Ada yang masih terjaga? Yok malam mingguan bareng JaGa.
Jangan lupa vote & komen ya biar seru. Makasih.
****Jasmine benar-benar memanfaatkan 'kebiasaan tumben' yang diberikan Garland. Selain ingin merasakan hal-hal yang sulit dilakukannya sebelum menikah dulu, ia pun ingin menguji seberapa besar kesungguhan sang suami memenuhi janjinya menuruti segala permintaan dan keinginannya.
"Dianggapnya gampang kali ngikutin semua kemauan gue." Itu pikiran awal Jasmine yang meragukan kesungguhan Garland. "Gempor, gempor deh gue kerjain."
Tapi nyatanya ia kalah telak dengan praduganya. Garland tak masalah dengan semua yang diminta Jasmine. Ia menurutinya dengan sabar dan telaten. Tak terlihat capek, kesal, terpaksa atau hal-hal negatif lainnya selama quality time ini. Malah ia terlihat bahagia menjalaninya.
"Oh, jadi kamu melarang Mas bawa mobil itu karena pengen naik angkot?" Akhirnya Garland mengerti kenapa tadi pagi Jasmine ngotot melarangnya membawa mobil atau motor. Ia sempat menolak usulan tersebut karena dianggapnya tak simple naik angkutan umum.
"Hhmm-emh, angkot itu kendaraan mewah impianku sejak zaman sekolah." Jasmine menganggukan kepala dengan kekehan kecil di ujung kalimatnya. "Tau gak, dari zaman sekolah dulu, aku pengen banget berangkat dan pulang sekolah naik angkot. Iri banget pokoknya lihat temen-temen yang kelihatan seru banget naik angkot bareng."
Jasmine diam sejenak untuk menenggak air mineral dari dalam kemasan botol plastik. Kemudian ia membetulkan letak duduknya di bangku beton. Di sampingnya duduk sang suami yang penasaran menunggu kelanjutan kisahnya.
Saat ini mereka sedang berada di sebuah taman kota, taman kota ketiga yang mereka kunjungi dengan naik turun angkot yang diselingi kulineran street food. Semilir angin bertiup ramah. Terasa sejuk menyegarkan. Ditambah lagi tarian ranting dan dedaunan dari beberapa pohon besar yang tumbuh di taman ini yang berhasil menahan teriknya sinar matahari siang.
Ternyata, bukan hanya manusia saja yang menyukai rindangnya pohon-pohon itu. Burung-burung liar pun tergoda untuk singgah atau menetap dengan membangun sarang di sebagian dahannya. Dengarlah, mereka sangat bahagia. Suara cicit mereka terdengar riang, beradu dengan suara klakson kendaraan di jalan raya di luar taman. Bandung memang selalu ramai, seramai hati Jasmine dan Garland yang bahagia menikmati 'kebiasaan tumben' ini.
"Tapi Mami Papi selalu gak ngizinin. Kesel kan harus naik mobil pribadi terus. Gak menantang."
Garlang tersenyum mendengarnya. Di saat banyak orang ingin menikmati fasilitas kendaraan pribadi, istrinya ini malah ingin naik angkutan umum. Dibilang mewah pula naik angkot itu. Ck-ck-ck! Ada ya orang kayak gitu?
"Ke sekolah atau main ke rumah teman pasti diantar jemput supir. Mana diawasi terus sama Kang Januar, Mang Hudaya atau Mang Asep lagi. Bete kan?" lanjut Jasmine dengan wajah ditekuk. "Makanya beberapa temenku meledekku anak Mami. Sebel! Kesannya aku anak manja banget. Padahal kan enggak begitu."
"Tapi kan kenyataannya kamu emang beneran anak Mami, Dek." ucap Garland cepat disambut delikan mata Jasmine. "Anak Mami Mel," lanjutnya sambil tersenyum, sebelum Jasmine membuka mulut untuk protes.
"Oh itu. Kirain...." Jasmine menghembuskan nafas lega. Kekhawatirannya dicap anak mami yang berkonotasi anak manja hilang seketika.
Kenyataannya Jasmine memang bukan perempuan yang manja yang apa-apa harus dilayani. Ia termasuk perempuan mandiri. Dan Garland tak menapik kenyataan tersebut. Bayangkan saja, seorang puteri tunggal yang berasal dari keluarga serba kecukupan, mau mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri. Tak banyak menuntut atau mengeluh. Amazing, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
UnDesirable Husband
RomanceSpin off DESIRABLE LOVE (Bisa dibaca terpisah) "Oke-oke, Jasmine ngalah. Jasmine terima perjodohan ini." seru Jasmine tak yakin. "Tapi ada syaratnya." "Alhamdulillah," Mami tampak lega dan sumringah. "Syaratnya apa, sayang?" "Tampan, m...