[Cerita pilihan reading list @wattpadromanceID kategori Dangerous Love periode Agustus 2022]
(Dark Romance)
Zora Kaureen tak menyangka akan bertemu kembali dengan Nevano Abraham yang menjadi CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Kehadiran Nevano bena...
Haloo, aku double update nih sebagai bonus buat kalian karena cerita ini tiba-tiba notifnya rame banget dari kemaren 😍 Makasih buat pembaca baru dan pembaca lama yg udah ngeramein 😘 Sering2 begini yaa. Nanti aku double up atau triple up deh kalo notif rame terus muehehee Lope you semua ❤❤❤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Zia, Kakak pergi dulu, ya? Kamu nggak papa di sini sendirian?" Zora memandangi Zia yang berbaring di brankar dengan perasaan gelisah.
"Pergi aja, Kak. Di sini 'kan ada dokter sama suster, jadi nggak usah khawatir," sahut Zia sambil tersenyum, berusaha menenangkan kegelisahan kakaknya itu.
Zora menatap jam tangannya. Hampir pukul 9 pagi. Hari ini Zora harus pergi ke salah satu mall di daerah Thamrin. Kemarin Alin mengatakan bahwa kenalannya yang bekerja di sebuah perusahaan recruitment agency mengajak Zora bertemu lantaran ingin menawarkan pekerjaan kepada gadis itu.
Recruitment agency adalah sebuah perusahaan atau instansi yang menyediakan jasa pencarian kandidat (pencari kerja) untuk direkrut oleh klien mereka, misalnya sebuah perusahaan.
Tentu saja Zora tak menolak tawaran itu. Ia memang sedang membutuhkan pekerjaan. Meski ia belum diberitahu oleh sang perekrut yang menghubunginya tadi pagi posisi pekerjaan serta perusahaan apa yang akan merekrutnya, Zora tak henti-henti mengucap syukur. Ia betul-betul antusias lantaran akhirnya tak lagi menjadi seorang pengangguran.
"Beneran kamu nggak papa? Kalo ada masalah kasih tahu Kakak, ya?" Zora menatap Zia sambil meremas jari-jemari gadis itu. Tak dipungkiri, ada perasaan khawatir yang terselip di hatinya, sebab ia tak tega meninggalkan Zia seorang diri saja.
Zora masih kesal terhadap ayah mereka yang semenjak mendapatkan uang dari Nevano, tak pernah lagi menunjukkan batang hidungnya kemari. Ya, Gustian memang ayah yang brengsek. Zora kadang tak habis pikir mengapa ayah kandung mereka bisa jadi sebrengsek itu. Namun, kekesalan seperti ini selalu hanya bisa Zora telan sendiri. Mungkin ia bisa saja meluapkan kemarahannya pada Gustian jika saja tak memikirkan perasaan Zia.
"Iya, Kak. Kakak pergi aja. Aku baik-baik aja kok."
Zora mengusap-usap puncak kepala Zia dengan penuh sayang. Wajah Zia masih tampak pucat dan ia belum bisa beraktivitas normal seperti sebelumnya. Gadis itu juga sudah mengikuti serangkaian tes pemeriksaan fisik, lab dan pemeriksaan kesehatan lainnya.
Semua tes memberi hasil normal—yang artinya, Zia aman untuk menjalani operasi yang sudah dijadwalkan hari Jum'at nanti. Namun tetap saja, ada perasaan was-was dalam diri Zora, mengingat dokter yang menangani Zia sempat mengatakan beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah operasi. Tetapi, Zora tentu mau tidak mau harus menerima konsekuensi tersebut, karena inilah jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan nyawa Zia saat ini.
"Ya, udah deh. Kakak pergi dulu sekarang. Kamu baik-baik selama Kakak nggak ada. Kalo pekerjaan Kakak udah selesai, Kakak bakal langsung ke sini." Zora akhirnya bangkit. Menatap sekali lagi jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya.