Koridor rumah sakit Abraham Hospital malam itu dipenuhi oleh para tim emergency yang tergesa-gesa berlarian menyambut kedatangan ambulans di depan ruang IGD. Kabar mengenai pasien yang baru saja datang dan dalam keadaan gawat membuat semua petugas medis yang sedang berjaga merasa panik.
"Pasien mulai kehilangan kesadaran, tekanan darah rendah, saturasi terus menurun, pembuluh arteri pergelangan tangan sebelah kiri terluka dalam." Seorang dokter residen langsung melakukan assesment*pada pasien tersebut dan membawanya ke jalur triase merah. Kemudian, Endotracheal Tube atau alat bantu pernapasan dipasangkan.
Seorang dokter senior menghampiri pasien laki-laki itu dan seketika terhenyak begitu mengenali sosok pasien yang sedang mereka periksa.
"Kontrol vital sign patient agar tetap stabil, tutup luka untuk menghentikan pendarahan dan bawa ke ruang operasi sekarang!" perintahnya dan langsung dituruti oleh dokter residen tersebut. Bersama seorang perawat, mereka membawa brankar pasien menuju ruang operasi.
"Dok!" panggil seorang dokter residen lain yang sedang memeriksa pasien kedua.
Dokter senior itu bergegas menghampiri. Ia semakin memucat ketika mengenali siapa pasien mereka kali ini.
Rafianto Abraham!
Ya Tuhan! Apa yang terjadi?
"Pasien mengalami syok, dua luka tusukan di perut yang sepertinya merobek bagian usus, pendarahan hebat, tekanan darah rendah, nadi cepat halus, tangan dan kaki terasa dingin." Dokter residen itu memberi diagnosis sementara sang dokter senior tadi terbelalak menatap kondisi pasien di hadapannya.
"Trauma abdomen*," gumam sang dokter senior dengan suara tersekat, lalu melanjutkan dalam nada panik. "Pasang infus dua jalur, ambil darah untuk persiapan transfusi dan segera lakukan CT Scan. Kita harus melakukan bedah laparatomi emergency* sekarang juga." Kemudian, ia menatap seorang perawat wanita yang berada di dekatnya. "Cepat hubungi dokter yang lain, kumpulkan tim medis terbaik rumah sakit ini. Kita harus menyelamatkan nyawa Pak Rafianto dan putranya sebelum terlambat!"
"Baik, Dok!"
💫
Abraham Hospital terletak di daerah Selatan Ibukota, merupakan salah satu dari rumah sakit swasta modern terbaik yang dimiliki negeri ini. Dengan bangunan 12 lantai serta berbagai fasilitas medis canggih, seingat Levi, rumah sakit yang berada dalam naungan Abraham Prima Group itu telah menerima akreditasi resmi nasional oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan standar internasional dari Joint Commission International* (JCI). Selain itu, rumah sakit ini juga mendapat validasi Healthcare Information and Management System Society (HIMSS) Electronic Medical Record Adoption Model* (EMRAM) Tingkat 6.Dengan semua fasilitas kesehatan dan prestasi yang dicapai, maka tak heran bila Abraham Hospital menjadi salah satu rumah sakit favorit dan hanya ditujukan kepada kalangan menengah atas, orang asing serta ekspatriat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Mr. Devil (END)
Roman d'amour[Cerita pilihan reading list @wattpadromanceID kategori Dangerous Love periode Agustus 2022] (Dark Romance) Zora Kaureen tak menyangka akan bertemu kembali dengan Nevano Abraham yang menjadi CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Kehadiran Nevano bena...