Part 25. Jogging Yang Tak Aman

380 40 7
                                    

    "Selamat pagi, Mas Garland." Seorang lelaki paruh baya menyapa dengan ramahnya.

    "Selamat pagi, Mas." sapa lelaki satunya lagi yang lebih muda, kira-kira seusia Garland.

    "Pagi juga, Pak Anwar, Mas Jodi." jawab Garland tak kalah ramah dengan menyebut nama kedua tetangganya itu. Dia pun menghentikan jogging-nya. Begitu juga Jasmine.

    "Nah, gitu dong Mas, ke luarnya bareng istri. Jangan diumpetin terus." ucap Pak Anwar lagi . "Kan jadi lebih semangat jogging sama istri tercinta."

    "Lebih aman juga kan, Mas?" tambah Mas Jodi diikuti tawa kecil.

    "Mas Jodi ini bisa aja." Garland ikut tertawa menanggapi ucapan Mas Jodi. "Tapi benar juga sih. Semoga kalau dikawal begini, jogging saya aman."

    "Hahahaha...." Geeerrrr... Tawa ketiga lelaki itu pun menguar. Jasmine mengerutkan dahi. Tak mengerti apa yang dibicarakan mereka. Tapi ia tetap mengulas senyum sebagai adab sopan santun.

    "Tapi tenang aja, Mbak... Mas Garland sih suami super setia kok." ucap Mas Jodi lagi. Pandangannya beralih pada Jasmine. Jasmine membalasnya dengan senyum dan anggukan. "Gak pernah sekalipun saya melihatnya cuci mata.Iya kan, Pak Anwar?"

    "Mana mungkin lirik kanan-kirilah, Mas ... Orang ratu rumahnya cantik begini." sahut Pak Anwar. "Iya kan, Mas Garland?"

    "Betul, Pak, gak ada tandingannya. Bidadari surga ini mah." Dengan yakinnya Garland membalas godaan tetangganya itu. Mereka menjadi akrab karena sering bertemu dan mengobrol setelah selesai sholat subuh berjamaah di mesjid komplek.

    "Mantap, Mas."

    "Wah, Mas Garland gak bisa nyembunyiin bucinnya sama mbak-nya ini. Hebat!"

      Pak Anwar dan Mas Jodi kompak mengacungkan jempol. Dan semua itu tak luput dari perhatian Jasmine. Walaupun ia belum mengerti sepenuhnya obrolan para lelaki itu, tapi ia bisa menarik benang merah dari obrolan itu jika sang suami....

    "Nanti Mas jelaskan," Tiba-tiba Garland berbisik pada Jasmine. Ia tak ingin istrinya salah paham, walaupun ia tak melihat gejala tersebut di raut wajah istrinya. Jasmine tampak biasa-biasa saja.

      Rupanya bukan hanya Pak Anwar dan Mas Jodi saja yang menginterupsi jogging mereka. Banyak orang menyapa Garland hingga jogging mereka sering terhenti untuk membalas salam, sapaan dan mengobrol singkat dengan para penghuni komplek ini. Mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, akang, mas, mbak, teteh, sampai abegeh bau kencur menyapa Garland. Tak sedikit juga telinga Jasmine menangkap kalimat mengagumi atau patah hati, baik dari perempuan muda maupun perempuan tua.
Yang perempuan muda tentu saja barisan pengagum Garland yang ingin dijadikan istri. Sementara yang perempuan tua yaitu ibu-ibu yang ingin jadi mertua Garland alias mengharap puterinya dipinang Garland.

    "Sumpah, ganteng banget Pak Garland. Kalau gak dosa, gue pepet tuh laki orang."

    "Yaaa... Oppa kok udah ada gandengannya sih? Broken hati Eneng. Hiks...hiks...hiks."

    "Busyet, cakep amat bininya. Bikin gue insecure aja."

    "Pantesan dia gak pernah mandang aku sedikit pun. Ternyata istrinya cakepnya audzubilllah."

    "Gak papa deh gue sih jadi yang kedua juga. Rela, asal sama Abang Garland."

    "Tuh, kan Bapak bilang juga apa, Mas Garland udah nikah. Ibu berhenti ya jodoh-jodohin anak kita sama Mas Garland."

    "Kutunggu dudamu, Oppa."

    "Da aku mah apa atuh. Cuma remahan rangginang. Bagai pungguk merindukan Garland, eh... bulan. Nasib, nasib."

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang