Part 7. Adik Cantik Di Saat Hujan

453 44 1
                                    

   Halloo... Ketemu lagi dengan Jasmine dan jodohnya ya. Selalu sehat ya biar bisa terus baca cerita-ceritaku
Kalo banyak typo, kurang greget atau kurang2 lainnya dicerita ini, maafkan ya.
Boleh banget lho sumbang saran dll yg positif membangun.
Happy reading

    "Alhamdulillah, akhirnya selesai juga." Garland menghela nafas, lalu menghembuskannya. Lega. Lalu ia meluruskan dua tangannya ke depan dengan mengaitkan jari-jarinya. Menggerakannya ke kanan dan kiri bergantian. Badannya pun ikut bergerak ke kiri dan ke kanan. Jadi mirip gerakan perenggangan.

      Tapi nyatanya gerakan sederhana itu cukup membuat tubuhnya sedikit rileks. Pegal juga ternyata setelah lebih dari empat jam memelototi laptop dengan kepala panas karena emosi harus memperbaiki dan membuat proteksi ganda agar proyek-proyek program tak bisa lagi ditembus penyusup, apalagi diacak-acak. Malah, ia berhasil membuat sistem yang akan menjadi boomerang dan menghancurkan para penjahat IT jika nekad ingin menerobos program-program hasil karya perusahaan IT-nya.

      Bukan hal mudah untuk membereskan kekacauan yang dibuat hacker handal.  Seperti kasus tadi, para programmer anak buahnya sampai nyerah,  hingga ia sendiri yang harus turun tangan menghalaunya.

      Memang kurang ngajar tuh hacker, bikin gonjang-ganjing G-Two Tech aja, hingga ia terpaksa melewatkan sarapan dan makan siangnya. Barulah kini terasa perutnya berkukuruyuk perih. Semoga saja asam lambungnya tak berulah lagi.

    "Gimana, beres, Bos?"

      Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Pandu sudah masuk ke ruangan Garland dan berdiri di seberang meja kerjanya.

      Garland menghentikan gerakan perenggangannya. Lalu mematikan laptop dan melipat layarnya.

    "Aman."

    "Alhamdulillah." Pandu berseru lega. Matanya bersinar dan mengirimkan sinyal terima kasih pada bos sekaligus teman kuliahnya itu. "Bos emang yang terbaik."

    "Bas, bos, bas, bos! Apa susahnya panggil nama aja sih?"

      Pandu tergelak. "Lo kan emang bos gue."

    "Elo tuh ya! Kita kan merintis bareng perusahaan ini dari zaman kuliah dulu, bro." kilah Garland. "Lo juga punya saham lumayan di sini. Lo juga bos di sini, bro"

      Pandu tergelak kembali. "Hahaha... bos bayangan ya? Lagipula saham secuil gitu gak ngefek sama sekali."

      Garland hanya tersenyum. Jika sedang berdua begini, sapaan 'elo-gue' selalu dipakai. Sementara jika di hadapan para pegawainya, mereka mengganti sapaan menjadi 'Pak". Bukan gila hormat, tapi supaya enak didengar aja. Sekalian mengikuti etika kerja dan melestarikan budaya sopan santun ketimuran juga.

    "Inti-intinya udah gue beresin. Lo rapiin dikit lagi aja ya." ucap Garland kemudian. "Gue lapar banget nih. Dari pagi belom masuk secuil makanan pun."

    "Waduh! Kenapa gak bilang?!" Spontan Pandu cemas. Merasa bersalah juga. Walaupun ia sadar, meski disediakan makanan pun, Garland tak akan meliriknya. Maklumlah, sahabatnya ini tipe orang yang sangat fokus dan tak boleh diganggu kalau sedang berurusan dengan aneka printilin coding. Ini pun berani datang ke ruangan ini setelah si bos kirim pesan WhatsApp padanya. "Lo mau makan apa? Gue beliin makanan deh."

    "Gak usah, gue pulang duluan aja ya," jawab Garland. "Selain laper, gue juga butuh pelampiasan selaligus pendinginan buat benerin otak gue yang hampir ngebul."

    "Nge-game lagi?"

    "Yo'i, seperti biasa." Garland menjawab dengan kekeh kecil di ujung jawabannya.  "Cara terbaik melepas stres kan?"

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang