Part 20. S a h

491 43 6
                                    

Ada yang nungguin kelanjutan kisah JaGa gak ya?
***

    "Saya terima nikah dan kawinnya Aurora Jasmine Sabrina binti Ghifari Wicaksono dengan mas kawin seperti tersebut dibayar tunai."

      Dalam satu tarikan nafas, Garland Ganesha mengucapkan ijal kabul di hadapan penghulu, wali dan para saksi. Wajah tampannya terlihat tegang. Tangan kanannya masih menjabat erat tangan Pak Ghifari, ayah sekaligus wali nikah perempuan cantik berkebaya brukat putih tulang yang kini duduk di sampingnya.

    "Bagaimana saksi, Sah?"

    "SAH."

    "SAH."

    "SAH."

      Dan pernikahan mereka pun sah di mata agama dan hukum negara.

    "Alhamdulillahirobbil 'aalamiin."

    "Barokallah...."

      Semua hadirin mengucap syukur, mengucap hamdalah. Sebait doa pun dirapalkan penghulu, menyempurnakan tugasnya sebagai kepanjangan tangan Sang Khalik untuk menghalalkan hubungan sepasang makhluk-Nya yang hendak menyempurnakan separuh agamanya.

      Selesai menandatangani buku nikah, Jasmine mencium punggung tangan suaminya untuk pertama kalinya. Garland pun mengecup kening istrinya. Ada sebait doa yang ia rapalkan dalam hati saat melakukan hal itu.

    "Terima kasih ya, Dek." bisik Garland tulus. Entah mengapa ia merasa harus mengucapkan kalimat itu. Setidaknya dengan bersedianya Jasmine menerima pernikahan ini, raut bahagia ia temukan pada wajah kedua orang tuanya, juga wajah kedua mertuanya. Ia merasa, kebahagiaan mereka adalah kebahagiaannya juga.

      Sementara Jasmine hanya tersenyum tipis. Ia masih tak percaya bisa sampai di titik ini. Mengacungi jempol pada dirinya sendiri yang nekad mengambil keputusan besar dalam hidupnya ini; menikah tanpa cinta.
Tapi melihat kebahagian Mami dan Papi, aneka penghiburan pun ia tebarkan untuk hatinya.

    "Ikhlas, Min, ikhlas... Gak mungkin Mami Papi lo jerumusin lo sama lelaki yang salah." Itu kata Renata semalam, saat mereka berempat ber- video call- an bareng. Entah mengapa semalam ia butuh sekali mood bootster. Dan ketiga sahabatnya terus menyemangati untuk mengobati kegalauannya. "Positive thinking, oke?"

    "Cinta bisa dibangun setelah menikah, Sayang." Demikian kata Mami. Kemarin beliau datang ke kamarnya secara privat. Mungkin karena melihat puterinya lebih banyak diam dan murung seharian itu. "Mami yakin, tak akan butuh waktu lama buat kamu untuk mengagumi dan mencintainya. Dia sangat baik, sangat perhatian, sangat bertanggung jawab. Dia yang terbaik menjadi imammu. In sya Allah."

                        *****

      Jasmine mulai berpikir, mungkin benar Garland adalah jodohnya. Buktinya pernikahan ini berjalan sangat lancar. Mulai dari persiapan pernikahan yang hanya sebulan lebih, hingga acara akad di pagi hari, resepsi siang hingga resepsi malam. Dua keluarga besar, sahabat dan para tamu tampak puas dan bahagia menghadiri perhelatan megah tersebut. Berbagai ucapan selamat dan doa mereka terima melimpah ruah. Suatu pertanda baikkah?

      Jika pun ada seseorang yang hatinya bergerimis saat ini, dialah Adam. Tapi dengan hati besar, tegar dan ikhlas, ia tetap menghadiri pernikahan perempuan yang diam-diam selalu dicintainya dalam diam dan doa itu. Ternyata bukan semata karena rasa minder dan pengecutnya saja yang membuatnya tak pernah bisa menggapai Jasmine, tapi memang bukan namanya yang tertulis di lauh mahfudz sebagai jodoh perempuan cantik bergaun pengantin putih panjang itu. Ya, bukan dirinya, Adam Ramadhan Yusuf. Tapi Garland Ganesha, lelaki tampan dewasa itulah jodoh perempuan cantik itu. Mereka sepadan, selevel, sebobot-bebet-bibit, sehingga tampak serasi berdampingan di pelaminan megah itu. Fuihhh, entah mengapa dia tak bisa seratus persen mengenyahkan rasa insecure ini.

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang