"Waalaikumsalam. Sebentaarrrr." Jasmine berteriak ketika mendengar suara bel rumah dan suara salam. Ia pun bergegas meninggalkan dapur. Tak lupa mematikan kompor dahulu, khawatir masakannya gosong. "Lho, Mas Pandu....???"
Lelaki dewasa yang merupakansahabat suaminya itu tak langsung menjawab. Senyum lebarnya lebih dulu terbit daripada kalimat jawaban.
"Selamat pagi." sapa Pandu kemudian. "Maaf, aku kepaksa datang ke sini pagi-pagi banget. In sha Allah buat ganggu," lanjutnya diakhiri kekehan.
"Pake bilang ganggu segala, Mas. Enggak kok." jawab Jasmine santai. Dibukanya lebih lebar pintu rumah yang baru setengah dibukanya. Hembusan segar angin pagi langsung menerpa tubuhnya. "Tapi Mas Alannya lagi jogging keliling komplek. Mau nunggu atau gimana?"
"Nunggu aja deh. Soalnya urgent banget ini."
"Ya udah, silakan...." Suara Jasmine menggantung. Matanya langsung berpindah pada sosok tampan yang sedang berlari kecil memasuki halaman rumah. "Panjang umur. Tuh, orangnya datang."
Pandu pun mengikuti arah pandangan Jasmine. Benar saja, Garland tampak berlari kecil mendekati mereka. Wajahnya tampak memerah dan penuh peluh. Rupanya lima kali keliling komplek cukup membakar energi dan memancing keringatnya.
"Hai, Bro....tumben ke mari," ucap Garland dengan nafas hah-heh-hohnya. "Ganggu banget tau."
"Mas!" Jasmine memperingatkan Garland. Gak enak aja ada tamu, bukannya disambut dengan ramah, malah bicara yang terkesan keberatan. Mana tamunya sahabat sendiri lagi.
"Lha, emang ganggu kan, Dek?" Garland malah sengaja memancing emosi istrinya. Senyum jahilnya pun tampak lebar. "Soalnya feeling Mas jelek banget nih pas lihat dia datang sepagi ini. Pasti bakal ganggu kencan kita."
Bukannya tersinggung, Pandu malah terbahak mendengarnya. Sementara Jasmine menatap suaminya penuh ancaman.
"Maaf ya, Mas Pandu.... Mas Alan emang suka lebay. Jangan dimasukan hati, ya?" Jasmine memohon maaf atas nama suaminya, lengkap dengan senyum canggung di bibirmya. "Ayo, silakan masuk, Mas."
"Oh iya, makasih." jawab Pandu ramah. "Noh, tiru bini lo." lanjutnya sambil menepuk pelan pundak Garland. Jasmine tampak lebih dulu masuk ke rumah. "Tamu itu wajib disambut ramah, bukannya digalakin."
"Ogah." Garland mengarahkan Pandu untuk duduk di sofa ruang tamu. Pandu pun mengikuti. "Tapi kedatangan lo wajib dicurigai, Ndu."
Pandu tergelak. "Emang gue mau ngerecokin lo."
"Tuh kan. Tamu yang tak diharapkan ini sih. Pulang gih sana!"
Pandu meringis. Dengan terpaksa ia pun mengutarakan maksud kedatangannya. Maklumlah, ia tak berhasil menghubungi sang bos lewat selular. Garland memang tak mengaktifkan ponselnya sejak tiga hari yang lalu. Ia tak ingin quality time-nya bersama Jasmine terganggu. Apalagi oleh urusan pekerjaaan. Kali ini, ia sedang ingin egois.
Tapi ternyata harapan tinggal harapan. Informasi dari Pandu yang mengatakan bahwa Mister Tanaka mewajibkan dirinya sendiri yang datang saat penandatangan kerja sama alias tak boleh diwakilkan. Jika tidak, investor asal Jepang itu akan membatalkan investasinya.
"Beuh! Seenaknya saja mengancam. Mentang-mentang calon investor penting," gerutu Garland kesal. Ini adalah hari terakhirnya cuti. Ia bermaksud memaksimalkan quality time bersama Jasmine sebelum nanti malam menjalani malam akbar. "Tapi masa bodohlah, hubungan gue sama Jasmine lebih penting. Cancel aja deh kalo dia ngotot. Entar gue berburu investor kakap lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
UnDesirable Husband
RomanceSpin off DESIRABLE LOVE (Bisa dibaca terpisah) "Oke-oke, Jasmine ngalah. Jasmine terima perjodohan ini." seru Jasmine tak yakin. "Tapi ada syaratnya." "Alhamdulillah," Mami tampak lega dan sumringah. "Syaratnya apa, sayang?" "Tampan, m...