Part 49: Menuntaskan Rindu

377 37 3
                                    


     Setelah melakukan koordinasi dengan Pandu seputar pekerjaan dan perusahaan, akhirnya Garland memesan tiket pesawat ke Jerman secara daring.

    "Alhamdulillah, ada juga tiket buat besok," Garland bernafas lega. Ia pun menunjukan layar ponselnya pada Pandu yang menampilkan informasi keberhasilan pemesanan tiket pesawat ke Jerman. Penat di kepalanya mendadak hilang dengan hanya membayangkan reaksi terkejut dan bahagianya sang istri mendapati suaminya mendadak datang lebih cepat. Padahal... Hhmm, Garland tersenyum sendiri. Sadar, bahwa sesungguhnya dirinya sendirilah yang paling happy dengan keberangkatannya ini.

    "Ich vermisse dich, mein schatz." Sungguh, suara hatinya tak dapat berdamai lagi dengan rasa rindu. Dan ia benar-benar sudah tak sabar untuk melepas rindu pada belahan jiwanya itu.
(Aku kangen kamu, sayangku).

    "Sipp. Happy honeymoon, Bro." Pandu mengacungkan jempol. "Jangan lupa bawa oleh-oleh."

    "Beres. Emang lo mau dibawain apa?"

    "Gak usah macam-macam. Cukup bukti dua garis biru di test pack Jasmine."

    "Hahaha, itu sih gue juga mau banget. Doain dong."

    "Always, bro." jawab Pandu jujur. "Gue yakin, lo bakal jadi ayah yang hebat buat anak-anak lo."

    "Aamiin. Thanks, Bro!"

      Sejujurnya, Garland tak lelah berdoa agar Sang Kuasa segera menganugerahkan buah hati untuk keluarga kecilnya. Tapi karena sejauh ini Jasmine belum menunjukan tanda-tanda kehamilan, ia pun hanya bisa bersabar dan pasrah. Bertawakal atas segala garis takdir. Ia percaya, Allah SWT lebih tahu mana yang berbaik baginya maupun Jasmine.

    "Yang penting kan doa sama ikhtiar jalan terus," Tanpa sadar, senyum Garland terbit saat di pikirannya terlintas hal-hal romantis yang sering dilewatinya bersama Jasmine, terlebih dua bulan terakhir ini. "Duh... kok gue jadi tambah kangen dia sih."

    "Bentar, gue VC Jasmine dulu...." Garland langsung meraih ponsel dan menekan no kontak istrinya.

    "Jangan!" Mata Garland memicing mendengar larangan dari Pandu. "Biasanya perempuan suka dikasih kejutan manis, Bro. Jadi sebaiknya lo gak usah bilang mau berangkat besok."

    "Tenang. Gak bilang kok. Gue cuma mau VC doang. Moga-moga dengan lihat wajah sama suaranya bisa sedikit ngobatin rasa kangen gue yang menggunung ini."

    "Etdah, kumat bucinnya." decak Pandu.

      Garland terkekeh. Kemudian perhatiannya beralih pada seseorang di seberang seluler. Rupanya sambungan video call- nya sudah tersambung. Tapi kok....

    "Hallo, Assalamualaikum."

    "Waalaikumsalam." Jawab Garland dengan kening berkerut. "Lho, kok Bunda sih? Jasmine mana?" lanjutnya heran sekaligus kecewa karena yang menerima panggilan darinya adalah Bunda Inggrit, bukan Jasmine. Ia merasa tak salah menekan nomor kontak.

    "Jasmine lagi ke luar, Mas," jawab Bunda Inggrit. "Sama siapa ya tadi? Mel... Tadi Jasmine ke luar sama siapa, ya?" Suara Bunda di seberang seluler mengecil. Dari layar ponselnya tampak wajah Bunda menengok ke arah Mami Mel yang ada di belakang beliau. Rupanya beliau meminta informasi lanjutan pada Mami Melati, ibunya Jasmine.

    "Sama temen kuliahnya dulu," Dan itu jawaban dari Mami Mel. "Tapi lupa siapa namanya."

    "Nah, itu. Kedengaran kan, Mas?" Wajah Bunda kembali menghadap layar ponsel. "Ini HP istrimu ketinggalan di rumah."

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang