Part 4. Unek-Unek Jasmine

558 43 2
                                    

     Halooo... Masih mau tahu kelanjutan kisah Jasmine dan jodohnya? Yuk, kita intip lagi. Jangan lupa "follow" & masukan ke library-mu cerita ini ya, biar dapat notif tiap Jasmine update.
Vote, komen & share pasti lebih seru kayaknya. Tengkyuuuuu.
Happy reading.
©©©©

     "Kalo emang suka, kenapa gak ngomong coba?"

      Kalimat itu pernah diserukan Jasmine pada tiga sahabatnya. Hampir dalam segala hal ia memang selalu terbuka pada Renata, Nadine dan Audi. Termasuk tentang perasaannya pada Adam.

    "Masa gue yang musti nembak duluan sih? Dih, sorry! Sampe kiamat pun gue gak bakal ngelakuin itu." tambahnya lagi sewot. "Di mana-mana juga cowok musti nembak duluan. Berjuang gitu. Cewek nunggu. Iya, gak?

      Renata, Nadine dan Audi mengangguk-angguk karena merasa seprinsip dengan sahabatnya itu. Walaupun Rezanta, suami Renata, pernah mengatakan bahwa tak masalah cewek nembak cowok duluan, tapi keempat sahabat itu tak bisa melakukan itu. Malu dan gengsi aja, karena tentu tak semua cowok berpikiran santai seperti Rezanta. Gimana kalau jatuh cintanya pada cowok yang berpikiran konservatif? Bisa-bisa dicap agresif alias nyosor duluan dong. Mending kalau diterima, kalau ditolak mentah-mentah...???
Hohoho... Mau ditaruh di mana muka dan harga diri kita, kuy!

    "Dia gak mau pacaran, Min." kata Nadine.

    "Gue juga sama gak mau pacaran." kilah Jasmine berapi-api. "Gue mau kayak lo, Rena... langsung taaruf, lamaran, terus nikah. Jadi pacarannya seudah nikah. Halal dan dapat pahala, kan?"

    "Santuy, Sist, santuy... Jangan emosi dong!' Renata menepuk-nepuk lengan atas Jasmine. "By the way, beneran lo udah siap nikah muda?"

    'Ho-oh, nge-gas amat" timpal Audi. "Kesannya ngebet married banget sih. Udah gak ku-ku ya lo nyusul Renata? Hehehe."

    "Enggak gitu juga keles." cebik Jasmine. "Gue cuma kesel aja sama sikapnya. Hobinya tarik ulur hati gue. Gak gentle. Bete!"

      Jasmine menjatuhkan tubuhnya di sofa. Mulutnya mengerucut dengan wajah masam. Malu juga kalau disangka ngebet nikah. Kesannya gimana gitu. Ia kan cuma butuh kepastian saja kalau perasaannya tak bertepuk sebelah tangan. Biar gampang bicara ke Mami Papinya.

      Sebenarnya Jasmine pun tak yakin siap menikah dalam waktu dekat. Dia masih muda. Perjalanannya masih panjang. Masih ingin mewujudkan banyak mimpinya untuk meraih kesuksesan.

    "Terus ngapain coba dia malah ngikut kerja di Madison." Jasmine melanjutkan uneg-unegnya. Madison adalah biro arsitektur tempat kerjanya dulu. "Lalu kecewa pas gue resign. Apa maksudnya coba?"

    "Dia kan emang cinta lo, Min," sahut Nadine. "Gue sering kok mergokin dia lagi stalker IG lo. Malah, sering nanyain lo juga dengan gaya malu-malu dan takut-takut nanyanya. Kayak abegeh gitu. Lucu dah. Enak ngegodainnya.Hahaha."

      Jasmine tersenyum miring. Secercah harapan ke menguar dan menghangati hatinya.

    "Tapi emang payah tuh anak. Susah amat ngumpulin nyali buat nembak lo,'ejek Nadine kemudian.

      Nadine memang kerja di Madison. Melamar bareng, tes bareng, lulusnya juga bareng. Cuma keluarnya aja yang gak bareng. Jasmine resign duluan. Perjanjian dengan Papinya cuma setahun diizinkan kerja di tempat orang. Itu pun setelah melewati negosiasi alot, karena seharusnya sejak lulus kuliah ia wajib terjun ke bisnis Papinya. Persiapan regenerasi, begitu kata beliau.

    "Dia gak pede, Min." ucap Renata. "Dia sedang mempersiapkan diri supaya pantas bersanding sama lo."

    "Maksudnya?"

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang