| 32 |🌹SWMD🌹

29.1K 1.4K 178
                                    

"Selamat malam, Nona! Maaf, saya terlambat untuk mengantarkan Nona pulang," sapa Pak Septian waktu ia sampai ke rumah Nevano untuk menjemput Zora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat malam, Nona! Maaf, saya terlambat untuk mengantarkan Nona pulang," sapa Pak Septian waktu ia sampai ke rumah Nevano untuk menjemput Zora.

"Iya, Pak. Nggak papa," sahut Zora, meski dirinya sudah gelisah sejak tadi lantaran sekarang hampir pukul sembilan malam dan Zia masih berada di rumah sakit sendirian.

Pak Septian membukakan pintu belakang mobil untuk Zora. Gadis itu berjalan hati-hati masuk ke mobil. Untung saja kakinya yang terkilir tidak terlalu sakit lagi, sehingga tak menyulitkannya untuk berjalan normal.

Nevano sudah berangkat ke bandara sejak pukul enam sore lalu. Ia harus pergi guna mengurus masalah perusahaan. Sebelum pergi, ia mewanti-wanti Zora untuk makan makanan yang telah disiapkan pelayan. Pemuda itu juga meninggalkan salah satu kartu kreditnya, memaksa gadis itu menerima dan memakainya.

Zora selalu tidak mengerti dengan jalan pikiran Nevano. Pemuda itu benar-benar sulit ditebak. Ia sering bersikap menyebalkan dan selalu memancing emosinya, tapi hari ini pemuda itu bersikap manis yang mengerikan, hingga membuat Zora merinding.

"Ambil ini."

Zora terbelalak memandangi kartu kredit berwarna hitam yang diberikan Nevano padanya.

"Itu Black card gue. Lebih eksklusif dari yang kemarin gue kasih," lanjut pemuda itu. "Pake itu sesuka lo. Anggap aja sebagai tanda jadi atas kepemilikan lo untuk gue."

Zora melotot. Buru-buru ia menggeleng. "Nggak!" tolaknya. Bagaimana mungkin ia bisa menerima hal seperti ini dengan mudah? Apalagi Nevano yang memberikan.

Nevano mencengkeram kedua tangan Zora dengan tak sabar. "Terima itu, Zora. Jangan sampe gue kalap dan melucutin satu per satu pakaian lo sekarang."

Zora terdiam dengan raut memucat. Dari ekspresi yang Nevano tunjukkan, jelas pemuda itu tak bercanda.

"Gue harap lo nggak bekerja lagi di sembarang tempat hanya karena butuh uang. Pake semua uang gue sesuka lo. Gue nggak mau liat hal kayak gini lagi terjadi sama lo," katanya yang semakin membuat Zora dilema.

"Tapi, ini semua nggak gratis 'kan? Kamu pasti minta imbalan?"

Nevano mendadak tersenyum mendengar pertanyaan itu. Ia mengecup lembut kedua tangan Zora yang masih dipegangnya dan berkata lirih, "Yeah, imbalannya cukup bayar dengan tubuh kamu, Sayang."

Nah, benar 'kan apa yang menjadi firasat buruk Zora. Mana mungkin Nevano memberikan sesuatu dengan percuma?

"Gue kasih dua opsi. Lo tinggal pilih salah satu dari dua pilihan itu." Nevano melanjutkan.

Zora menatapnya was-was. "Apa?"

"Lo cukup kembali bekerja ke perusahaan atau ...." Nevano memajukan wajahnya, mengecup singkat tengkuk Zora sambil berbisik lirih, "Puasin gue di ranjang seperti dulu. Silakan lo pilih salah satu di antara dua opsi itu."

Stuck With Mr. Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang