Ada yang masih terjaga & nunggu JaGa? Wiihhh, senangnya kalau ada. Ayo, kita nge-date bareng mereka. Selamat membaca
****Jasmine langsung memaksa membalikan badan, hingga posisinya berhadapan denganku. Badannya direnggangkan beberapa jengkal denganku, sehingga ia bebas memandangku dengan tatapan tajam. Lalu ia tersenyum miring saat melihat sisa ringisan maluku.
"Ayo, makan dulu!" Jasmine bangkit dari tidurnya dan menarik tanganku agar ikut bangun.
"Udah malam, Dek. Mas gak mau makan." Aku bersikukuh menahan tubuhku. Jasmine semakin kuat menarik tanganku.
"Jangan ngeyel!" bentaknya. "Udah terciduk kelaparan gitu masih aja ngeles. Cepetan! Masih banyak makanan di bawah kok."
"Gak mau," tolakku manja. "Mas cuma mau sama kamu aja. Mas kangen. Kangen banget."
"Jangan batu deh, Mas! Entar kalo sakit Mas juga yang rugi."
"Gak bakalan sakit, Dek."
"Sotoy!" cibir Jasmine. "Cepet! Aku temenin makannya."
"Ada dessert-nya gak?"
"Ada." Jasmine melepas tarikan tangannya. Ia menggelung rambut sepunggungnya secara asal sehingga terlihat leher jenjangnya. Sampai menelan ludah aku saat melihatnya. Sial! Kerinduan yang menggunung membuatku jadi berfantasi lebih. Gelanyar aneh pun langsung menghantam tubuhku. Godaan banget ini, Men! "Tadi aku bikin puding. Pie susu juga ada."
"Jangan dessert yang itu. Tapi special dessert dong, Dek."
"Emang Mas mau dessert apa?"
"Kamu," sahutku pasti tanpa melepas tatapan lembutku padanya. "Dessert-nya kamu aja ya, Dek." tegasku lagi, tapi lebih terdengar seperti kalimat permohonan. "Gak kasihan apa lihat Mas puasa delapan bulan lebih?"
Jasmine terdiam sesaat. Lalu mendelik dan memukul tanganku. Sepertinya dia baru menyadari dessert apa yang aku maksud.
"Oh, jadi Mas ke sini cuma mau nagih itu doang?" Jasmine menatapku tajam dengan tangan melipat di dada. "Bukan sungguh-sungguh mau...."
"Enggak, enggak, enggak kok!" Aku langsung bangkit dari ranjang. Senyum manisku pun langsung aku pasang. Celaka kalau dia ngambek dan berpikiran yang enggak-enggak. Entar dikiranya aku tak serius menyesali sikap negatifku kemarin-kemarin. Padahal aku sungguh-sungguh datang padanya untuk memohon maaf. "Becanda, Dek, becanda. Jangan ngambek dong," lanjutku sambil meraih tangannya dan kupegang erat. "Ayo, temani Mas makan."
Aku pun menarik Jasmine ke luar kamar. Saat aku akan menggendongnya turun, dia meronta turun dengan wajah bersemu merah. Tapi ia tak menolak saat berjalan menuju ruang makan, pinggangnya aku rangkul. Malah dia melakukan hal sama ke pinggangku. Kan aku jadi gemas dan panas dingin dibuatnya. Semoga aku tetap bisa menahan diri.
Soal "special dessert " tadi, itu kan spontan aja ke luar dari mulutku alias keceplosan. Bercanda doang, supaya aku gak terlalu grogi. Tapi kalau Jasmine mau mengabulkannya... Aku pasti langsung bersorak. Dan gak mungkin aku tolak. Berkah luar biasa kan dapat dessert istimewa? Dijamin aku langsung sujud syukur deh.
Hei, hei, hei... kenapa aku jadi ngelantur gini sih? Tapi itu kan normal ya? Naluri alami lelaki. Ups!
"Mimpi lo kejauhan, Lan!" ledek sudut hatiku yang satunya lagi. "Disambut baik sama bini lo aja udah syukur. Mustinya kan lo disambit karena udah suudzon sama dia."
Dasar manusia, ya... Selalu menuntut lebih.
***
"Pelan-pelan, Mas makannya. Gak akan ada yang minta kok." Jasmine mengingatkanku. Menatapku intens yang tengah lahap menyantap makanan. "Entar keselek coba."
KAMU SEDANG MEMBACA
UnDesirable Husband
RomantizmSpin off DESIRABLE LOVE (Bisa dibaca terpisah) "Oke-oke, Jasmine ngalah. Jasmine terima perjodohan ini." seru Jasmine tak yakin. "Tapi ada syaratnya." "Alhamdulillah," Mami tampak lega dan sumringah. "Syaratnya apa, sayang?" "Tampan, m...