[Cerita pilihan reading list @wattpadromanceID kategori Dangerous Love periode Agustus 2022]
(Dark Romance)
Zora Kaureen tak menyangka akan bertemu kembali dengan Nevano Abraham yang menjadi CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Kehadiran Nevano bena...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jika ditanya hal apa yang paling Zora takuti di dunia ini, maka gadis itu sudah pasti akan menjawab kehilangan.
Zora sudah pernah mengalami mimpi buruk itu ketika menginjak usia 15 tahun. Ibunya meninggal secara tiba-tiba karena penyakit jantung yang dideritanya. Seolah dunia tak ingin repot-repot bersimpati, lima bulan kemudian ayah Zora pun mengalami kecelakaan dan kaki kirinya tak bisa lagi digunakan secara normal. Kecelakaan itu membuat Gustian depresi lantaran ia juga di PHK dari tempatnya bekerja. Lalu, satu tahun berikutnya giliran Zia divonis menderita penyakit jantung bawaan.
Semua kejadian buruk itu menimpa keluarga Zora secara beruntun. Gadis itu sempat tak tahu lagi bagaimana menjalani hidupnya dengan normal. Namun, Zora tetap berusaha bersikap optimis dan percaya bahwa akan selalu ada pelangi di setiap badai yang datang.
Tetapi, itu dulu. Dulu saat Zora masih berpikir naif. Saat Zora masih percaya mukjizat dan keajaiban dalam hidup ini. Saat Zora masih dipenuhi harapan serta mimpi-mimpi indah. Sekarang Zora sendiri tidak yakin apakah harapannya tentang pelangi itu benar-benar nyata. Dunia yang ia jalani terlalu monokrom, sehingga satu pelangi saja rasanya takkan mampu mewarnai dunia kelamnya.
Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan ICU di mana Zia tengah dirawat di dalam sana.
Zora pun buru-buru menghampiri dokter pria tersebut. Dokter itu memakai kacamata dengan potongan rambut rapi dan usianya hampir separuh baya.
"Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Zora serta merta. Tak bisa menyembunyikan lagi kegelisahan yang menderanya sejak tadi.
Dokter itu melepas kacamatanya dan menjawab, "Pasien sekarang sudah baik-baik saja. Hanya saja masalahnya ...."
Kedua mata Zora sontak melebar mendengar pernyataan itu. Jantung gadis itu pun semakin berdebar tak karuan. "Ada apa, Dok?"
Dokter itu menghela napas. "Setelah tadi dilakukan pemeriksaan, ternyata pasien memiliki lubang lain di bagian aortanya. Lubang itu bisa berbahaya jika tidak dilakukan operasi penambalan dengan segera."
Zora merasa lututnya lunglai. Ia nyaris terjatuh jika tak buru-buru menyeimbangkan diri dengan benar. Zia memang menderita penyakit jantung bawaan dengan jenis yang tidak benar-benar bisa diperbaiki, dan karenanya akan terus menerus mengancam hidup gadis itu.
"Operasi?" ulang Zora sambil menahan napas. Biaya operasi jantung setahu Zora sangat mahal, sementara ia tidak punya tabungan yang cukup untuk membiayainya. Belum lagi, kemarin ia baru saja dipecat.
"Lebih cepat lebih baik. Jika pasien sudah memiliki asuransi kesehatan, segera saja daftarkan. Kita tidak bisa menundanya lagi terlalu lama. Lubang itu bisa mengancam nyawa pasien bila tak ditangani segera."
"Baik, Dok. Tidak apa-apa. Lakukan saja. Tolong, selamatkan adik saya," kata Zora nyaris memohon. Tatapannya mengarah ke jendela kaca ruangan Zia dirawat. Terlihat adik kesayangannya itu masih berbaring dengan mata terpejam. Banyak selang-selang yang terhubung ke tubuh gadis itu. Menyaksikannya sungguh membuat Zora ingin menangis.