Part 28. Kebiasaan Tumben

361 42 4
                                    

"Mas, bentar ya kerupuknya, masih digoreng," teriak Jasmine dari arah dapur saat mendengar derap langkah menuruni tangga dan mengarah ke meja makan. "Tunggu aja di meja makan."

Saking seriusnya Jasmine pada pekerjaannya menggoreng kerupuk, ia sampai tak sadar jika Garland sudah ada di belakangnya.

"Udah, segitu cukup kok," ucap Garland tepat di belakang telinga Jasmine.

"Astagfirullah, Mas...." Tentu saja Jasmine kaget. Apalagi kemudian dirasakannya tangan Garland menelusup dan memeluk pinggangnya. "Ih apa lagi ini tangan? Bikin kaget aja sih, Mas. Untung aja gak kena minyak panas." cerocosnya sambil mematikan kompor.

"Maaf, maaf." Garland tertawa kecil. Ia pun melepas tangannya dari pinggang Jasmine. Lalu mengekori langkah sang istri menuju meja makan.

Garland bersyukur, sekarang Jasmine tak pernah protes atau menolak sentuhan darinya. Memang sih belum sampai ke tahap yang paling intim, bahkan belum tidur sekamar pula. Tapi setidaknya, pelukan, kecupan atau ciuman belakangan ini sering ia berikan pada sang istri tanpa ada perlawanan sama sekali. Walaupun yaaa... jarang dapat balasan. Hahaha

Selain itu, ia pun sering tidur di ranjang yang sama dengan sang istri. Tak ada lagi tumpukan bantal di tengah-tengah kasur sebagai pembatas, walaupun yaaa... tidur. Cuma tidur. Sebenar-benarnya tidur dalam arti sebenarnya, yaitu sama-sama memejamkan mata. Kasihan amat kan, ya? Nasib-nasib.

Tenang, tenang, orang sabar pasti kesal. Ups, salah... Orang sabar disayang istri... Eh, kok salah lagi ya. Orang sabar disayang Allah SWT. Ini baru bener kan?

Garland ingin tertawa jika mengingat hal itu. Apalagi saat melihat Jasmine yang membeku bagai patung saat mendapat ciuman panjang darinya. Belum lagi rona merah di wajahnya. Sumpah, gemesin banget. Jadi ingin mengulang lagi. Ups!

Terus ada lagi kejadian lain yang cukup membuatnya terhibur, yaitu saat Jasmine menjerit kencang di tengah malam. Rupanya istri cantiknya itu sangat terkejut mendapati wajah mereka berhadapan sangat dekat dengan posisi tidur berpelukan pula. Begini ini asal muasal kejadiannya.
_________

Malam itu Garland meminta Jasmine menghentikan pekerjaannya mengedit konten karena hari sudah larut. Tapi sang istri selalu mengelak dengan alasan 'kagok, tanggung atau dikit lagi beres', hingga ia pun ketiduran di ranjang kamar Jasmine. Sekitar jam dua dini harian, ia terbangun. Walaupun Jasmine sudah menghentikan bedagangnya, tapi ia malah mendapati istrinya tidur di sofa panjang. Lagi-lagi, ia pun harus memindahkan tubuh sang istri ke ranjang. Karena masih ngantuk dan malas ke kamarnya di lantai dua, akhirnya ia memutuskan untuk tidur di kamar istrinya. Tidur yang nyenyak, hingga terbangun oleh jeritan Jasmine dini hari itu.

"Aaaaaa...." teriak Jasmine saat itu. Langsung mengambil jarak dengan wajah kaget. Nafasnya pun terdengar berpacu lebih cepat.

"Emh... Ada apaan, Dek?" Garland terbangun dengan nyawa yang belum terasa kumpul.

"Astagfirullah, aku kira siapa, Mas." Jasmine terlihat menghembuskan nafas lega saat menyadari orang yang bersamanya adalah suaminya sendiri. "Aku kira orang asing."

"Hhhmm." Garland tersenyum tipis dengan kantuk yang tak dapat disembunyikan. "Udah ayo tidur lagi, Dek. Masih jam tiga malem."

"Mas sih tidurnya peluk-peluk segala," cemberut Jasmine. "Bikin kaget aja. Untung aja gak jantungan."

Garland tertawa kecil. "Orang kamu sendiri yang narik Mas buat dipeluk." Tring! Tiba-tiba terbesit ide menggoda Jasmine dengan membalikan fakta sebenarnya. Jelas-jelas ia yang pertama membawa Jasmine tidur dalam pelukannya.

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang