| 6 |🌹SWMD🌹

41.5K 2K 95
                                    

Hai, aku tulis pemberitahuan di bawah bab. Mohon kalian baca yaa.. Ini mengenai masalah repost cerita ini.
Terimakasih 😘

Suara ketukan sepatu beradu dengan lantai marmer menggema di sepanjang koridor gedung kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara ketukan sepatu beradu dengan lantai marmer menggema di sepanjang koridor gedung kantor. Zora tampak berjalan tergesa-gesa menuju lift karena pagi ini ia sedikit bangun terlambat. Belum lagi terjebak macet di perjalanan tadi.

Sekarang sudah pukul sembilan lewat dua puluh menit, Pak Arizal pasti akan memarahinya. Juga Bu Riska yang tentu akan menegur meski ia hanya terlambat satu menit saja.

Zora menggigit bibir selama menunggu lift terbuka. Jantungnya berdebar-debar antara takut dimarahi dan juga kelelahan sehabis berlari.

Ting!

Suara pintu lift terbuka. Zora mendongak. Ternyata bukan lift yang ditunggunya, tetapi lift eksekutif yang berada di sebelahnya. Gadis itu meneguk ludah ketika melihat sosok Nevano bersama Mia keluar dari pintu lift tersebut.

Sial! Kenapa dirinya harus bertemu dengan Nevano sekarang?

"Jam berapa pertemuannya?" Suara baritone Nevano terdengar bertanya pada Mia ketika pemuda itu melangkah melewati pintu lift.

"Jam sembilan, Pak," sahut Mia.

Nevano menatap arlojinya tanpa menghentikan langkah. Zora menarik napas lega. Pemuda itu tampaknya tidak menyadari kehadirannya atau mungkin tengah berpura-pura, yang jelas Zora tidak ingin berbasa-basi dengan Nevano saat ini. Beberapa karyawan lain yang berada di sekitar terdengar menyapa Nevano dengan ramah. Hanya dirinya saja yang mematung tanpa berani bersuara.

Ting!

Suara denting lift yang ditunggu Zora sejak tadi menjadi hal terindah yang ia dengar. Tanpa membuang-buang waktu, gadis itu segera masuk ke lift bersama dengan beberapa karyawan lain.

"Zora!" Suara rendah Nevano meruntuhkan ekspektasi Zora untuk segera terbebas dari situasi ini.

Gadis itu menoleh. Dilihatnya Nevano tengah menatap lurus ke arahnya. "Ya, Pak?" katanya kemudian.

"Siang ini kamu ke ruangan saya, ya? Saya mau lihat perkembangan ide bisnis yang sudah kalian jalankan."

Zora tercengang. Bukannya mereka diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan laporan proposalnya? Kenapa mendadak Nevano meminta hari ini?

"Tapi, Pak. Semuanya belum rampung, kami masih harus melakukan riset hari ini."

"Saya tunggu selepas makan siang," tegas Nevano tanpa tedeng aling-aling.

Zora melengos. Tetapi kemudian, ia mengangguk pasrah. "Baik, Pak. Saya akan beritahu ini pada yang lain. Nanti Pak Arizal atau Bu Riska akan ke ruangan Bap-"

"Saya minta kamu yang datang. Bukan orang lain."

Oke, kali ini Nevano yang asli sudah kembali ke habitatnya.

Stuck With Mr. Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang