"Teh Aren, tolong temenin Dek Ceza dulu ya." Renata menepuk pelan lengan putri sulungnya. "Mama mau ganti baju Dek Beiz dulu. Nih basah ketumpahan susu."
"Iya, Ma." Tanpa menoleh, si cantik imut berumur empat tahun itu menjawab singkat. Tangan kecilnya masih asik memakaikan baju boneka. Tapi tubuhnya langsung bergerak menghampiri adiknya yang sedang main mobil-mobilan, seiring gerakan Renata yang meninggalkan kamar sambil menuntun salah satu anaknya. Tak lupa mamah muda itu memberi kode izin ke luar pada sahabatnya yang ada di ruang bermain anaknya itu. "Dek Ceza... Teteh ikut main ya. Noni juga," lanjutnya setelah dekat sang adik.
"Noni mau naek mobil?" kata sang adik ketika melihat boneka yang diberi nama Noni oleh kakak perempuannya itu dinaikan ke mobil truk-trukan yang sedang dimainkannya. "Mau diantel ke mana?""Ke pasar," jawab Teh Aren.
"Mau beli sayul. ya?" tanya Dek Ceza lagi. Setiap kata yang mengandung huruf 'r' belum bisa diucapkannya dengan jelas, sehingga ia sering dikatai cadel oleh teman-temannya.
"Iya, mau masak," sahut Teh Aren. "Ngebut ya, Bang. Pasarnya takut keburu tutup," lanjutnya seolah-olah bicara pada supir angkot.
"Siap, bu. Ngeengggg... Ngeeengg!! Tiiinnnn....tiinnnn..." Ceza pun melajukan mobil-mobilan dengan tangannya mengitari ruang bermain anak, hingga tanpa sadar menabrak Jasmine.
"Nah kan, jadi nabrak deh kalo ngebut gini. Aduhhh, kakiku." Jasmine pura-pura meringis kesakitan.
Sedari tadi ia memperhatikan aktivitas anak-anak Renata, di sela-sela obrolan dengan sahabatnya tentang kehamilan, persalinan dan mengurus anak. Ternyata cukup banyak ilmu yang didapatnya dari pengalaman langsung sahabatnya itu.
"Anggap aja lagi ngelmu," demikian pikirnya. "Tapi tenang, ngelmu yang ini bukan belajar ilmu yang ono noh. Yang berbau serem-serem gitu. Yang ini sih ngelmu parenting: belajar ilmu parenting. Ngerti dong ngerti. So, gak gagal fokus atau salah tafsir kan, ya? Bisa gak mencium bau surga kalo gue ngelmu yang ono mah. Hiihhh, serem."
Maklum saja, sebentar lagi ia pun akan menjadi seorang ibu. Perutnya sudah membuncit.. Usia kandungannya sudah lebih dari tiga puluh minggu. Senam hamil sudah rutin ia ikuti demi bisa persalinan normal.
"Ma-maaf, Aunty," Ceza meringis canggung. Ada raut takut campur rasa bersalah di wajah polosnya.
"Maafin kita Aunty. Maaafff." Aren menambahkan dengan tatapan penuh permohonan. "Dek Ceza gak sengaja kok nabrak Aunty. Maaf ya, Aunty."
"Iya, Aunty, Ceza gak sengaja. Ceza salah."
Mau tak mau Jasmine menghentikan aksi pura-pura sakitnya. Lalu tersenyum. Hatinya dibuat tersentuh sekaligus kagum. Kagum akan kehebatan Renata dan Rezanta yang berhasil mendidik ketiga anaknya dengan baik. Bukan hanya penampilan fisiknya saja yang baik dalam artian cantik, ganteng, rapi, bersih dan sehat, tapi akhlaknya pun terpuji. Tadi saja saat dia pertama datang, mereka menyambutnya dengan hangat. Tak lupa mengucap salam dan salim/sun tangan. Bahkan Aren cukup lama memeluknya. Katanya kangen karena lama tak bertemu dengannya.
"Iya, gak papa kok sayang. Owhhh... cute banget sih kalian. Gemessss." Jawab Jasmine sambil memegang gemas dagu Aren dan Ceza. Senyumnya mengembang membuat kedua bocah itu lega. "Untung aja cuma ketabrak mobil-mobilan. Coba kalo ketabrak mobil beneran, pasti sakit banget. Dan Aunty gak bakalan maafin kalian."
"Hehehe...iya, Aunty." cengir Aren dan Ceza hampir bersamaan. "Maaf."
"Nah, entar kalo udah gede dan bisa nyetir mobil beneran, gak boleh ngebut-ngebut ya demi keselamatan kalian dan orang lain. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UnDesirable Husband
RomanceSpin off DESIRABLE LOVE (Bisa dibaca terpisah) "Oke-oke, Jasmine ngalah. Jasmine terima perjodohan ini." seru Jasmine tak yakin. "Tapi ada syaratnya." "Alhamdulillah," Mami tampak lega dan sumringah. "Syaratnya apa, sayang?" "Tampan, m...