[Cerita pilihan reading list @wattpadromanceID kategori Dangerous Love periode Agustus 2022]
(Dark Romance)
Zora Kaureen tak menyangka akan bertemu kembali dengan Nevano Abraham yang menjadi CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Kehadiran Nevano bena...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bae, tungguin dong!"
Teriakan bernada manja itu membuat Nevano berdecak kesal ketika ia menyusuri Terminal 3 Kedatangan di bandara Soekarno-Hatta siang hari itu.
Alih-alih menoleh, pemuda itu justru mempercepat langkah hingga sampai di pintu keluar. Kepalanya ditolehkan ke kanan kiri seraya melepas kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya.
Udara panas Jakarta seketika menyambut seakan matahari benar-benar sedang berada di atas kepala, meski waktu sudah menunjukkan nyaris pukul tiga sore.
"Lo ngapain sih ngikutin gue mulu? Pergi sana!" semprot Nevano ketika Lexa akhirnya sampai di dekatnya sambil mendorong troli dengan terengah-engah.
Pak Septian muncul kemudian, menggeret koper Nevano dan juga miliknya, lalu menyuruh Nevano menunggu sejenak sementara ia menebus mobil mereka yang parkir inap di bandara.
"Jangan kasar-kasar lah, Bae. Aku bentar lagi jadi istri kamu loh," sahut Lexa seolah tak mengacuhkan reaksi Nevano yang ofensif sejak mereka di dalam pesawat tadi.
Ya, Nevano memang merasa kesal. Sebab, entah bagaimana wanita itu bisa duduk bersebelahan dengannya di kelas bisnis waktu mereka dalam pesawat. Dan Nevano sempat memprotes hal ini pada Pak Septian. Ia lebih memilih kursinya ditukar ke kelas ekonomi saja jika memang cara itu bisa membuatnya menjauh dari Lexa yang menempelinya seperti seekor lintah.
Namun Pak Septian bilang, ia tidak bisa menolak karena hal ini termasuk dalam perintah dan pengawasan papanya. Jadi, Nevano akhirnya terpaksa mengalah daripada harus membuat keributan di dalam pesawat.
"Istri?" Nevano mendengkus. Menatap Lexa tajam. "Not even in your dreams!"
Lexa berdecih, nyaris mengelakkan tawa. Ketika itu, ada seorang wanita yang menghampiri Lexa dan membantu membawakan barang-barang Lexa menuju mobil jemputan.
Setelah itu, Lexa menatap Nevano sembari bersedekap. "Butuh tumpangan?"
Nevano memutar bola mata. "Just go away."
Wanita berambut pirang itu tertawa.
Sungguh, Nevano merasa tak habis pikir. Apa Lexa punya daya tahan tubuh yang kuat? Bisa-bisanya wanita itu masih saja bersikap santai atas segala penolakan yang Nevano berikan sejak mereka di Sidney beberapa hari belakangan.
"Kamu kalo begini, bikin aku makin gemes tau nggak, Bae."
Nevano tak menjawab. Ia memasang kembali kacamata hitamnya dan memilih memainkan ponsel. Sedikit menggerutu lantaran Pak Septian masih belum juga muncul.
Tiba-tiba Lexa mendekat dan mengecup pipi Nevano hingga pemuda itu tersentak kaget.
"Stop, Lexa!" Nevano refleks mendorong bahu wanita itu. Kepalanya ditoleh ke sekeliling, menatap orang-orang yang berlalu lalang di sekitaran terminal.