[Cerita pilihan reading list @wattpadromanceID kategori Dangerous Love periode Agustus 2022]
(Dark Romance)
Zora Kaureen tak menyangka akan bertemu kembali dengan Nevano Abraham yang menjadi CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Kehadiran Nevano bena...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bunda!"
"Bunda!"
Seorang bocah berusia delapan tahun berlarian dengan penuh semangat menaiki tangga. Tangannya yang memegang selembar kertas, berkali-kali ia acungkan ke atas.
"Bunda!" teriaknya lagi, dengan lincah melompati satu demi satu anak tanggadi hadapan. Senyum manis terkembang di bibir mungilnya. Memunculkan dua lesung indah di kedua pipi bulat si bocah.
"Tuan Nevano, hati-hati! Nanti Tuan bisa jatuh!" Seorang pelayan yang sejak tadi memperhatikan buru-buru mengingatkan.
Namun, si bocah tak menggubris ucapan pelayan itu. Justru ia semakin antusias melompati anak tangga tersisa, demi mencari sosok wanita yang sejak tadi memenuhi pikirannya. Ada sesuatu yang ingin ia pamerkan pada bundanya itu.
"Bunda!" panggil si bocah lagi begitu mencapai puncak tangga. Ia pun berlari-lari kecil mengitari ruangan. Kepalanya ia toleh ke kanan-kiri dengan napas terengah-engah. Saat melintasi bagian sayap kanan bangunan rumah, ia tanpa sengaja melihat siluet bundanya di dalam sebuah ruangan, sedang duduk memainkan keyboard dengan mata terpejam.
Tanpa membuang-buang waktu, Nevano pun segera masuk dan menghampiri bundanya itu.Perasaan antusias kini berubah menjadi euphoria yang meluap-luap dalam dada. Ia selalu menyukai bundanya saat memainkan musik. Rasanya seperti melihat pemandangan indah tersaji di depan mata.
"Bunda!" Suara nyaring si bocah akhirnya menarik atensi sang bunda yang masih khusyuk bermain.
Wanita itu refleks menghentikan permainannya, lalu menatap Nevano dengan semringah. "Nevano, kamu sudah pulang?"
Nevano mengangguk, buru-buru menunjukkan kertas ulangan di tangannya. "Lihat, Bunda! Nevano dapat nilai 100 ulangan Bahasa Inggris hari ini!" beritahunya penuh semangat.
"Hebat sekali anak Bunda!" Senyuman manis seketika terukir di bibir wanita berparas jelita dengan rambut panjang bergelombang itu, menampakkan dua lesung kecil di kedua pipi—mirip dengan milik si bocah bila tersenyum. Diraih kertas ulangan itu dan dipandanginya dengan perasaan gembira.
"Tapi, Bunda ...," ucap Nevano dengan nada pelan. Tiba-tiba saja raut bocah itu berubah muram."Jangan bilang papa, ya? Soalnya tadi ulangan matematika Nevano dapat jelek lagi."
Ucapan itu membuat sang bunda sedikit menghela napas. Alih-alih menunjukkan kesan marah ataupun kecewa, justru wanita bernama lengkap Agnia Martadinata itu mengusap puncak kepala Nevano dengan penuh sayang.Hal yang selalu ia lakukan tiap kali putranya terlihat gelisah.
"Dapat nilai berapa memangnya?"
"65, Bun." Nevano meringis. Wajahnya yang polos jadi semakin menggemaskan. "Bunda nggak marah, 'kan? Nevano nggak suka pelajaran matematika. Susah!"