[Cerita pilihan reading list @wattpadromanceID kategori Dangerous Love periode Agustus 2022]
(Dark Romance)
Zora Kaureen tak menyangka akan bertemu kembali dengan Nevano Abraham yang menjadi CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Kehadiran Nevano bena...
Gaess, aku kepikiran mau buat GC cerita SWMD, kalian setuju gak? Kira2 tertarik mau join ga? Nanti GC itu bakal infoin seputar SWMD dari hal update-an dan apapun mengenai cerita ini. Klo tertarik silakan komen yaa di bawah. Kalo ga mau jg gpp, soalnya ini cuma rencana randomku aja 🤣
----
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kinanti meremat buku-buku jarinya dengan perasaan berdebar. Tajuk berita online yang tak sengaja lewat di beranda ponselnya, membuat wanita itu didera kegelisahan.
Menjelang Peringatan Hari Kematiannya, Lagu Ciptaan Agnia yang Dulu Sempat Dituding Plagiat, Belakangan Kembali Viral di Sosial Media dan Platform Video Musik Online. Benarkah Lagu Tersebut Plagiat?
Kinanti menggigit bibir. Ia ingin men-skip berita itu. Tapi, rasa penasaran membuat dirinya tak bisa menahan dorongan untuk membaca isi beritanya.
Plagiat. Plagiat. Plagiat. Kata-kata itu terus berenang-renang dalam benak Kinanti. Agnia si musisi plagiat. Agnia si musisi tak punya bakat dan sebagainya. Kinanti ingat dengan jelas semua julukan-julukan kejam sempat tersemat dalam nama Agnia Martadinata dan menjadi skandal yang cukup menghebohkan kala itu. Skandal yang menjadi salah satu alasan Agnia mengembuskan napas terakhirnya di dunia.
Tidak. Tidak. Kinanti menggeleng-geleng, berusaha menguatkan diri. Itu bukan salahnya. Agnia memang plagiat. Agnia yang memang bersalah. Dan kemudian wanita itu mati dengan cara mengenaskan. Itu sudah sepantasnya, bukan? Itu sudah pilihannya. Apapun yang terjadi, Kinanti jelas tak ada kaitannya dengan semua ini.
"Nyonya ...," panggilan lembut seorang pelayan, menyentakkan Kinanti dari lamunan.
Nyaris saja ponsel dalam genggaman itu terlepas jika Kinanti tak buru-buru tersadar. Wanita berparas jelita itu lantas menoleh. Roman wajahnya memucat, seolah-olah baru saja menyaksikan sesuatu yang mengerikan.
"A—da apa, Bik?" tanyanya sedikit terbata. Ia langsung keluar dari laman berita tersebut dan mengetuk tombol kunci agar layar ponselnya padam. Kemudian bangkit berdiri, masih dengan jantung berdebar-debar dan tubuh gemetaran.
"Tuan Fahlevi sudah pulang," beritahu pelayan itu.
Kinanti menatap jam dinding besar yang tergantung di seberang ruangan tempatnya duduk sejak tadi. Pukul delapan malam. Saat ini ia memang sedang berada di ruang keluarga yang terletak di lantai satu. Tempatnya biasa menghabiskan waktu, memandangi taman samping istana mewah ini dari balik dinding kaca.
"Oh, baiklah. Terima kasih." Kinanti mengangguk. Tepat saat itu, ia melihat siluet Levi sedang berjalan tergesa-gesa melintasi ruangan ini menuju tangga utama yang terletak di ruang tengah.
Kinanti pun bergegas menyusul putra semata wayangnya itu dengan penasaran. "Levi!" panggilnya. "Kamu sudah pulang?"
"Iya, Mah," sahut Levi tanpa menghentikan langkah.