Part 40 : Garland's PoV : Politik Garland

324 37 1
                                    

Haloooo... Masih ada yang nungguin kisah Mas Alan sama Dek Jasmine gak ya?
Buat yang selalu kangen mereka, tengkyu banget. Yuk, kita mulai kepoin mereka.
******

    "Woy! Bukannya fokus kerja, malah asik chatingan." Kusikut Pandu yang ada di sisi kiriku. Pantesan ucapanku tak digubrisnya. Ternyata sahabatku itu sedang asik dengan ponselnya. Lihat saja, wajahnya senyum-senyum dengan mata dan jari fokus pada ponsel pintarnya.

    "Bentar, Bro, tanggung."

    "Pinter bener... Lo panggil gue ke sini buat ngerjain kerjaan lo. Sementara lo asik pacaran, gitu?" Sindirku tajam. Aku tebak, Pandu sedang chatingan dengan Syakira, istrinya. "Udah, pulang gih sono! Biar pacarannya poll."

    "Woles, Bos. Bini lo ini...." Pandu menggantung jawabannya. Mata dan jarinya semakin fokus mengetik di layar sentuh ponsel. "Gue lagi chatingan sama bini lo, Jasmine."

    "HAH?" Spontan aku menoleh lagi pada Pandu. Menatap tajam penuh tuntutan konfirmasi. "Ngapain lo chatingan sama bini gue? Bukan mahrom, tau! Dosa, Panjul!"

    "Sembarangan! Emang gue selingkuh sama bini lo."

   "Terus itu apa?"

   "Bini lo komen status WA gue. Padahal gue tahu, sebenermya itu basa-basi doang. Aslinya kan nanyain lo. Nyuruh lo cepet pulang." Pandu mulai menjelaskan. "Sama kayak kemaren waktu lo gak jadi lembur malem, dia juga kan nge- chat gue. Gak sabar bener nunggu bebebnya pulang. Dasar pasangan bucin."

      Aku terpaku. Tanpa dapat dicegah senyumku terkulum. Terus terang, aku senang Jasmine kepoin aku lewat Pandu. Itu tandanya dia sangat perhatian kan? Pantesan kemarin dia nyusul ke apartemen. Rupanya ia nge-chat Pandu dulu, sehingga tahu alasanku pulang ke aparteman karena banyak kerjaan adalah kebohongan belaka. Makanya sekarang aku malas kirim pesan WA pulang malam lagi. Lagian aku masih malas pulang ke rumah. Rencananya sih mau menginap di apartemen lagi.

    "Siapa tahu disusulin Jasmine lagi." Ups!

      Aku geli sendiri dengan pikiranku yang merajuk ini. Walaupun ngambekku pada Jasmine sedikit demi sedikit luruh karena otakku mulai mencerna semua penjelasan istriku yang jelas dan masuk akal itu, tapi tetap saja mood- ku belum juga membaik. Kecemburuanku pada Adam masih segunung. Masih insecure juga. Sial!

    "Lagian lo juga sih, bini lo WA sama nelepon dicuekin." protes Pandu. "Kalian gak lagi marahan kan?"

    "Enggaklah!" sambarku cepat. Tentu saja aku tak ingin Pandu tahu kalau aku lagi marah sama Jasmine. Bisa jadi bulan-bulanan aku kalau Pandu tahu aku cemburu buta begini.

    "Terus kenapa lo cuekin dia?"

   "Bukan nyuekin, tapi gue lagi fokus kerja. Kerjaan banyak gini. Emang lo bentar-bentar pegang HP." sanggahku dengan menumbalkan Pandu sendiri. Maksudnya sih supaya Pandu gak curiga. "Nih, lihat, sekarang aja gue kagak pegang HP. Noh, ada di ruangan gue."

      Pandu terkekeh. "Terus terang, gue emang gak bisa jauh dari HP. Ini sarana gue berkomunikasi sama anak dan istri. Mereka prioritas gue, Bro. Kasihan mereka, waktu bersama gue dikit banget. Makanya saat senggang kerja, gue paksain menghubungi mereka. Biar mereka tahu kalau suami dan Papa gantengnya ini meskipun gila kerja, tapi selalu ada buat mereka. Tapi tenang aja, Bro.. Meskipun gue gak bisa lepas dari HP, kerjaan aman. Gue profesional kerja mah. Lo bisa mempercayai gue."

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang