Part 52 : Obrolan Panas Dingin

267 33 1
                                    

"STOP!"

Langkah Jasmine yang baru menuruni empat undakan anak tangga langsung terhenti ketika mendengar suara lantang di ujung tangga bawah. Tampak Mami Mel sedang memandang dirinya dengan tatapan tajam dan wajah masam. Tentu saja Jasmine jadi heran. Keningnya berkerut beberapa lipatan.

"Kenapa, Mi?" tanya Jasmine penasaran. Ia merasa tak membuat kesalahan. Tapi mengapa sang ibunda marah begitu.

"Ngeyel ya! Udah dibilangin kalo jalan pelan-pelan, hati-hati. Ini malah grasak-grusuk begitu. Mana turun tangga lagi." Mami Mel tak tahan untuk mengomeli puteri kesayangannya. "Lupa kalo sekarang lagi hamil?"

"Hehehe... Iya, Mi, maaf. Kebiasaan." Jasmine nyengir dan langsung minta maaf. Ia merasa cara itulah yang teraman, karena ini bukan kali pertama ia mendapat teguran akan kebiasaannya yang selalu naik turun tangga dengan cepat.

Sejak tahu Jasmine hamil, bukan hanya sang suami yang over proktektif. Para orang tua lebih-lebih. Sebenarnya ia happy dilimpahi banyak perhatian, tapi jika berlebihan malah membuatnya serba salah.

"Jangan dibiasain!" tegas Mami Mel. Tak lama beliau mengayunkan langkah menaiki anak tangga. Mendekati dan menuntun puteri semata wayangnya menuruni sisa anak tangga. "Bikin cemas aja."

Rumah yang kini mereka tempati ini sangat nyaman. Desain rumahnya khas rumah-rumah orang Jerman. Rumah dua lantai yang luas. Lengkap dengan interior yang homy. Sentuhan lantai parket kayu walnut menambah kesan hangat, mewah dan elegan. Pun perpaduan furniture vintage dan modern. Di halaman depannya yang tanpa pagar itupun ditanami rumput hijau dan tanaman hias lainnya. Sepertinya, siapa pun akan betah tinggal di rumah peninggalan nenek buyut Jasmine ini.

 Sepertinya, siapa pun akan betah tinggal di rumah peninggalan nenek buyut Jasmine ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh ya, awalnya rumah ini milik Nenek Agatha, ibu kandungnya Mami Mel. Rumah ini diberikan orang tua Nenek Agatha sebagai hadiah pernikahan Nenek Agatha dengan Kakek Mochtar. Nenek Agatha keturunan Jerman. Sementara Kakek Mochtar orang Indonesia asli berdarah Jawa-Sunda. Mereka bertemu ketika sama-sama kuliah di sebuah universitas Jerman

Kakek Mochtar dan Nenek Agatha dikaruniai sepasang anak kembar; Mawar dan Melati. Mereka tumbuh di Berlin sampai usia empat tahun, karena setelah itu Kakek Mochtar memutuskan untuk membawa keluarganya ke tanah air. Namun demikian, rumah ini tak serta merta dijual. Tapi diisi oleh kerabat Nenek Agatha yang belum punya rumah. Bahkan mereka tetap merawat rumah ini dengan baik saat tak ditinggali lagi karena telah memiliki rumah sendiri.

Makanya rumah ini tetap dalam kondisi baik ketika diisi oleh Kakang Anggara yang memilih kuliah dan kerja di Jerman. Mami Mel sebagai pewaris tunggal rumah ini pun berencana memberikan rumah ini pada Kakang.

"Tri semester pertama itu masa sensitif, sayang. Jadi meskipun kamu merasa baik, sehat atau kuat, tetep aja kondisinya beda." Suara Mami melembut saat mereka sampai di meja makan. "Hati-hati itu perlu."

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang