Part 37 : Sekelumit Prasangka

324 41 4
                                    

"Dari mana? Sampai gak ngasih kabar segala?!" cecar Garland dingin. "Dihubungi juga gak bisa. Keasikan sama masa lalu sampe lupa waktu begitu. Bagusss..... Apa lupa juga kalau kamu perempuan bersuami?!"

What???? Apa katanya barusan?

"Apaan sih, Mas? Ngomong gak jelas gitu." Jasmine maju menuju anak tangga. Ditahannya emosi agar tak ke luar ke permukaan. Bagaimana pun ia tak bodoh-bodoh amat menangkap maksud kalimat terakhir dari suaminya itu. "Aku tadi nganter ibunya Nadine ke rumah sakit. Beliau jatuh di kamar mandi. Stroke ringan diagnosa dokter sih."

"Hhmm... Udah mulai gak jujur juga ternyata."

"Aku gak bohong, Mas. Itu barusan Nadine yang nganterin. Bapaknya udah datang dari Jogja. Jadi bisa gantian jaga di rumah sakit." Jasmine kesal karena dituduh bohong. "Lagian aku kirim WA kok ke Mas. Cuma pake HP Nadine. Soalnya aku gak tahu HP-ku ke mana. Hilang kali. Mas aja yang gak buka pesan WA itu. Malah aku telepon pun gak diangkat-angkat. Makanya jadi berprasangka buruk begini."

"Nih, anak... Udah salah ngotot lagi."

"Mas!" seru Jasmine. Ia mulai tak sabar. "Oke, aku salah pulang telat. Aku minta maaf. Tapi aku gak kelayapan gak karuan atau berbuat macam-macam. Aku cuma nolongin Nadine."

Garland melengos dengan senyum miringnya.

"Tidurlah, udah malam." sahut Garland dingin. Lalu melangkah pergi menuju kamarnya.

Ketika Jasmine akan menyusul dengan menaiki undakan tangga, Garland berbalik kembali.

"Oya, kamu tidur di kamar kamu aja seperti biasa." katanya lagi sebelum berlalu ke kamar dengan suara dan tatapan dingin. "Selamat malam."

Jasmine melongo. What??? Apa katanya tadi? Tidur di kamar kamu seperti biasa? Bukannya semalam dia mengultimatum kalau kemarin adalah malam terakhirnya bisa tidur di kamar itu? Bahkan tadi pagi mengingatkan kembali agar memindahkan semua barang-barangnya ke kamarnya di lantai atas .

"Kesambet jin apa sih dia sampai tingkah sama omongannya aneh begitu? Seenaknya aja nuduh-nuduh gak jelas. Bikin emosi aja." Jasmine misah-misuh penuh emosi. Lalu ia pun mulai menyeret kakinya ke kamarnya di lantai satu. Tahu sendiri, kalau lagi capek amarah cepat tersulut. "Bodo amatlah. Pusing. Bete. Capek. Mending tidur."

Brak!
Jasmine pun membanting pintu kamar dengan kencang dan kesal hingga terdengar oleh suaminya di lantai atas.

****

"Eh, lo, Nad....masuk-masuk!" Jasmine membuka lebar-lebat pintu rumahnya. Wajahnya tampak kusut, apalagi rambutnya. Ia pun sembarang menjatuhkan bokongnya di sofa ruang nonton televisi.

"Baru bangun tidur, ya?"

"Hhmm..."

"Kok loyo gitu?" Nadine ikut duduk di sofa, berhadapan dengan Jasmine. "Langsung diajak 'tempur' pas pulang tadi malem, ya?" godanya sambil tersenyum dan alis yang turun naik.

Jasmine tersenyum kesal. "Hahhh... Boro-boro! Yang ada malah disuudzonin."

"Mas Garland marah ya lo pulang telat?"

"Keasikan sama masa lalu sampe lupa waktu begitu. Bagusss..... Apa lupa juga kalau kamu perempuan bersuami?!" Tanpa bisa ditahan Jasmine menirukan ucapan Garland semalam. Terlihat sekali ia sedang kesal. "Itu sama aja dia nuduh gue selingkuh kan?"

"Selingkuh sama siapa? Kan lo sama gue kemaren."

"Nah, itu, gue juga bingung." Jasmine berjalan ke pantry. Nadine mengikuti di belakangnya. "Masa sih dia cemburu sama lo? Jeruk makan jeruk dong gue. Iihhhh ..."

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang