"Assalamualaikum."
Sebelum langkahnya sampai ke teras, telinga Jasmine mendengar suara salam dari arah luar rumah. Suara lelaki. Suara tenang dan ramah yang terasa tak asing di telinganya.
"Waalaikumsalam." jawab Jasmine, walaupun belum tahu siapa pemilik suara tersebut. Ia pun mempercepat langkahnya menuju teras, melintasi ruang tamu. Sopan banget nih tamu. Gak langsung ngeloyor masuk rumah sebelom dipersilakan masuk sama tuan rumah. Padahal pintu rumah terbuka lebar lho. Demikian hatinya menilai, saat di teras melihat sang tamu berdiri menyamping menghadap kolam ikan di taman depan.
"Waalaikum saa....laaamm..." Saat Jasmine mengulang kembali jawaban salamnya, pada kata terakhir ucapannya melambat. Matanya membola. Tampak sangat terkejut saat mengetahui siapa pemilik suara salam tersebut. "Lho, kok....??!!"
Di saat Jasmine masih diselimuti keterkejutan, sosok ganteng kalem di hadapannya malah tersenyum teduh, mengalirkan rasa hangat dan debaran tak beraturan di hatinya. Hingga kemudian tanpa dapat dicegah hatinya berpikir dan berharap kembali kalau lelaki muda itulah jodoh pilihan orang tuanya.
"Ya, Allah, Ya Rob... Inikah jodoh yang Kau kirimkan buat hamba?" Sejumput tanya dalam asa, tak terelakan mencuat di pikiran Jasmine. Tapi kemudian, ia pun menggeleng-gelengkan kepala. Menepis harapan yang sempat tumbuh setinggi langit. Tersadar bahwa..."Gue kan tadi disuruh jemput Mas.... Hhmm, dasar ya lo, Min... Udah jelas-jelas anak Tante Inggrit itu namanya Garland Ganesha... Ngapain juga lo masih mikir yang lain? Mana ngarepin ....'"
"A-Adam?" Gugup, Jasmine menyebut nama pemuda istimewa di hadapannya itu. Sumpah, dia kaget banget lelaki itu tiba-tiba datang ke rumahnya. Ini kali pertamanya Adam ke sini. Eh, pernah deng. Pernah sekali dulu, waktu nganter sepulang KKN. Tapi kan cuma mengantar sampai gerbang karena harus giliran mengantar teman KKN lainnya. "A-ada apa?
"Emh, anu... Aku...aku...." Adam tak kalah gugup menjawab. Tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tampak canggung dan salah tingkah. Rona merah bersemburat tipis di wajah manis lelaki itu.
Otomatis Jasmine mengulum senyum. Gak pernah berubah. Selalu kikuk kalo ngomong sama gue. Gak pernah berani natap lama pula. Ah iya ya... batasan ya. Mahrom. Dasar anak alim, celotehnya di hati. Tak ayal lagi, hatinya menghangat kembali.
"Aku, aku... Aku apaan?" kejar Jasmine bermaksud sedikit menggoda lelaki alim itu.
"I-ini, aku mau kembalikan jas hujan kamu." Adam menyodorkan satu paper bag. "Makasih ya. Kalo gak kamu pinjami, pasti aku bakal telat banget pulang kantor. Dan Ibu pasti khawatir banget. Sekali lagi terima kasih."
"Oh itu, kirain apa." Jasmine menerima paper bag warna navy itu. Agak kecewa sih. Ia pikir lelaki itu akan mengatakan hal lain yang lebih pribadi. "Santuy aja, keles. Gue juga punya cadangan. Padahal titipin aja ke Nadine, jadi lo gak perlu repot-repot ke mari. Biasanya juga gitu kan?"
Dua hari lalu ia memang ke kantor Madison untuk menyerahkan job freelance gambar desain bangunan. Saat itu hujan turun sangat deras dan lama. Adam yang biasa ke kantor pakai sepeda motor tentu saja tak bisa pulang karena lupa bawa jas hujan. Hingga akhirnya Jasmine tergerak untuk meminjamkan jas hujannya dan memilih pulang diantar Nadine dengan Avanza-nya. Sepeda motornya dititipkan di parkiran Madison. Toh, aman ini. Malah ia berpikir sangat tak aman jika Adam pulang super telat. Ibu dan adiknya akan sangat cemas jika sang tulang punggung tak juga sampai di rumah. Fuffhhh... sebegitu pedulinya Jasmine pada si ganteng kalem yang ditinggal meninggal sang Ayah setahun lalu.
"Emh, iya ya. Maaf." jawab Adam. Raut wajahnya berubah sendu. Menunduk sebentar, lalu menatap Jasmine ragu dan malu. "Aku ganggu ya datang ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UnDesirable Husband
RomanceSpin off DESIRABLE LOVE (Bisa dibaca terpisah) "Oke-oke, Jasmine ngalah. Jasmine terima perjodohan ini." seru Jasmine tak yakin. "Tapi ada syaratnya." "Alhamdulillah," Mami tampak lega dan sumringah. "Syaratnya apa, sayang?" "Tampan, m...