| 9 | 🌹SWMD🌹

35.5K 1.7K 114
                                    

Hello, maaf kemarin updatenya tertunda selama beberapa hari karena harus ngikutin rules event nya.
InshaAllah, aku bakal mulai double update hari ini. Seneng gak? 😉

How do I live without the ones I love?Time still turns the pages of the book its burned

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

How do I live without the ones I love?
Time still turns the pages of the book its burned.
Place and time always on my mind.
I have so much to say but you're so far away.

(Avenged Sevenfold ~ So Far Away)

Ombak biru itu bergulung-gulung memecah bibir pantai. Semilir angin bertiup beriringan dengan burung camar yang beterbangan, sesekali memutar dan menukik. Dari sini matahari senja yang kemerahan tampak bersiap turun dalam peraduan.

Dingin dan berangin. Semua itu bagaikan keindahan yang menari dalam sudut benak berbalut duka serta kegetiran tak berujung di sekujur badan.

Tanpa beralaskan kaki, seorang bocah terlihat berjalan menerjang ombak pasang yang bergulung. Air asin seketika membasahi ujung-ujung pakaian yang ia kenakan. Menyambut kedatangannya dengan tangan terbuka.

Tatapan si bocah terpaku pada kilasan merah yang terapung-apung di atas air di ujung sana.

"Bunda!" teriak si bocah sekeras mungkin, berusaha mencapai warna merah terapung itu. "Bunda!"

"Tuan, jangan ke sana!" Seorang lelaki dengan cambang lebat buru-buru mengejar.

Namun, si bocah terus menerjang ombak dalam kepanikan. Isak tangisnya larut bersama buih di sekitar.

Bunda!" Sekali lagi ia berteriak sampai tenggorokannya sakit. Namun, kilasan merah itu kian jauh terbawa ombak. Terus ke tengah dan ke tengah hingga menjadi titik dalam pandangan.

"Ya Tuhan!" seru si lelaki terkejut luar biasa. "Panggil bantuan cepat! Nyonya sepertinya tenggelam dan terseret arus!" Ia menyuruh orang-orang yang berada di belakangnya agar segera bertindak. Kemudian, bergegas kembali menyusul si bocah yang saat ini sudah separuh terendam dalam air.

"Tuan, jangan ke sana! Berbahaya!" Si lelaki akhirnya berhasil mencapai si bocah dan segera menariknya dalam rangkulan.

Si bocah meronta. Meminta dilepaskan, tetapi tenaga si lelaki lebih kuat darinya. "Bunda! Bunda!" Ia terus berteriak. Kalut dan panik.

"Tuan, mohon tenanglah! Kami akan menolongnya."

Namun, jelas sudah terlambat. Bantuan yang datang di menit berikutnya sama sekali percuma. Sosok dalam busana merah yang terapung dalam sapuan ombak telah menjadi raga kaku. Tak ada lagi sisa-sisa kehidupan di dalamnya.

Dan jeritan si bocah mengiringi matahari yang tenggelam di ujung cakrawala. Menyisakan duka lara berselimut kegelapan malam dan dinginnya udara menembus sukma.

Stuck With Mr. Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang