| 19 |🌹SWMD🌹

29.2K 1.6K 90
                                    

"Levi?" seru Zora sekali lagi, menatap pemuda yang berdiri di hadapannya dengan perasaan tak percaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Levi?" seru Zora sekali lagi, menatap pemuda yang berdiri di hadapannya dengan perasaan tak percaya. Ia mengerjap, mungkin saja ia salah lihat. Namun, penglihatannya memang tidak salah. Pemuda itu benar-benar Levi.

"Zo—Zora?" balas Levi dengan keterkejutan yang sama.

Zora melongo. Dari sejuta kemungkinan yang bisa terjadi, melihat Levi berada di ruangan ini adalah satu hal yang sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya. Gadis itu sampai bertanya-tanya, apa yang membuat Levi bisa berada di sini?

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Zora akhirnya menyuarakan pikirannya setelah terdiam beberapa saat.

Levi menghela napas gugup. Pemuda itu sedikit menyesal kenapa nekat masuk kemari dan akhirnya tertangkap basah. Seharusnya memang ia kembali saja menemui dokter pembimbingnya tadi. Sekarang apa yang harus ia katakan? Tidak mungkin ia menjawab sejujurnya bahwa ia merasa penasaran dan ingin mencari tahu.

"Kayaknya aku ... uhm ... salah masuk ruangan," jawab Levi sambil berdeham. Tak bisa menyembunyikan kegugupannya.

Zora cuma mengangguk, walau ia masih merasa takjub dengan apa yang terjadi saat ini.

Keduanya kembali bertatapan. Ada hal yang mengganjal dalam hati Zora. Menyaksikan Levi yang tiba-tiba hadir di depan kedua mata, membuat gadis itu kebingungan untuk bereaksi bagaimana. Semuanya terlalu mendadak dan sangat di luar nalar.

Sementara Levi sendiri justru hanya terdiam dengan raut tegang. Jantungnya pun tak henti bergemuruh sejak tadi. Tatapan hangat Zora, wajah lugu gadis itu, serta suara lembutnya yang selalu berhasil membuat hati Levi berdebar. Ada rindu dan juga perasaan dejavu yang menyesakkan. Semua perasaan itu perlahan-lahan merambat menyebar ke setiap pembuluh darah, melumpuhkan sistem impuls saraf di otak dan me-malfungsikan seluruh persendiannya, membuat Levi seakan mati rasa.

Ah, beginilah dirinya bila sudah berhadapan dengan Zora. Begitu payah, seolah benteng pertahanan yang dibangunnya selama ini menjadi percuma.

"Apa kabar, Levi?" Suara Zora memecah keheningan yang menyelimuti keduanya. Gadis itu sedikit menunduk ketika menanyakan hal tersebut. Mungkin pertanyaan ini terkesan basa-basi, tapi cukup membuat Levi tergugu.

Kabar? pikir Levi getir. Naif sekali bila ia menjawab bahwa dirinya baik-baik saja setelah apa yang terjadi. Tidak. Ia jelas tidak baik-baik saja selama ini. Zora tidak pernah tahu betapa kerasnya ia berjuang mengumpulkan kepingan hatinya yang hancur karena ulah gadis itu.

"Selamat, ya—" Zora kembali berbicara. Kali ini ia sedikit menengadah. Netra bulatnya melirik sekilas ke arah jas putih yang tersampir di lengan kiri Levi. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Senyum yang tampak begitu tulus. Senyuman khas seorang Zora Kaureen. "—kamu berhasil meraih cita-cita kamu."

Levi menghirup napas dalam-dalam. Paham apa yang tengah dimaksud oleh Zora. Ia ikut melirik jas putih di tangannya dan menjawab dalam nada dingin—sangat dingin. "Makasih."

Stuck With Mr. Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang