"Lho, Bunda kapan datang?" Garland terkejut ketika melihat Bunda Inggrid duduk di kursi teras.
Garland menurunkan Jasmine di kursi teras di sebelah Bunda. Tapi Jasmine langsung berdiri lagi. Menyeret sedikit langkahnya untuk mencium punggung tangan Bunda mertuanya, persis seperti yang dilakukan Garland sebelumnya.
"Kok gak kasih khabar dulu sih, Bun?" Garland membuka pintu rumah dan mempersilakan masuk sang Bunda. "Mas kan bisa jemput Bunda."
"Tadinya biar suprise. Eh malah Bunda yang kaget sendiri karena kalian gak ada di rumah." jawab Bunda sambil terkekeh kecil, setelah duduk di sofa ruang tengah. "Kata tetangga sih kalian jogging. Tapi lama banget. Eh, gak tahunya lagi pacaran."
Garland ikut tertawa. Sementara Jasmine tersenyum saja. Bingung harus ngomong apa.
"Tapi Bunda suka kok lihat kalian romantis gitu. Bahagia banget. Rasanya plong berhasil menjodohkan kalian."
Garland duduk di samping kanan Bunda Inggrid. Tangannya menelusup ke belakang bahu sang bunda. Tak lupa menyandarkan kepalanya ke lengan atas Bunda. Manja sekali.
"Bunda kenapa gak telepon Mas dulu? Jadi lama kan nunggunya."
Bunda Inggrid merenggangkan tubuhnya dari Garland. Ekspresi wajahnya berubah jadi gemas.
"Lihat HP-mu deh!"Bunda Inggrid menepuk paha Garland. "Bunda telepon Mas sama Aura beberapa kali."
"Masa sih?" Garland langsung merogoh ponsel di saku celana trainingnya. Lalu dibukanya kolom panggilan telepon. "Oh iya." Garland tersenyum malu penuh penyesalan. "Maaf ya, Bun, gak kedengeran. HP-nya di- silent ini."
"Aku juga minta maaf, Bun. HP-ku ketinggalan di rumah," timpal Jasmine yang duduk di sisi lain Bunda Inggrid.
"Gak papa, sayang, Bunda ngerti kok." Kalimat Bunda berubah hangat saat berbalik menghadap Jasmine. Beliau pun mengusap kepala menantu kesayangannya.
"Lagipula meskipun HP-nya dikasih nada dering, tetep aja kalian gak bakal denger. Orang lagi asik pacaran gitu." seloroh Bunda sambil bergantian menatap Garland dan Jasmine. "So sweet deh kalian, pake gendong-gendongan segala."
"Hahaha, harus dong, Bun?" Kembali Garland tertawa mendengar kalimat godaan Bundanya.
"ya dong. Berarti bentar lagi kalian bakal ngasih cucu ke Bunda dong ya?" Mata Bunda langsung berbinar penuh harap. Lalu kembali ia mengelus kepala Jasmine. "Gimana, sayang... udah isi kan?"
"Bun." Garland berkata penuh kode karena melihat Jasmine tersenyum canggung dan serba salah. Binar mata istrinya tampak meredup. Tebakan Garland, Jasmine diliputi rasa bersalah karena belum bisa menjadi istri seutuhnya. Tentu saja ia jadi tak tega ia melihatnya.
Seolah menyadari kode yang dikirimkan sang anak, Bunda langsung mengklarifikasi.
"Maksud Bunda... Emh, aduh, gimana ya ini ngomongnya biar enak." Oalah, Bunda jadi bingung sendiri. Beliau pun menarik nafas, lalu menghembuskannya.
"Maaf, ya, sayang, jangan salah paham kalo Bunda nanyain hal ini. Jangan berpikir Bunda tak mengerti, menyalahkanmu atau memvonis negatif karena belum hamil, misalnya. Bagaimanapun, Allah yang punya kuasa penuh. Tugas kita hanya berikhtiar dan berdoa. Lalu sabar dan tawakal jika belum segera diberi momongan."
"Iya, Bun, terima kasih."
"Ini mah pertanyaan umum para orang tua yang telah menikahkan anaknya ya, sayang. Biasa, gak sabaran dapat cucu. Hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
UnDesirable Husband
RomanceSpin off DESIRABLE LOVE (Bisa dibaca terpisah) "Oke-oke, Jasmine ngalah. Jasmine terima perjodohan ini." seru Jasmine tak yakin. "Tapi ada syaratnya." "Alhamdulillah," Mami tampak lega dan sumringah. "Syaratnya apa, sayang?" "Tampan, m...