| 26 |🌹SWMD🌹

29.4K 1.3K 123
                                    

Siang itu, udara terasa begitu panas menyengat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu, udara terasa begitu panas menyengat. Levi membawa langkahnya menuju perpustakaan yang berada di sebelah barat gedung sekolah. Ia bermaksud untuk menemui Zora yang sedang berada di sana. Selain rooftop, tempat favorit keduanya menghabiskan waktu adalah di perpustakaan.

Begitu sampai, Levi mendapati Zora sedang duduk sambil menelungkupkan kepala ke atas meja dekat jendela. Kedua mata Zora terpejam sementara buku pelajaran matematika teronggok di hadapan gadis itu. Sepertinya Zora tertidur saat sedang membaca buku tersebut. Ya, mengingat bagaimana kerasnya Zora belajar selama ini, tak heran Levi kadang sering melihat Zora tertidur sambil memeluk buku.

Selama beberapa saat, Levi hanya memerhatikan gadis itu sambil sesekali tersenyum mendengar suara dengkuran halus yang tertangkap telinganya. Diulurkan tangan untuk mengusap beberapa helai rambut Zora yang menutupi kening dan diselipkan ke belakang telinga gadis itu.

Sinar matahari dari jendela kaca sedikit menyoroti mata Zora yang terpejam dan membuat kelopak gadis itu bergerak-gerak. Levi yang menyadari, buru-buru menghalau sinar matahari tersebut dengan sebelah tangan agar Zora tidak kesilauan. Ia kemudian menarik tirai guna menutupi jendela yang terbuka.

Levi menghela napas, terus memandangi Zora yang masih terlelap seperti bayi. Wajah lugu gadis yang diam-diam telah berhasil mencuri hatinya sejak pertama bertemu itu sungguh amat menentramkan jiwa Levi. Pemuda itu tak munafik kalau dirinya memang sudah jatuh cinta pada Zora. Hanya saja, ia belum memiliki keberanian menyatakan perasaannya secara gamblang.

Dan sebenarnya hari inilah Levi memutuskan untuk jujur terhadap perasaannya itu. Ia ingin mengaku pada Zora dan berharap niatnya tersebut bisa berjalan dengan lancar.

Merogoh tas, Levi mengambil selembar kertas dan pensil, lantas menatap Zora yang masih tertidur seraya tersenyum simpul. Tangannya kemudian dengan lincah menggores-gores kertas kosong itu, menggambar sebuah sketsa. Hanya dalam waktu beberapa menit saja, sketsa itu pun akhirnya selesai. Membentuk siluet Zora yang masih terlelap. Ia menuliskan nama Zora dengan hiasan lambang hati di sekelilingnya.

Oh, betapa menyenangkan hal ini bagi Levi andai Zora tahu.

Levi memang cukup pandai menggambar, walau ia tak terlalu tertarik mengembangkan bakatnya yang satu itu. Dan pemuda itu juga sudah sangat sering menggambar Zora secara diam-diam. Entah mengapa, Levi merasa ini adalah hobi barunya yang menyenangkan semenjak ia bertemu dengan gadis itu.

"Apa kalian belum mau pulang? Perpustakaan sudah mau tutup sebentar lagi." Tiba-tiba terdengar suara teguran dari arah belakang Levi dan membuat pemuda itu refleks menoleh.

Terlihat Bu Firda sedang memandang ke arah Levi dan Zora yang masih terlelap dari balik kacamata tebalnya. Kedua alis wanita berusia awal tiga puluhan itu terangkat, memasang mimik tak sabar.

"Oh iya, sebentar lagi kami akan pulang, Bu," sahut Levi kemudian.

"Cepat, ya."

"Baik, Bu."

Stuck With Mr. Devil (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang