Part 51 : Berlin Penuh Cinta

271 40 2
                                    

Hai, udah di akhir week end lagi ya. Dan kita bertemu lagi dengan JaGa.
Aku usahakan update seminggu sekali. Tapi kalau byk yang kasih vote apalagi komen, kayaknya bakal update lebih rajin. Hehe
Semoga kalian masih setia sama mereka, ya.
Happy reading. Thx.
***

"SAH!"

Akhirnya ijab qabul pun berjalan lancar dalam suasana khidmat. Bukan hanya kedua mempelai yang tersenyum lega dan bahagia, keluarga dan para hadirin pun begitu. Tak terkecuali Jasmine. Matanya sampai berkaca-kaca menyaksikan prosesi akad pernikahan Anggara Wingga Pradipta dengan Aubriana Graff.

"Alhamdulillah, sah ...," desah Jasmine lega sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. "Aku bahagia, Mas," lanjutnya dengan suara agak parau sambil menoleh pada suaminya yang duduk di sisinya.

"Iya, Mas juga sama, Dek," sahut Garland. Satu tangannya mengusap pelan puncak kepala Jasmine yang dibalut kerudung. "Semoga menjadi keluarga bahagia, sakinah mawaddah warohmah. Aamiin."

"Aamiin ya robbal aalaamiin," Jasmine langsung mengamini.

Menurut cerita Kakang, Aubriana Graff menjadi mualaf bukan semata karena ingin menikah dengan kakak laki-lakinya itu. Gadis cantik asal Jerman yamg berprofesi sebagai dokter gigi itu sudah tertarik dengan islam sebelum mengenal Kakang. Bahkan mereka bertemu saat sama-sama hadir di sebuah kajian yang di kemudian hari menjadi akrab karena Kakang dipercaya sebagai guru ngajinya.

Kakang memang orang yang menyenangkan. Bukan hanya tampan dan gagah, dia pun pintar. Pintar secara akademis, pintar pula secara pergaulan. Dia bisa masuk ke segala lapisan. Tak pernah membedakan seseorang berdasarkan status sosialnya. Singkatnya selalu membuat nyaman siapapun yang mengenalnya.

Berangkat dari rasa nyaman itulah, Aubriana mantap menjatuhkan pilihan pada lelaki tampan dewasa yang berprofesi sebagai dosen itu. Bule cantik bermata biru itu tak malu-malu mengajukan taaruf. Nembak duluan. Membuat Kakang sempat terkejut dan tak langsung menjawab pinangan tersebut. Ia merasa harus meminta pendapat pada keluarga dan gurunya, walaupun sebenarnya urusan hati adalah hak pribadinya.
_____________

"Kata Kakang gak masalah cewek nembak duluan," seloroh Jasmine saat Anggara meminta pendapatnya, lebih dari setahun yang lalu.. "Bukankah Siti Khadijah pun yang meminang Rasulullah terlebih dahulu karena kagum sama keluhuran budi beliau? Dan Rasulullah gak masalahin hal itu."

"Iya sih," sahut Kakang mangut-mangut. "Eh, bentar... Kamu ngebalikin omongan Kakang ya?"

Rupanya Anggara mulai mengingat kejadian saat Jasmine curhat tentang Adam yang tak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan pada Jasmine. Dan ia menyarankan kenapa tidak adiknya saja yang berinisiatif nembak Adam duluan, dengan mencontoh hal yang dilakukan istri nabi tersebut. Tentu saja kejadian itu terjadi sebelum adiknya menikah dengan Garland, bahkan sebelum adiknya menerima perjodohan itu.

"Awas nya! Diteke mun Kakang uih."
(Awas, ya. Dijitak kalo Kakang pulang)

"Hahaha... Makanya jangan cuma bisa ngomong doang atau ngasih saran aja. Praktekin sendiri." Jasmine balik mengolok-olok. Tawanya yang tampak lepas terlihat jelas di layar ponsel. Yup, mereka berkomunikasi melalui sarana video call. "Udah... Terima aja. Kalo bisa bulan depan halalin di depan penghulu."

"Hush, ngebut amat. Ini pernikahan, Dek, bukan pacaran atau main-main."

"Justru karena pernikahan Kakang musti ngebut. Masa ngejar pahala menyempurnakan separuh agama gak mau. Inget umur, Kang, inget! Gak takut expired gitu? Gak pegel juga dibawelin Mami Papi yang nagih mantu mulu?" cecar Jasmine. "Lagian Aubriana kan gadis yang baik, terpelajar dan terpandang. Cantik juga. Calon istri yang perfeck-lah. Dia juga meminta Kakang dengan baik, sopan dan sesuai norma. Gak centil atau ngejebak kayak di film-film gitu. Jadi apa yang musti diraguin lagi? Tarik, Mang! Nyesel berdarah-darah baru nyaho deh, kalo ditikung cowok lain."

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang