Part 19. Ikuti Arah Takdir

392 45 12
                                    

  Hai, ketemu lagi sama JaGa:Jasmine-Garland
Happy reading
***

   "Semua gaun pengantin itu pilihanmu, Dek?"

    "Bukan. Semua pilihan Mami sama Bunda." Jasmine menoleh pada sosok dewasa di balik kemudi. Ia pun memincingkan matanya. "Kenapa?"

    "Semuanya pas dan cantik saat kamu pakai, sayang." jujur Garland.

      Sumpah, tadi Garland dibuat terpukau saat Jasmine fitting baju pengantin, baik saat mencoba kebaya putih khas adat Sunda untuk akad, maupun saat mencoba kebaya hitam dan maroon khas adat Jawa untuk resepsi siang. Juga gaun putih panjang internasional untuk resepsi malam. Cantik sekali, bak bidadari turun dari langit. Gimana nanti pas hari H-nya ya, setelah di make over oleh sang MUA. Pasti bidadari pun minder dan mundur untuk bersaing dengan istrinya. Eh?!

   "Dih, geli banget dengernya sih Om," Jasmine merinding sebal saat Garland kembali memanggilnya sayang. "Gak usah panggil sayang-sayang gitu deh, Om. Panggil Jasmine aja."

    "Lho, Mami sama Bunda kan nyuruhnya begitu." Melihat calon istrinya uring-uringan, selalu membuat Garland terhibur.

    "Mereka cuma menggoda kita doang, Om. Gak usah dituruti juga keles." greget Jasmine. "Lagian kita belom resmi ini."

    "Berarti kalo kita udah resmi nikah, boleh dong kita saling panggil sayang sama sayang-sayangan?" goda Garland lagi membuat Jasmine tambah cemberut.

    "Au ah!" dengusnya kesal. "Sebel!"

    "Hahaha." Garland terbahak. Dikacaunya puncak rambut Jasmine. "Ngegemesin banget sih kamu kalo lagi jutek gitu. Persis Gladys."

       Jasmine menepis tangan Garland. Sebal kalau rambutnya sudah dikacau begini. Selain jadi kusut dan acak-acakan, terkesan masih dianggap anak kecil.  Menyebalkan kan?

      Oya, Jasmine tahu siapa itu Gladys. Mereka pernah bertemu dua kali. Sampai histeris calon adik iparnya itu saat pertama kali bertemu. Mamah muda yang ternyata seusianya itu langsung memeluknya. Juga nempel terus sambil tanya ini-itu seputar dirinya. Belum lagi selalu minta foto bareng. Benar-benar membenarkan pernyataannya kalau ibu dari Giandra dan Grishela itu adalah fans beratnya. Tentu saja Jasmine speechles. Tak menyangka bisa diidolai sedemikian rupa.

    "Ehm!" Garland berdeham melihat Jasmine diam saja. "Makan dulu yuk?"

    "Enggak ah. Masih kenyang."

    "Tapi saya lapar."

    "Ya udah Om aja yang makan."

    "Temenin."

    "Manja." cibir Jasmine.

    "Makan di mana ya enaknya?"

      Jasmine tak langsung menjawab. Matanya langsung menembus kaca mobil. Lihat kiri, kanan dan depan jalan.

    "Makan kupat tahu aja." Tiba-tiba Jasmine teringat kupat tahu Mang Deden. Makanan khas Sunda yang berisi potongan ketupat, tahu putih goreng, toge rebus, kerupuk disiram bumbu kacang tanah dan kecap itu sangat enak dan mengenyangkan. "Tuh, deket taman kota ada. Noh, keliatan gerobaknya. Enak banget lho." Jasmine menunjuk gerobak berwarna hijau di depan taman kota.

    "Di pinggir jalan?"

    "Iya. Kenapa?" Jasmine balik bertanya melihat raut heran di wajah calon suaminya. Kemudian ia tersenyum miring, seolah mengolok sikap pemilih Garland. Dalam benaknya ia berpikir kalau lelaki perlente itu pasti tak pernah makan jajanan kaki lima. Pasti malu sama gengsi, cibirnya. Ya, iyalah, mana mungkin eksekutif muda tajir begini makan di sembarang tempat. Musti di tempat elit dong. "Gak mau, ya?" Melihat ucapannya tak mendapat reaksi apapun dari Garland, Jasmine pun memutuskan: "Ya udah cari   yang lain aja."

UnDesirable HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang