| 8 | 🌹SWMD🌹

38.3K 1.8K 78
                                    

Nevano turun dari mobil sedan BMW hitamnya sambil mengembuskan asap rokok ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nevano turun dari mobil sedan BMW hitamnya sambil mengembuskan asap rokok ke depan. Matanya tertuju pada bangunan megah bak istana yang menjulang dengan 2 paviliun mengapit sisi kiri-kanannya. Istana kediaman Rafianto Abraham.

Jika bukan karena desakan pria tua itu yang terus-menerus menyuruhnya datang malam ini, Nevano takkan sudi menginjakkan kaki kemari. Ia sudah lama menyingkir semenjak dua makhluk sialan-Kinanti dan Levi-resmi menjadi penghuni di sana.

Sambil mendesah, Nevano membuang puntung rokok ke tanah dan menginjaknya sampai padam. Ditatap arloji di pergelangan tangan tanpa bersemangat. Acara makan malam menyebalkan itu pasti sudah dimulai sejak tadi. Ini jelas kabar baik. Ia sama sekali tak berminat untuk berlama-lama di sana, lalu berbasa-basi pada orang-orang di dalamnya.

Pemuda itu membetulkan jas yang membalut tubuh tegapnya sebelum melangkah menuju serambi depan bangunan utama. Berbagai macam tanaman bunga dan lampu-lampu cantik menghiasi setiap sisi jalan setapak yang dilalui pemuda itu. Ia ingat sekali, taman ini sebenarnya dirancang khusus oleh bundanya saat istana ini tengah dibangun. Dulu sekali sebelum kebahagiaan itu direnggut paksa oleh orang-orang tak bertanggung jawab.

Mengingat kenangan itu membuat lubang di hati Nevano kembali menganga. Rasanya akan sulit bagi Nevano terbebas dari dendam dan kebencian yang telah lama mengakar dalam hatinya. Mungkin bisa saja hilang, setidaknya sampai ia bisa membalaskan apa yang terjadi pada bundanya di masa lalu.

Ketika Nevano sampai di dalam, seorang pelayan langsung menyambut dan mengantar pemuda itu menuju area ruang makan di mana keluarganya sudah berkumpul di sana. Mereka melewati lorong yang menghubungkan satu ruangan dengan ruangan lain. Sepanjang perjalanan, kandelir-kandelir kristal tampak menghiasi langit-langit ruangan yang dilewati Nevano. Tak banyak foto keluarga yang dipajang. Semuanya didominasi oleh lukisan-lukisan pemandangan dan juga abstrak yang dalam sekali lihat bisa ditebak berharga fantastis.

Ketika mereka nyaris dekat dengan area ruang makan, lantunan piano sayup-sayup terdengar diiringi gelak tawa riuh. Suasana yang begitu hangat dan menyenangkan, tetapi sedikit banyak membuat hati Nevano terasa getir.

"Tuan Nevano sudah datang," beritahu pelayan tersebut begitu mereka sampai.

Semua orang menoleh pada Nevano, tanpa terkecuali. Kehadiran pemuda itu membuat suasana yang tadinya hangat penuh kekeluargaan mendadak sunyi. Namun, Nevano seperti biasa, hanya mengeluarkan senyuman smirk khasnya sembari berjalan santai menuju kursi kosong yang tersedia. Paling ujung dan agak berjauhan dari yang lain.

Seorang pelayan menyajikan sepiring Fillet Mignon dan menuangkan segelas air pada gelas kosong di dekat Nevano. Nevano refleks mengangkat tangan, menyuruh si pelayan mengganti air putih dengan segelas wine. Bukankah menikmati steak lebih lezat bila dipadukan dengan red wine? Lagipula Nevano yakin acara malam ini akan terasa memuakkan dan segelas alkohol tentu bisa sedikit membantu menetralkan suasana hatinya.

Stuck With Mr. Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang