah yang keluar juga cukup banyak sehingga harus dilakukan transfusi darah.
"Selain itu, luka yang pasien alami kemungkinan besar akan menyebabkan geger otak. Untuk mengetahui apakah geger otaknya ringan atau berat kita harus menunggu hingga pasien sadar terlebih dahulu. Geger otak ini biasanya menyebabkan masalah pada memori, konsentrasi dan keseimbangannya. Saat itu pula tubuh dapat menimbulkan reaksi seperti lupa ingatan, demam, aktivitas otak yang menurun, serta mual dan muntah."
Mereka semua mendengar dengan saksama penjelasan sang dokter, rasa khawatir semakin menjadi ketika tau bahwa Dava kemungkinan besar akan mengalami geger otak.
Sedangkan Valerie, telingannya berdengung ketika mendengar kalimat 'lupa ingatan', entah mengapa hatinya seakan sesak membayangkan Dava akan melupakannya.
"Kita boleh lihat keadaan pasien sekarang dok?" tanya Altair.
"Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap, setelah itu kalian boleh menjenguknya" balas Dokter. "Kalau begitu saya permisi dulu, saya akan kembali ketika pasien sudah sadar"
"Baik, terimakasih dok" ucap mereka serempak yang dibalas anggukan oleh sang dokter lalu melangkah pergi.
...
Mereka semua kini telah berada di salah satu ruangan VVIP tempat dirawat. Valerie duduk pada kursi yang berada tepat disamping brankar Dava sambil terus menggenggam tangan pria itu. Sedangkan yang lainnya duduk pada sofa yang tersedia didalam ruangan itu.
Brak!
Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan mereka semua, Mama dan papa Dava berjalan masuk dengan ekspresi wajah sarat akan kekhawatiran. "Dava, ya ampun, kenapa bisa kayak gini sih?" suara Mama Dava cemas sambil mendekat ke arah sang putra.
"Maafin Valerie mah, ini semua karena Valerie" Valerie menunduk terisak dengan perasaan yang amat bersalah.
"Kok kamu sih sayang, jangan nangis dong." Mama Dava menoleh bingung ke arah Valerie dan mengelus kepalanya.
"Kalian bisa ceritakan kejadiannya pada om?" tanya Papa Dava sambil menatap ke arah teman-teman putranya itu.
Akhtar dan Chandran yang berada dilokasi kejadian mulai menjelaskan kejadian yang menimpa Dava dan Valerie secara detail.
Papa Dava yang mendengar penjelasan keduanya, mulai mengetatkan rahang keras menahan amarah. Manusia bodoh mana yang memiliki nyali untuk menyakiti putri dan putra kesayangannya. Siapapun itu, orang itu tidak akan ia lepaskan dengan mudah. Dia bahkan tidak pernah membuat Dava meneteskan air mata dengan percuma, berani-beraninya orang itu membuat putranya meneteskan darah dari tubuhnya. Bedebah sialan!
Mama Dava yang juga mendengar kejadian sebenarnya sontak memeluk Valerie. "Gak apa-apa sayang, bukan salah kamu. Tindakan Dava udah bener dengan nyelamatin kamu. Jangan sedih hem! Meskipun rese, Dava orangnya kuat kok" hiburnya dan masih sempat-sempatnya menistakan sang putra yang belum sadarkan diri itu.
"Valerie udah, jangan nangis lagi. Papa bakalan pastiin Dava mendapatkan perawatan sebaik mungkin supaya cepet sembuh" Papa Dava mengelus lembut puncak kepala Valerie yang berada dipelukan sang istri itu.
Valerie yang mendengar ucapan orang tua Dava semakin terisak. Dia bahkan merasa semakin bersalah karena mereka tidak menyalahkannya.
"Udah dong sayang, Dava bisa kesenengan nih kalau tau kamu nangisin dia" canda mama Dava yang membuat Valerie mengangguk pelan.
Valerie mencoba menghentikan tangisnya, gadis itu mengusap air mata diwajahnya dengan pelan. Wajahnya sudah memerah karena kelamaan menangis, matanya juga tampak agak bengkak.
"Kalian pulang aja dulu buat ganti baju, terus kesini lagi. Om dan tante bakalan temenin Dava disini" ujar papa Dava pada teman-teman anaknya itu.
"Gak apa-apa om, kita disini aja. Nungguin Dava sadar" tutur Chandran.
"Ada tante sama om kok, kalian pulang dulu nak. Ganti baju tuh, masa sampe sore gini masih pake baju sekolah" saran Mama Dava. "Kamu juga pulang dulu yah sayang, istirahat! Nanti kesini lagi." lanjutnya menatap ke arah Valerie.
"Valerie mau disni aja mah, nungguin Dava sadar" tolak Valerie.
"Yaudah gak apa-apa tante, Valerie disini aja. Nanti aku sama Al kalo balik kesini bawain Valerie baju ganti" ujar Akhtar
"Yaudah kalian pulang dulu, biar Valerie disini aja" ucap Papa Dava.
Akhirnya mereka semua pulang selain Valerie. Kini hanya tinggal kedua orang tua Dava dan Valerie yang menunggui Dava.
"Valerie" panggil Mama Dava
"Kenapa Mah?"
"Kamu udah makan?"
"Belum mah"
"Ya udah kamu ke kantin rumah sakit aja dulu, makan sebentar terus kesini lagi"
"Valerie gak la---"
"Kalo kamu gak mau, kamu papa anter pulang sekarang juga" sela pap Dava cepat yang membuat Valerie menghela napas pasrah.
"Ya udah Valerie ke kantin rumah sakit dulu. kalo Dava sadar, mama harus hubungin Valerie secepatnya yah?"
"Iya sayang, gih sana makan dulu" balas mama Dava.
Valerie akhirnya melangkah keluar meninggalkan ruangan untuk menuju ke kantin rumah sakit yang berada dilantai bawah.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose A Way Of Life
Fantasy[SILAHKAN FOLLOW SEBELUM BACA] *** Agnesia Aliandra Gadis yatim piatu yang sudah terbiasa hidup dalam kemandirian. Agnes hidup dan dibesarkan dipanti asuhan, dirinya ditemukan oleh ibu panti saat masih bayi didepan pintu rumah, meskipun besar dalam...