Part 21. Suami Rasa Kakak

575 52 10
                                    

      Menjadi istri Garland Ganesha, ternyata tak sesulit dan semenakutkan yang dibayangkan Jasmine sebelumnya. Lelaki itu benar-benar lelaki yang baik, dewasa, sabar, pengertian dan menyenangkan.

      Memulai menyukai suaminya sebagai sosok kakak membuat Jasmine lebih rileks. Garland pun tak banyak menuntut. Malah lebih banyak mengalah dan menuruti segala permintaannya. Contohnya saat ini, saat ia minta pindah dari apartemen yang sudah dua bulan ini menjadi atap bersama mereka tinggal.

    "Kenapa mau pindah, Dek?" Sekilas Garland mengangkat wajahnya dari game online di laptopnya. "Jelek ya apartemennya?"

    "Apartemen mewah gini dibilang jelek." cebik Jasmine.

    "Terus, kenapa?"

    "Saya gak suka tinggal di langit, saya lebih suka tinggal di hunian yang napak di bumi. Lebih betahin. Lebih manusiawi."

    "Oohhhh."

    "Om kerja terus dari pagi sampe malem. Aku sendirian di sini. Sepi banget. Berasa jadi puteri raja yang dipingit di menara gading."

    "Hahaha... Lebay kamu, Dek." Garland terkekeh mendengar perumpamaan yang dibuat istri kecilnya. "Kan kamu bisa main ke mana aja. Saya gak pernah larang kan?"

    "Iya, tapi tetep aja saya kesepian. Gak bisa lihat tukang sayur atau abang bakso lewat. Gak bisa jajan. Bete."

    "Kan bisa pesan online."

    "Tetep aja beda."

    "Ya udah."

    "Ya udah apa?" Jasmine mulai kesal. Garland terlihat asal-asalan menanggapi ucapannya. Mana ngejawabnya sambil main game lagi. Sebel! Sekalinya libur kerja maen game mulu. Bukannya ngajak main atau apa gitu. Gak berguna ada di sini juga, gerutunya di hati.

    "Itu tadi."

    "Itu apaan?"

    "Om...iiihhhh!" Jasmine gemas. Dihalanginya layar laptop dengan bantal sofa. Tentu saja Garland langsung protes.

    "Yaahhh, Dek. Nah, nah, nah... Kacau deh." Garland mulai panik. Game nya sedang ada di klimaks-klimaksnya. Sebentar lagi ia akan memenangkan game ini, tapi.... "Dek, awasin dong bantalnya. Tuh, tuh kan..." Garland melepaskan jemarinya dari keyboard laptop. Lalu menyandarkan punggungnya pada tepi sofa. Terlihat kecewa. "Kalah deh. Kamu sih. Raib deh dollar saya."

    "Bodo amat!" cemberut Jasmine tanpa merasa bersalah sedikit pun. Ia pun langsung berjalan ke sofa. Menjatuhkan tubuhnya dengan kasar. Bibirnya tampak mengerucut dengan tangan melipat di dada. Hatinya yang kesal membuatnya tak peduli jika suami rasa kakaknya akan marah karena kalah game akibat ulahnya.

      Jasmine tahu, game online yang dimainkan Garland adalah jenis game yang bisa menghasilkan cuan dalam nominal yang lumayan fantastis. Dulu, Kakak laki-lakinya pun menggilai aneka jenis game online. Dan ia sering dibuat kesal kalau para lelaki itu sedang fokus pada kegiatan ini. Masalahnya mereka selalu jadi tak peduli pada sekeliling. Asik dengan dunianya sendiri. Masih untung suaminya sih mau menyahuti omongannya. Kalau Kakang Anggara.... Beuh, kayak ngomong sama arca saking tak pernah ditanggapi.

    "Ya, udah ayo!" Garland bangkit dari duduk lesehannya. Bukannya marah, ia malah mengulurkan tangan agar Jasmine ikut berdiri.

    "Ayo ke mana?" heran Jasmine.

    "Katanya mau hunian yang napak bumi."

    "Tapi saya gak minta dibeliin rumah, Om." Jasmine jadi kaget sendiri. Ia khawatir dicap cewek matre yang banyak minta ini-itu. Tahu sendiri beli properti butuh dana yang tak sedikit. "Saya gak sematre itu."

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang