"Ya Allah... Ke mana adikmu, ya, Kak?" Garland berbicara pada bocah lelaki kecil di sampingnya, tanpa melepaskan matanya berkeliling ke seantero mall. Ia sedang mencari keponakan perempuannya yang terpisah begitu saja darinya. Wajahnya tampak kusut dan cemas.
"Ya Allah... Tolong lindungilah Grishela. Bantu kami untuk menemukannya."
"Aamiin...." Giandra langsung mengamini doa Garland. Sebelah tangannya yang tak memegang es krim, diusapkan ke wajahnya.
"Aamiin Ya Robbal Aalamiin." Garland menoleh ke samping. Tersenyum pada Giandra. "Makasih, Kak Gian."
Giandra mengangguk. Garland pun mengusap kepala Giandra. Keponakannya ini memang pintar, manis, baik hati dan sholeh. Ia kagum pada Gladys dan Gustav yang berhasil mendidik kedua anaknya dengan baik, walaupun mereka nikah muda.
"Pegang tangan Om, jangan sampai lepas." Garland langsung menggenggam tangan kecil Giandra. Khawatir hilang seperti adiknya. Matanya pun kembali berkeliling mencari sosok mungil Grishela.
Tadi, saat ia mengantri untuk membeli es krim, ia meminta Giandra dan Grishela untuk menunggu di meja pengunjung. Sudah diwanti-wanti agar tak ke mana-mana. Gladys memang tak ikut. Ia ingin bertiga saja menikmati quality time langka ini. Otaknya selalu fresh kalau sudah bermain bersama dengan dua bocah menggemaskan itu. Tapi sekarang..... Boro-boro fresh, yang adalah malah stres. Grishela... Kamu di mana, Nak?
"Itu Dek Isel, Om!" teriak Giandra kencang. Jari telunjuknya langsung mengarah pada sosok kecil yang sedang dikerumuni tiga orang perempuan muda. Salah seorang dari mereka yang berjaket denim tampak jongkok sejajar di sisi Grishela.
"Alhamdulilah." Garland menghembuskan nafas lega. Ia berjalan bersama Giandra untuk menghampiri Grishela. "Ayo, Kak!"
Siapapun ketiga perempuan itu, Garland sangat berterima kasih. Mereka tampak mencoba menenangkan Grishela yang menangis kencang memanggil mamanya. Wajahnya sudah basah oleh air mata.
"Iseellllll!" Giandra berteriak memanggil adiknya.
Grishela tampak celingukan mencari sumber suara. Matanya langsung berbinar saat beradu pandang dengan Garland dan Giandra. Langkah kecilnya pun langsung menghambur ke pelukan dua lelaki beda generasi itu.
"Kak Ian." Tangis Grishela semakin pecah. "Om... Isel tatut."
"Cup, cup, cup... Gak usah takut lagi ya, sayang. Ini Om sama Kak Ian udah ada." Garland mengusap rambut Grishela agar bocah cantik itu merasa tenang.
"Lain kali lebih fokus lagi jaga anaknya, Pak." Seketika Garland mematung sekaligus mempertajam pendengarannya. Sepertinya suara itu tak asing baginya. Lalu ia pun melonggarkan pelukannya pada Grishela. "Kasihan adeknya dari tadi nangis ketakutan. Untung aja gak ada yang nyulik."
"Oh iya, maaf, saya teledor." Garland menjawab dengan nada menyesal. Lalu mendongakan kepala. Ia merasa harus tahu wajah orang yang menolong keponakannya itu. "Terima kasih ya Dek, sudah menolong.... Lho, kamu...." Garland menghentikan kalimatnya. Terkejut karena pemilik suara perempuan itu adalah....
"Om Alan?!" gadis itu lebih dahulu menyebut nama Garland dengan sikap yang tak kalah terkejutnya.
"Mimin!" Garland pun menyebut nama gadis berjaket denim itu.
Garland dan Mimin pun saling mengarahkan telunjuknya. Tak lama setelah itu keduanya tertawa bersamaan. Tentu saja kedua temannya melongo. Begitu pula dua bocah itu.
"Mimiiinnn... Mimin.... " ucap Garland. "Akhirnya kita ketemu lagi ya. Dunia memang sempit."
Mimin mengangguk. Tawanya masih tersisa membuat Garland tak lepas memandangnya. Tampak dua orang temannya merapat padanya dan berbisik heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
UnDesirable Husband
RomanceSpin off DESIRABLE LOVE (Bisa dibaca terpisah) "Oke-oke, Jasmine ngalah. Jasmine terima perjodohan ini." seru Jasmine tak yakin. "Tapi ada syaratnya." "Alhamdulillah," Mami tampak lega dan sumringah. "Syaratnya apa, sayang?" "Tampan, m...