Part 44: Selamat Pagi, Cinta

397 38 17
                                    

"Selamat pagi, Cinta."

Mata Jasmine mengerjap, saat sebuah sapaan dan kecupan mendarat di keningnya. Matanya masih menyesuaikan diri dengan perubahan dari gelap ke terang. Lalu memicing saat matanya bertabrakan dengan silaunya sinar matahari yang menerobos masuk lewat kaca jendela besar di kamar mereka. Ya, istri kesayangan Garland Ganesha ini baru bangun kembali dari tidurnya.

Dan ketika matanya bertaut pandang dengan bola mata Garland, ia malah tersipu malu. Kemudian langsung menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, termasuk wajahnya yang bersemu merah.

"Lho, lho, lho... Bukannya menjawab sapaan Mas, kok malah ngumpet di balik selimut?" Garland langsung naik ke kasur. Gemas rasanya setiap melihat rona malu pada wajah istrinya. Ia tahu istrinya itu masih kikuk dan malu jika bangun tidur mendapati tubuhnya dalam keadaan polos.

"Istri siapa sih ini? Bikin Mas gemas aja." Garland langsung memeluk tubuh Jasmine yang seperti kepompong karena terbungkus selimut. "Kan bawaannya jadi pengen nambah lagi."

"APA???" Jasmine langsung menurunkan selimutnya hingga wajahnya terlihat. Matanya tampak membola. Terkejut dan panik.

Garland terbahak melihatnya. Ia tahu, wanitanya sudah kelelahan setelah memenuhi kewajibannya. Maklumlah, sejak semalam dan subuh tadi, ia selalu mengganggunya untuk 'berolah raga plus-plus'.

Begitulah, sejak 'buka puasa' di rumah mertuanya sebulan lalu itu, ibadah suami-istri itu membuatnya ketagihan. Untunglah Jasmine tak pernah menolak keinginannya, sehingga ia tak tersiksa lagi menahan kebutuhan biologisnya.

"Kenapa, Dek? Kok kaget gitu?" Garland pura-pura tak mengerti keterkejutan istrinya.

"Ya, Allah, Mas.... nyandu banget sih?" Jasmine memutar bola matanya. "Gak cape apa?"

Sekarang, Jasmine tak pernah menghindar untuk menunaikan kewajibannya sebagai istri. Ia bertekad akan menjadi istri yang baik. Cukup sudah ia menyiksa hasrat suaminya di delapan bulan awal pernikahannya. Kini ia tak ingin begitu lagi. Apalagi menurut agama yang dianutnya, menolak keinginan suami adalah dosa. Tapi untuk pagi ini....

"Enggak."

Jasmine menghembuskan nafas panjang saat mendengar jawaban santai sang suami.

"Ya, udah ayo." pasrah Jasmine walaupun sebenarnya ia masih kelelahan.

"Manisnya istriku." Garland mencubit gemas dagu sang istri. "Makasih ya, Cinta."

Namun bukannya memulai pemanasan, Garland malah turun dari ranjang. Ia berjalan menjauh menuju meja sofa dekat jendela kamar. Tentu saja Jasmine jadi melongo dibuatnya.

"Lho, Mas, mau ke mana? Katanya tadi mau ...."

"Sarapan, Dek, sarapan dulu." Garland kembali dengan membawa sebuah meja duduk kecil khusus makan yang berisi sepiring nasi goreng, semangkuk salad buah, segelas susu dan segelas air putih. "Enggak capek kan kalo buat sarapan?"

Jasmine tertawa kecil. "Oalah! Kirain mau ...." Lalu menepuk jidat. Tapi sumpah, ia merasa tidak salah dengar. Tadi suaminya kan minta nambah....

"Ah, sudahlah, mungkin aku yang salah dengar. Emang ya, dasar otakku aja kali yang ngeres," kekehnya di hati. "Bawaan keseringan lembur kali ya? Hehehe."

"Kirain apa, Dek?"

"Ah, enggak-enggak." Jasmine menghindar, menyembunyikan pikirannya.

Melihat itu mau tak mau Garland mengulum senyum. Ia tahu apa yang ada di kepala istrinya, karena memang karena ucapannyalah opini itu terbentuk di pikiran istrinya.

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang