| 22 |🌹SWMD🌹

31K 1.5K 126
                                    

Aku gabut, jadi aku double up hari ini buat kalian.
Pengen liat kalian misuh2 lagi soalnya mood banget.
Baik nggak aku?? 🤣

Zora menghela napas panjang seraya menatap langit kemerahan dari balik jendela di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zora menghela napas panjang seraya menatap langit kemerahan dari balik jendela di hadapannya. Matahari baru saja tenggelam, sementara gadis itu masih mematung sejak beberapa menit lalu. Malam ini akan menjadi malam ketiganya menemani Zia di rumah sakit.

Adik perempuannya masih dalam masa perawatan dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Jadwal operasinya pun akan ditetapkan dalam beberapa hari ke depan. Dan sebelum itu, Zia juga mesti mengikuti serangkaian tes sebelum memasuki meja operasi.

Ada sesuatu yang masih mengusik pikiran Zora saat ini, yaitu tentang tawaran yang diberikan Nevano pada dirinya kemarin. Pemuda brengsek itu selalu saja berhasil membuat Zora tercengang untuk ke sekian kali. Ya, Zora sungguh tak habis pikir. Bisa-bisanya Nevano memberikan kartu kreditnya untuk ia pakai. Dan sejujurnya, Zora sedikit bimbang dengan tawaran itu. Haruskah ia menggunakannya? Tapi, pilihan itu tentu sangat beresiko. Zora tidak mungkin membiarkan dirinya jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kali.

Tidak. Itu tidak boleh terjadi.

Saat itu ponsel Zora yang berada di atas meja tiba-tiba bergetar. Ada pesan masuk dari Alin, menanyakan ruangan mana Zia dirawat karena ia sudah sampai kemari untuk menjenguk. Zora pun bergegas membalas pesan tersebut seraya berjalan ke pintu dengan hati-hati.

Zia baru saja terlelap setelah tadi meminum obat. Ia perlu banyak istirahat, jadi Zora tak ingin sampai mengganggunya dan memilih menunggu Alin di luar saja.

Tak sampai lima menit, Alin pun muncul. Tergopoh-gopoh membawa sebuah paper bag berukuran sedang dan langsung diberikannya kepada Zora. "Nih, buat lo, Ra."

"Apaan nih, Mbak?" tanya Zora sembari menerima paper bag itu dengan kening berkerut.

"Makanan dari nyokap. Lo pasti belom makan. Jadi, nyokap suruh gue bawain ini buat lo," jawab Alin seraya mendudukan diri di kursi panjang tempat Zora tadi menunggu.

"Makasih banyak, Mbak. Salam buat Tante Dian, ya. Maaf, aku udah lama nggak main ke rumah," ucap Zora dengan perasaan terharu.

Ada beberapa box berisi makanan rumahan di dalam paper bag tersebut. Masih hangat saat Zora memeriksa dan membuat perutnya serta merta keroncongan. Ia memang belum sempat memakan apa-apa sejak sore tadi.

Tante Dian adalah mama kandung Alin. Beliau memang sangat perhatian pada Zora selama ini, mengingat dulunya mereka pernah bertetangga. Keluarga Alin-lah tempat Zora setidaknya mendapatkan kasih sayang layaknya keluarga. Zora kadang merasa malu lantaran ia belum bisa membalas semua kebaikan yang mereka berikan kepadanya.

"Iya, nggak papa. Nyokap juga minta maaf belum sempet kemari jenguk Zia," kata Alin. "Gue juga baru pulang dari kantor dan buru-buru ke sini karena inget lo."

Stuck With Mr. Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang