Part 14. Mungkin Bukan Jodoh

393 39 7
                                    

Haloooo.... Maaf banget baru update. Beberapa hari ini kesehatanku menurun. Dan sekarang gantian anak bungsuku yang sakit. Tapi aku coba ketik satu bab dulu. Happy reading. Makasih
*****

     "Assalamualaikum, Dek...."

    "Kakang ke mana sih? Kok baru diangkat." Bukannya menjawab salam, Jasmine malah nyerocos marah. Rupanya ia kesal karena pada panggilan kelimalah, sosok tampan dewasa yang saat ini terpeta di layar smart phone- nya itu baru mengangkat panggilan video call darinya.

    "Neng geulis (Adek cantik) .... Harusnya jawab salam dulu, baru marah-marah." Di seberang sana, sang lelaki tampan tersenyum hangat dengan kepala menggeleng-geleng. Dialah Anggara Wingga Pradigta, kakak laki-laki Jasmine.

    "Abis Kakang lama banget sih."

    "Iya, maaf, barusan Kakang dipanggil ke ruangan Profesor Muller. Biasa... ngebahas proyek penelitian." Kakang Anggara menjelaskan supaya adiknya itu berhenti ngambek. "Lagian HP Kakang di-silent. Jadi gak tau kamu VC."

      Jasmine tak langsung menanggapi. Mulutnya masih mengerucut. Anggara tambah terkekeh melihat adiknya yang selalu manja padanya itu berwajah masam.

    "Ada apa?" tanya Anggara kemudian. "Kok manyun gitu?"

    "Lusa mereka ke rumah." lapor Jasmine bete.

    "Mereka siapa?" Kebiasaan nih anak, ngobrol gak dijudulin dulu atau dikasih prologlah biar ngerti lagi ngebahas apa, lanjut Anggara di hati.

   "Itu cowoknya Mami."

    "Mami selingkuh?"

    "Iiihhhh, Kakang!" Jasmine berteriak. Gemes karena Kakangnya tak connect dengan apa yang ada di pikirannya. "Bukan itu!"

    "Terus?"

    "Lelaki yang dijodohin sama aku."

    "Oh itu, kirain...." Anggara menghembuskan nafas lega. Dia pun membetulkan posisi duduk di kursi kerjanya. "Akhirnya kamu nerima dia juga, Dek?"

    "Hhmm."

    "Alhamdulillah. Selamat ya."

    "Ih kok selamat sih?!"

    "Lho? Salah lagi?" Anggara tepuk jidat, merasa serba salah. "Mustinya gimana dong?"

    "Kasih saran dong apa yang musti aku lakuin biar si Om-Om itu illfeel. Jadi dia mundur lagi dari perjodohan ini."

    "Gimana sih? Katanya udah nerima, tapi kok masih mikirin cara supaya batal?" protes Anggara. Ia tak mengerti jalan pikiran sang adik. "Kenapa gak nolak aja?"

    "Aku gak enak nolak terus. Mami Papi maksa mulu sih. Pake bawa-bawa umur lagi. Kan jadi serem." Jasmine merengut.

    "Jadi itu alasannya?"

    "Tapi ada yang lebih menarik sih, yaitu Mami bakal narik bodyguard kalo aku nikah. Kan asik jadi bebas."

      Anggara terbahak mendengar penuturan Jasmine.  Ya bodyguard gantinya laki lo, Dek, gelinya di hati. Pinter banget Mami merayunya. Wkwkwk.

    "Kakang!" teriak Jasmine. "Malah ketawa...."

    "Iya, iya, maaf." Anggara menghentikan tawanya. Sebenarnya ia sudah tahu sabtu lusa ini keluarga calon suami adiknya akan datang ke rumah. Mami meneleponnya tadi, saking bahagianya sang adik menerima perjodohan itu.

    "Terus saran Kakang gimana?"

    "Kalo kata Kakang sih, ketemu sih ketemu aja dulu. Kan cuma ketemu doang ini. Buka hatimu..."

    "Kakang!"

    "Maksudnya bukan buat langsung jatuh cinta, Dek." Anggara langsung meluruskan maksud kalimatnya biar Jasmine gak tambah manyun. Ia tahu alasan dibalik berat hatinya sang adik menerima lelaki pilihan Mami Papi. Ada sosok lain yang telah bercokol di hati adiknya lebih dari tiga tahun ini. "Maksudnya kamu belajar objektif untuk menilai lelaki lain. Apa benar calonmu itu sebaik penilaian Mami sama Papi."

    "Emh??"

    "Iya, saling kenal dulu. Ngobrol gitu. Tentu aja gak bisa dalam sekali pertemuan buat tahu kepribadian seseorang. Ketemulah beberapa kali. Nilai dia. Dia pun sama nilai kamu juga. Kalo dalam beberapa pertemuan hatimu belum respek juga, ya udah jujur ke Mami Papi kalo kamu gak bisa lanjutin perjodohan ini."

    "Apa Mami Papi bakal ngerti kalo aku nolak lagi?" ada nada cemas dan ragu di kalimat Jasmine. "Maksudnya apa mereka gak akan marah atau kecewa? Aku kan gak mau dicap sebagai anak durhaka."

    "Kalo marah, kayaknya enggak. Mami Papi kan bukan tipe yang otoriter. Mereka ngotot jodohin kamu karena dipikirnya kamu jomblo, Dek." jawab Anggara.

      Jasmine mendengarkan. Selain pada ketiga sahabatnya, ia pun sering curhat pada kakak laki-lakinya itu. Jadi Anggara tahu apapun yang dirasakan adiknya itu, walaupun mereka terpisah dua benua yang berbeda.

    "Kalo kecewa, pasti adalah." lanjut Anggara setelah minum air mineral dalam botol plastik. "Makanya kamu harus jelasin baik-baik. Alasannya harus jelas. Jangan ngada-ngada. Biar gak terjadi kesalahpahaman."

      Jasmine terdiam. Ia tak yakin bisa menjelaskan dengan baik alasan penolakannya kelak. Beralasan ada Adam di hatinya? Hohoho... Bagaimana ia bisa ngotot memperjuangan lelaki itu di hadapan kedua orangtuanya jika lelaki itu tak sedikit pun bergerak memperjuangkan dirinya? Cinta dalam diam? Cinta dalam doa? Mana bisa....

    "Kok diam sih, Dek?" panggil Anggara di seberang telepon. Ia menyenderkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya. Sementara ponselnya tersimpan aman di twipod yang didudukan di atas meja kerjanya. "Masih nungguin Adam, ya?"

    "Hhmmm."

    "Kenapa gak jujur aja sama Mami Papi sih kalo kamu punya pacar?"

    "Pacar dari Hongkong."  Jasmine tersenyum sinis dan miris, seolah menertawakan dirinya sendiri. Pacar dalam mimpi!

    "Hahaha.... " Anggara tergelak. "Masih belom ada kemajuan juga?"

    "Yaaaa, gitu deh!"

    "Payah banget sih tuh anak. Bukannya dikejar, malah diem aja." ejek Anggara. "Udah lupain aja, Dek. Perjuangin kamu aja gak pede, apalagi ngurus anak istri."

    "Dia lagi memantaskan diri, Kang." Kok rasanya gak rela ya saat pujaan hati kita dicela terlalu frontal. "Dia sedang bekerja keras. Karirnya pun cepet naik. Kuliah S2 juga. Dia ingin memunjukan sama semua kalo dia pantas buat aku. Gak akan malu-maluin, apalagi jadi parasit. Itu kata Nadine sama temen-temenku yang lain."

    "Bagus sih. Tapi kan kalo diem aja... Emh... Ya udah kamu aja yang nembak dia duluan." Eh, kok gini sih? Enak aja! "Siapa tahu dia termasuk lelaki yang musti dipancing duluan."

    "Dih, ogah!" tolak Jasmine langsung. "Di mana harga diri gue?"

      Anggara terbahak. "Ya udah kalo sama-sama diem gini bakal jalan di tempat terus, Dek. Cinta kan perlu diperjuangkan dan diungkapkan lewat kata-kata biar saling yakin. Terserah siapa yang mau memulainya lebih dulu selama itu tak melanggar norma sosial dan agama."

    "Iya sih."

    "Atau mungkin...."

    "Mungkin kenapa?" kejar Jasmine ketika Anggara tak melanjutkan kalimat dalam beberapa detik. Kakang tampannya itu malah memandangnya dengan tatapan iba. Duh, apaan sih?

    "Maaf ya, Dek...." Anggara kembali terdiam.  Jasmine langsung menggerakan dagunya ke atas tanda Kakangnya untuk menyelesaikan kalimatnya.

    "Maaf ya, Dek.... Mungkin saja sebenarnya kalian gak berjodoh. Makanya gak jadi-jadi mulu."

    Jleb!
 

                          ****


 Bersambung
Maaf ya belom bisa panjang.
Aku usahakan nanti malam atau besok update lagi. Semoga di bab mendatang mereka ketemu ya.
Terima kasih sudah membaca
~ 16092021, 06.33 WIB~

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang