| 14 |🌹SWMD🌹

32.2K 1.7K 85
                                    

Ting!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ting!

Suara lift yang berdenting sama sekali tak membuyarkan Zora dari lamunan. Pikiran gadis itu masih melayang ke tempat lain. Memikirkan surat pengunduran dirinya yang kini berada di tangan Nevano. Kenapa semua yang ia rencanakan selalu saja tidak berjalan mulus?

Nevano pasti akan mencari cara agar ia tidak bisa melepaskan diri dari sini. Tidak. Tidak. Gadis itu menggeleng kuat-kuat, mencoba menghalau segala pemikiran buruk di otaknya. Ia tetap harus bisa resign dari perusahaan ini apapun yang terjadi.

Zora terus bergeming dengan pandangan kosong. Ia tersentak ketika seseorang tak sengaja menginjak ujung sepatunya dan membuat gadis itu baru tersadar bahwa ia sudah sampai di lantai tujuannya. Gadis itu pun buru-buru menerobos keluar

"Auww!" Zora melenguh sewaktu bahunya tak sengaja menabrak keras sisi pintu lift yang hendak menutup kembali. Tangannya refleks mengusap-usap bahunya sambil menyusuri koridor lantai 12 di mana ruang kantor HRD berada.

Pikiran Zora bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya ia sampai disuruh menghadap HRD? Apakah ia melakukan kesalahan? Sejauh ini Zora selalu melakukan pekerjaannya dengan baik, bahkan ia sering menjalani lembur dan tak pernah melanggar peraturan kantor. Jadi, pemanggilan ini cukup membuatnya heran.

Gadis itu mengedarkan pandang. Sedikit kagum melihat suasana Departemen HRD yang terasa menyenangkan. Mereka menerapkan konsep tata ruang landskap atau berpanorama dengan tema green gardening, di mana setiap sudut ruangan diberikan elemen hias berupa tanaman hidup dan juga pepohonan sintetis yang semakin mempercantik pemandangan. Sangat berbeda dengan lantai tujuh tempat divisinya berada.

Zora mempercepat langkah. Para karyawan di sini terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sehingga nyaris tak ada yang memerhatikan sewaktu ia lewat. Namun, Zora tetap saja merasa ada sesuatu yang aneh ketika beberapa dari karyawan tersebut tak sengaja bertemu tatap dengannya, lalu mereka refleks berbisik-bisik.

"Zora!" Suara panggilan itu membuat langkah Zora terhenti.

Gadis itu menoleh ke belakang, mendapati Alin sedang tergopoh-gopoh berjalan ke arahnya. Sebagai karyawan yang bekerja di bagian personalia, bukan hal yang mengherankan bila Zora bisa bertemu dengan satu-satunya sahabat terbaiknya itu di sini.

"Ada apa, Mbak?"

Yang ditanya terlihat menarik napas panjang. "Lo dipanggil sama Pak Barata, ya?"

Zora mengangguk. Pak Barata adalah nama dari manager HRD yang ingin Zora temui.

Alin langsung menarik pergelangan tangan Zora, menjauh sedikit dari keramaian. Begitu mereka sampai di sudut ruangan yang agak sepi, perempuan dengan rambut lurus sebahu itu seketika berbicara dalam nada panik, "Aduh, Ra. Gawat banget!"

"Gawat kenapa?" Zora menatapnya bingung.

Alin sesekali mengedarkan pandang. Raut cemas menghiasi wajahnya. "Ini soal lo. Gue nggak tahu kenapa gosip yang beredar makin parah. Tapi, gue juga kaget pas dengernya barusan."

Stuck With Mr. Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang