Haiii.... Khabar baik & sehat-sehat kan? Maafkan lama banget ngilang. Sengaja? Gak juga sih. Emang lagi mager aja. Lagipula gak pernah ada yang nanyain tuh kapan update-nya. So, aku jadi tambah slow update-nya. Hehehe (Dih, ngarep bgt ditanyain, Emang siapa aku?Wkwkwk)
Btw, udah tahun baru aja ya.
Selamat Tahun Baru 2023.
Semoga di tahun baru ini semua mimpi & harapan kita tercapai. Aamiin.
So, di tahun baru ini, judul cerita ini dibarui ya. Cuma buang kata 'UN' - nya aja kok. Jadi gini nih:
DESIRABLE HUSBAND
(Biar ceritanya jadi seri 'DESIRABLE' gitu).
Yok, yang masih ngarepin JaGa, gas-keun bacanya. Thx...
***"Gimana bisa aku bilang ke Roland kalau kamu lagi hamil, kalau kamu aja gak pernah kasih tahu aku tentang hal itu," balas Lukas saat kutuduh dia sebagai orang yang membocorkan berita kehamilanku pada Roland.
Aku menepuk jidat. tersadarkan bahwa aku telah salah tuduh. Lupa, jika Lukas tak pernah kuberitahu tentang berita bahagia tersebut. Aku hanya memintanya mengurus perceraianku dengan Roland dengan alasan perselingkuhan, sebelum aku menepi ke bumi utara ini.
"Justru aku tahu hal itu dari Roland," tambah Lukas lagi di seberang seluler. "Dia marah besar saat kusodorkan surat gugatan cerai dari kamu. Sambil merobek surat itu, aku dibilang penghancur rumah tangga karena akan memisahkan istri dari suaminya, anak dari ayahnya."
Aku terdiam. Tetap menunggu kalimat dari kuasa hukumku yang tampaknya belum pungkas. Kami memang akrab, karena dia salah satu teman Roland. Dengan istrinya pun aku dekat.
"Bahkan aku dituduh menyembunyikan kamu karena kamu mendadak hilang. Dicari ke mana-mana gak ada. Ponsel gak aktif. Kartu kredit debitmu juga gak pernah dipakai. Makin susah qja melacak jejakmu." Suara Lukas terhenti sejenak. Tergantikan oleh helaan dan hembusan nafasnya yang cukup panjang. Aku tebak, dia sedang kesal atau geregetan padaku. Iyalah, sebagai klien aku malah tak memberikan informasi lengkap akan perkara yang akan ditanganinya. Malah menghilang begitu saja. "Emang kamu puasa ya sampai gak pernah pakai kartu-kartu itu? Atau bawa sekoper uang cash? Kalau niat kabur gitu, ngapain juga minta bantuanku?"
Aku memang berusaha serapi mungkin mengatur kepergianku ke Finlandia ini. Mulai dari tak mengaktifkan ponsel lamaku dan menggantikannya dengan ponsel dan sim card baru, tak membuka medsos, tak memakai kartu debit dan kreditku, hingga mengambil penerbangan tak langsung ke sini -- tapi transit dulu ke tempat lain dan melanjutkannya dengan perjalanan darat. Itupun menggunakan kartu debit yang dipinjamkan Elizabeth dalam setiap transaksi pembayaran yang kulakukan. Semata agar siapapun tak tahu keberadaanku. Pikirku, menjauh dari orang-orang yang kukenal dan mengenaliku (terutama Roland) adalah adalah cara terbaik menenangkan diri dan mengobati luka.
"Tahu gak, aku hampir ditonjoknya saat kubilang tak tahu di mana keberadaanmu. Dipikirnya aku bohong. Bahkan aku dituduh nyembunyiin kamu." Lukas kembali mengadu. "Benar-benar bikin repot ya kamu ini. Mau bikin aku babak belur oleh suamimu, ya?"
"Sorry, sorry...." Aku meringis, jadi tak enak hati membayangkan amarah yang dilancarkan Roland pada Lukas. Roland memang bisa bikin shock lawan bicaranya jika sedang marah. "Tapi aku begini kan karena dia seling.... "
"Bullshit! Selingkuh dari mana? Aku dijebak tau! Mereka ingin rumah tanggaku hancur. Tuh, begitu kata suamimu waktu kubilang alasanmu menggugat cerai dia."
Aku memijat keningku. Lukas memang sempat tak percaya saat kujelaskan alasanku menggugat cerai. Dia bilang aku terlalu cepat membuat kesimpulan dan keputusan. Baiknya, recheck dahulu kebenaran informasi yang kuterima itu. Bisa jadi hal itu fitnah atau jebakan, karena di matanya, Roland sangat mencintai dan memujaku, sehingga mustahil jika dia selingkuh. So, dia pun memintaku berpikir ulang perihal gugatan penuh emosional tersebut. Bahkan baiknya dibatalkan saja, karena keputusan yang diambil saat emosi bukanlah pilihan yang bijaksana.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnDesirable Husband
RomanceSpin off DESIRABLE LOVE (Bisa dibaca terpisah) "Oke-oke, Jasmine ngalah. Jasmine terima perjodohan ini." seru Jasmine tak yakin. "Tapi ada syaratnya." "Alhamdulillah," Mami tampak lega dan sumringah. "Syaratnya apa, sayang?" "Tampan, m...